Edukasi dan Promosi Kesehatan Infertilitas Pria
Edukasi dan promosi kesehatan infertilitas pria perlu mencakup berbagai modifikasi gaya hidup dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesuburan, termasuk berhenti merokok dan pembatasan konsumsi alkohol.
Edukasi Pasien
Edukasi dari pasien pria dengan infertilitas yang ingin memiliki anak meliputi penjelasan mengenai kondisinya dan rencana tata laksana yang akan diambil tergantung dari etiologi infertilitas. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, klinisi kemudian menjelaskan pilihan terapi yang dapat diambil. Apabila dibutuhkan dan ada indikasi, anjurkan konseling genetik, tindakan operasi, atau Assisted Reproductive Technology (ART) kepada pasangan. Perlu dijelaskan juga bahwa tata laksana yang dilakukan tidak dijamin pasti berhasil, serta ada implikasi finansial dan psikologis yang dapat terjadi.
Jika infertilitas idiopatik, minta pasien melakukan modifikasi diet dengan menjaga asupan gizi seimbang dan olahraga rutin untuk mencapai indeks massa tubuh ideal. Hentikan kebiasaan merokok dan paparan terhadap bahan toksik lainnya. Minta juga pasien membatasi konsumsi minuman beralkohol.[1,3]
Upaya Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Terdapat beberapa upaya pengendalian infertilitas pria yang dapat dilakukan secara non farmakologi. Meskipun faktor genetik tidak bisa diperbaiki, namun terdapat faktor lingkungan dan gaya hidup yang dapat diubah untuk meningkatkan kesuburan.
- Menurunkan berat badan pada pasien obesitas
- Menghentikan kebiasaan merokok atau paparan terhadap asap rokok
- Batasi konsumsi minuman alkohol dan zat rekreasional
- Berolahraga dengan intensitas sedang atau berat untuk memperbaiki parameter metabolik.[1,13,14]
Konsumsi alkohol lebih dari 3-4 unit sehari kemungkinan dapat menurunkan kualitas sperma. Selain itu, paparan terhadap panas, radiasi, vibrasi berlebihan, pestisida, dan solvent juga akan menurunkan kesuburan.[1,11]
Prosedur gonadotoksik seperti kemoterapi dan radioterapi dapat menurunkan kualitas sperma. Kesuburan dapat terpengaruh, risiko azoospermia tertinggi pada 12 bulan pertama pasca terapi dan baru membaik dalam 2-3 tahun setelah selesai melakukan terapi. Pasien yang akan menjalani prosedur ini disarankan untuk menampung sperma secara khusus sebelum tindakan untuk kemudian digunakan dalam ART.[14]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita