Diagnosis Hernia Inguinalis
Diagnosis hernia inguinalis umumnya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat klinis, berupa keluhan benjolan pada pangkal paha, yang dapat disertai rasa tidak nyaman atau nyeri. Keluhan biasanya bertambah berat jika pasien berdiri lama, mengejan, atau batuk.[18]
Anamnesis
Keluhan pasien biasanya berupa benjolan atau tonjolan pada bagian selangkangan, yang bertambah besar seiring waktu. Sebagian besar pasien akan merasa tidak nyaman atau nyeri akibat benjolan ini. Sekitar 30% pasien hernia inguinalis yang asimtomatik.
Keluhan dirasakan memburuk saat pasien lama berdiri, mengejan, mengangkat benda berat, atau ketika batuk. Kegiatan-kegiatan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal, sehingga isi abdomen dapat terdorong ke defek pada dinding abdomen. Keluhan pasien mungkin lebih terasa pada sore atau malam hari, setelah seharian beraktivitas. Benjolan dapat hilang dengan sendirinya jika pasien berbaring terlentang.
Nyeri pada selangkangan dapat dideskripsikan sebagai rasa pegal, tertarik, atau panas. Rasa nyeri dapat menjalar ke skrotum, bahkan hingga kaki. Nyeri dapat timbul akibat jaringan yang sobek di sekitar hernia. Ketika hal ini terjadi, maka hernia akan membesar. Nyeri akut yang sangat hebat dapat menandakan hernia inkarserata. Hernia inguinalis yang asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan fisik.
Selain menanyakan tentang keluhan saat ini, dokter juga perlu menanyakan riwayat penyakit terdahulu, misalnya apakah pasien pernah mengalami hernia, baik pada ipsilateral maupun kontralateral. Kebiasaan merokok dan riwayat pekerjaan juga sebaiknya ditanyakan. Riwayat keluarga yang pernah menderita hernia juga dapat ditanyakan, sebab faktor keturunan mungkin berperan dalam terjadinya hernia inguinalis.[8,16,17]
Pemeriksaan Fisik
Sekitar 95% diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan secara adekuat dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dari inspeksi, terutama pada area inguinal dan femoral ketika pasien sedang berdiri. Pada inspeksi dapat dicari tanda-tanda penonjolan, pembengkakan, perubahan warna, dan adakah asimetri pada kedua sisi bilateral inguinalis. Lalu, pasien diminta melakukan manuver valsava untuk melihat apakah benjolan membesar.
Palpasi pada kanalis inguinalis dilakukan paling akhir. Palpasi dimulai dari kulit longgar terbawah skrotum hingga annulus inguinalis interna. Pada regio skrotum, palpasi mengikuti arah korda spermatika ke atas hingga ligamentum inguinalis dan orifisium annulus inguinalis eksterna. Annulus inguinalis eksterna berada pada sisi medial dan inferior dari tuberkel pubis.
Kanalis inguinalis berada pada sisi lateral dari annulus tersebut. Pada posisi palpasi kanalis tersebut, pasien kembali diminta untuk melakukan manuver valsava untuk mencari tonjolan hernia. Benjolan pada hernia inguinalis dapat terlihat pada arah supero-medial dari tuberkel pubis. Pemeriksaan pada sisi kontralateral juga perlu dilakukan, guna membandingkan kesimetrisan dan abnormalitas kedua sisi tubuh.
Pada kondisi nyeri akut, harus dicurigai adanya hernia strangulasi. Pada hernia strangulasi akan ditemukan nyeri tekan, hiperemis, disertai mual muntah. Hernia strangulasi merupakan kondisi kegawatdaruratan dan membutuhkan tata laksana bedah segera.[8,12,15]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding nyeri maupun benjolan pada area inguinalis meliputi sports hernia, hernia femoralis, osteitis pubis, adduktor tendinopati, dan limfoma.
Sports Hernia
Sports hernia atau athletic pubalgia, terjadi karena robekan serabut jaringan ikat pada regio inguinal akibat penggunaan berulang terus-menerus (overuse). Kondisi ini sering terjadi pada atlet dengan aktivitas fisik intensitas tinggi. Pasien umumnya keluhan berupa nyeri pada bagian inguinalis, tetapi tidak ditemukan benjolan. Kondisi ini sangat menyerupai hernia inguinalis, tetapi pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan benjolan meski melakukan manuver valsava.
Pada umumnya, sports hernia memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk dapat dibedakan dengan hernia inguinalis. Pemeriksaan penunjang yang paling disarankan adalah dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang dapat menunjukkan kerusakan jaringan ikat pada sports hernia.[16]
Hernia Femoralis
Pada hernia femoralis, hernia menonjol melalui defek pada kanalis femoralis dan cincin hernia. Secara klinis, hernia femoralis menyerupai hernia inguinalis. Namun, benjolan pada hernia femoralis ditemukan pada regio paha dalam.Secara epidemiologis, hernia femoralis berbeda dengan hernia inguinalis, dimana hernia femoralis lebih sering ditemukan pada wanita.
Presentasi klinis hernia femoralis juga seringkali lebih berat, karena lebih sering ditemukan inkarserata dan obstruksi usus dibandingkan hernia inguinalis. Pada pemeriksaan computed tomography (CT) scan, hernia femoralis ditandai dengan kompresi vena femoralis akibat penyempitan kanalis femoralis. Sedangkan pada hernia inguinalis, kanalis femoralis ditemukan lapang.[18]
Hidrokel
Hidrokel merupakan akumulasi cairan yang abnormal antara 2 lapisan tunika vaginalis pada testis. Sama dengan hernia inguinalis, manifestasi klinis hidrokel juga dapat berupa benjolan pada kanalis inguinalis, atau pada skrotum. Pada palpasi, akan teraba fluktuasi pada massa hidrokel. Selain itu, massa pada hidrokel akan menunjukkan transiluminasi saat diberikan cahaya, sedangkan massa pada hernia inguinalis tidak.[17,19]
Limfoma
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Hal ini dapat menyerupai hernia inguinalis dengan presentasi klinis umumnya berupa massa padat. Pada palpasi limfoma, didapatkan massa yang padat dan bisa disertai nyeri.
Limfoma dapat dibedakan dengan hernia inguinalis dengan mencari keterlibatan gejala sistemik. Pada limfoma, dapat ditemukan organomegali dan gejala sistemik yang berhubungan dengan keganasan, yang tidak dijumpai pada hernia inguinalis.[17]
Round Ligament Varicosity pada Kehamilan
Benjolan pada lipatan paha yang ditemukan setelah kehamilan, kemungkinan disebabkan karena varicosity/varises, dan bukan hernia. Untuk membedakan dengan hernia inguinalis, dapat dikonfirmasi dengan ultrasound Doppler. Varises akan sembuh spontan setelah pasien melahirkan. Prevalensi hernia inguinalis pada kehamilan cukup rendah, diperkirakan 1:2000. Pembedahan elektif untuk hernia pada kehamilan biasanya tidak dianjurkan.[24]
Pemeriksaan Penunjang
Jika diagnosis hernia tidak dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik semata, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai, antara lain ultrasonografi (USG), computed tomography (CT), and magnetic resonance imaging (MRI).
USG
Pemeriksaan USG abdomen sebaiknya dikerjakan ketika pasien melakukan manuver valsava, untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. USG dapat mendeteksi hernia inguinalis dengan sensitivitas 86% dan spesifisitas 77%. Pemeriksaan USG juga dapat membantu membedakan hernia inkarserata dengan kelainan lain yang berupa benjolan pada skrotum atau benjolan di bawah ligamentum inguinalis.[8,18]
CT Scan
Pemeriksaan CT scan abdomen dan pelvis menggunakan kontras berguna untuk menemukan hernia yang tersembunyi, karena dapat memberikan gambaran jelas akan rongga abdomen, organ reproduksi internal wanita, dan vesica urinaria. CT scan dapat mendeteksi hernia inguinalis dengan sensitivitas 80% dan spesifisitas 65%.[8]
MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 96% dalam mendeteksi hernia inguinalis. Namun, MRI tidak rutin dilakukan karena ketersediaannya terbatas.
Pada kecurigaan hernia inguinalis dengan klinis tidak jelas, sports hernia, maupun nyeri pada regio inguinalis yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas, modalitas MRI dapat sangat membantu penegakkan diagnosis.[8,18]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra