Prognosis Hernia Umbilikalis
Prognosis hernia umbilikalis ditentukan oleh komplikasi yang terjadi, ukuran defek dari hernia, dan seberapa cepat penanganan dari hernia itu sendiri. Semakin lama hernia umbilikalis yang menunjukkan gejala dibiarkan, maka semakin besar pula risiko untuk terjadinya komplikasi. Komplikasi seperti hernia yang mengalami inkarserasi atau strangulasi memiliki prognosis yang buruk apabila tidak ditangani dengan segera.
Komplikasi
Komplikasi hernia umbilikalis terbagi menjadi komplikasi akibat hernia umbilikalis yang tidak tertangani dan komplikasi iatrogenik akibat tindakan pembedahan.
Komplikasi akibat Hernia Umbilikalis yang Tidak Tertangani
Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia umbilikalis yang diabaikan adalah:
- Obstruksi usus
- Strangulasi
- Inkarserasi
- Ulserasi pada kulit
- Ruptur hernia
- Peritonitis
- Kematian
Komplikasi Iatrogenik akibat Tindakan Pembedahan
Tindakan pembedahan hernia juga memiliki risiko terjadinya komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang ditemukan berkaitan dengan koreksi hernia melalui tindakan operasi adalah:
- Infeksi luka operasi: risiko lebih tinggi pada teknik pendekatan terbuka dibandingkan teknik pendekatan laparoskopik
- Hematoma
- Seroma: cairan serosa yang terkumpul di bawah jaringan kulit pada area insisi setelah operasi
Nyeri kronis yang dapat berlangsung hingga 3 bulan setelah operasi[2,22]
Prognosis
Prognosis pada hernia umbilikalis kongenital umumnya lebih baik dibandingkan dengan hernia umbilikalis akuisata pada dewasa. Hal ini karena defek pada hernia yang terjadi pada anak umumnya akan menutup secara spontan dimulai pada usia 2 tahun. Selain itu, risiko komplikasi strangulasi dan inkarserata juga lebih rendah pada hernia umbilikalis kongenital.
Berbeda dengan hernia umbilikalis akuisata yang terjadi pada orang dewasa, defek lebih berisiko untuk mengalami komplikasi seperti inkarserasi dan strangulasi. Bila dibiarkan, maka dapat terjadi ruptur hernia, yang dapat menyebabkan terjadinya peritonitis dan kematian.
Prognosis hernia umbilikalis juga berhubungan dengan tingkat rekurensi penyakit. Tingkat rekurensi ini lebih tinggi pada kondisi berikut ini :
- Pasien dengan obesitas
- Defek berukuran lebih besar dari 3 cm
- Perokok
- Memiliki penyakit komorbid berupa diabetes mellitus[2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja