Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hirschsprung Disease general_alomedika 2022-10-26T10:06:22+07:00 2022-10-26T10:06:22+07:00
Hirschsprung Disease
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hirschsprung Disease

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Diagnosis definitif Hirschsprung disease atau megakolon kongenital dilakukan menggunakan biopsi rektal, untuk melihat bagian usus yang aganglionik. Hirschsprung disease dapat dicurigai pada pasien dengan keluhan konstipasi berat sejak lahir, atau adanya gejala obstruksi usus.

Anamnesis

Sebanyak 80–90% penderita dapat terdeteksi sejak usia neonatus berdasarkan temuan klinis atau gejala yang dialami. Pada bayi, gejala Hirschsprung disease biasanya berupa pengeluaran mekonium yang tertunda lebih dari 48 pertama kehidupan. Gejala obstruksi saluran cerna juga dapat ditemui, di antaranya muntah bilier atau kehijauan, distensi abdomen, dan kesulitan makan atau menyusu.

Pada anak yang lebih tua, mungkin didapatkan gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang kurang. Gejala biasanya lebih jelas setelah pasien berhenti menyusu. Selain itu, kemungkinan terdapat riwayat konstipasi kronis, yang refrakter terhadap laksatif oral, dan baru berespon dengan laksatif per rektal. Manifestasi gejala yang tertunda dapat ditemui pada sekitar 14% kasus.

Sekitar 20% penderita dapat mengalami gejala diare yang merupakan salah satu tanda terjadinya komplikasi enterokolitis. Gejala enterokolitis dapat berupa diare yang disertai darah, demam, dan distensi abdomen. Enterokolitis merupakan salah satu penyebab kematian pada Hirschsprung disease karena dapat menyebabkan perforasi kolon dan sepsis.[2,3,10]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita Hirschsprung disease biasanya tidak menunjukkan tanda diagnostik yang spesifik. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan distensi abdomen atau spasme anus yang menandakan pasase terhambat. Pada anak yang berusia lebih tua, distensi abdomen biasa disebabkan karena kesulitan flatus.

Pada pemeriksaan colok dubur, dapat keluar feses dan gas secara eksplosif. Pemeriksaan colok dubur mungkin memberikan perbaikan gejala obstruksi dan membantu pasase mekonium untuk sementara waktu. Namun, gejala dari penyakit akan kembali timbul dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.[3,4,7]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding Hirschsprung disease, antara lain konstipasi kronis, toksik megakolon, dan atresia kolon. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti barium enema dapat digunakan untuk membedakan.

Konstipasi Kronis

Gejala konstipasi kronis juga dapat ditemukan pada Hirschsprung disease. Namun, pada pasien dengan konstipasi kronis, umumnya tidak ditemukan gangguan pertumbuhan. Pada pemeriksaan colok dubur, ampula mengalami dilatasi. Pada Hirschsprung disease, ampula menyempit. Selain itu, komplikasi mengancam nyawa, seperti enterokolitis, tidak terjadi pada konstipasi kronis.[11,12]

Toksik Megakolon

Penyakit toksik megakolon juga memiliki gambaran penyakit yang menyerupai Hirschsprung disease, terutama jika terjadi enterokolitis. Gejala dapat berupa diare yang disertai dengan darah. Namun, pada toksik megakolon, pemeriksaan radiologi akan menunjukkan gambaran dilatasi kolon lebih dari 6 cm pada kolon transversal.

Pada pasien dengan toksik megakolon, biasanya ditemukan adanya gejala sistemik, seperti demam, takikardia, leukositosis atau anemia, dehidrasi, penurunan kesadaran, hipotensi, atau kelainan elektrolit.[13]

Atresia Kolon

Diagnosis banding lainnya adalah atresia kolon yang memberikan gejala dan gambaran rontgen abdomen yang mirip dengan Hirschsprung disease. Namun, dapat dibedakan dengan pemeriksaan barium enema yang memberikan gambaran obstruksi mekanik secara total.[3,14]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berupa biopsi rektal merupakan baku emas untuk mendiagnosis Hirschsprung disease. Pemeriksaan penunjang lain, seperti radiologi dan barium enema, dapat digunakan untuk membantu membedakan Hirschsprung disease dengan diagnosis banding.

Biopsi

Pemeriksaan biopsi rektal merupakan baku emas untuk mendiagnosis Hirschsprung disease. Pemeriksaan biopsi akan menunjukkan adanya kondisi aganglionik pada bagian pleksus mientrika dan submukosa, disertai dengan adanya peningkatan aktivitas serabut saraf parasimpatetik di lamina propria, lapisan muskularis, dan otot sirkuler.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu suction dengan mengambil jaringan pada mukosa, atau dengan teknik full-thickness untuk mendapatkan jaringan mukosa dan otot di bawahnya. Metode full-thickness memerlukan anestesi dan jahitan post pengambilan sampel.

Suction biopsy lebih sering digunakan karena tidak membutuhkan anestesi umum, simpel, dan aman. Sampel diambil 2 cm di atas pectinate line. Jika suction biopsy tidak cukup menegakkan diagnosis, maka full-thickness biopsy direkomendasikan.[2,15]

Pemeriksaan Radiologi

Pada pemeriksaan rontgen polos abdomen akan ditemukan adanya dilatasi usus dengan gas fluid level. Sedangkan pada penderita Hirschsprung disease dengan enterokolitis akan ditemukan gambaran penebalan dinding usus dengan iregularitas mukosa atau dilatasi kolon. Pada kasus perforasi usus, dapat ditemukan adanya gambaran pneumoperitoneum.

Untuk menyingkirkan diagnosis banding, seperti atresia, dapat dilakukan pemeriksaan barium enema. Pada Hirschsprung disease, akan ditemukan adanya zona transisi pada kolon dengan gambaran dilatasi pada proksimalnya. Dapat juga terlihat mikrokolon, retensi cairan kontras lebih dari  24 jam, kontraksi kolon dan mukosa yang ireguler, serta rasio rektosigmoid abnormal.

Rasio rektosigmoid normal umumnya lebih besar dari 1. Jika rasio kurang dari 1, maka patut dicurigai terjadi Hirschsprung disease. Namun, temuan radiologi terkadang sulit diinterpretasi pada neonatus yang berusia kurang dari 1 bulan, dan zona transisi tidak terlihat jelas pada 25% kasus.[3,10]

Manometri Anorektal

Manometri dilakukan memakai kateter fleksibel, dengan balon berbahan nonlateks pada bagian distal yang dimasukkan melalui rektum. Sepanjang kateter terdapat sensor yang akan mengukur tekanan intraanal.

Parameter yang diukur, antara lain panjang kanal anal, tekanan saat relaksasi, sensasi rektal, refleks inhibitori rektoanal, serta kemampuan untuk menstimulasi dan melakukan defekasi. Refleks inhibitori rektoanal merupakan refleks normal saat sfingter anal internal berelaksasi. Pada Hirschsprung disease, refleks ini tidak dapat timbul.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan sejak bayi berusia 3 bulan. Jika hasil manometri mengarah kepada Hirschsprung disease, sebaiknya lakukan konfirmasi dengan biopsi.[10]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

2. Puri P, Friedmacher F. Hirschsprung’s Disease. Rickham’s Neonatal Surgery, 2018. 809–828. doi:10.1007/978-1-4471-4721-3_40
3. Wagner J. Hirschsprung disease: Background, Pathophysiology, Epidemiology Medscape. 2021.https://emedicine.medscape.com/article/178493-overview#a6
4. Lotfollahzadeh S, Taherian M, Anand S. Hirschsprung Disease. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562142/
7. Heuckeroth RO. Hirschsprung disease - integrating basic science and clinical medicine to improve outcomes. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. 2018 Mar;15(3):152-167. doi: 10.1038/nrgastro.2017.149.
10. Ambartsumyan L, Smith C, Kapur RP. Diagnosis of Hirschsprung Disease. Pediatr Dev Pathol. 2020 Jan-Feb;23(1):8-22. doi: 10.1177/1093526619892351.
11. Diaz S, Bittar K, Mendez MD. Constipation. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513291/
12. Forootan M, Bagheri N, Darvishi M. Chronic constipation: A review of literature. Medicine (Baltimore). 2018 May;97(20):e10631. doi: 10.1097/MD.0000000000010631
13. Desai J, Elnaggar M, Hanfy AA, et al. Toxic Megacolon: Background, Pathophysiology, Management Challenges and Solutions. Clin Exp Gastroenterol. 2020 May 19;13:203-210. doi: 10.2147/CEG.S200760.

Epidemiologi Hirschsprung Disease
Penatalaksanaan Hirschsprung Dis...

Artikel Terkait

  • Red Flag Muntah pada Neonatus
    Red Flag Muntah pada Neonatus
  • Video Alomedika - Tanda Bahaya Muntah pada Neonatus
    Video Alomedika - Tanda Bahaya Muntah pada Neonatus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2024, 13:38
Penanganan neonatus belum BAB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Ijin bertanya dok, untuk bayi yang baru lahir saya setahu saya masih normal jika belum BAB hingga 48 jam pertama setelah lahir. Jika sudah lewat...
dr. Nurul Falah
Dibalas 07 November 2019, 16:47
Tidak keluarnya mekonium pada bayi yang baru lahir 36 jam
Oleh: dr. Nurul Falah
4 Balasan
Alodok, izin bertanya. Ada user mengeluhkan bayinya yang baru lahir 36 jam belum keluar mekonium sama sekali, lahir UK 37 minggu dengan berat 2,4 kg, lahir...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.