Diagnosis Ileus Obstruktif
Diagnosis ileus obstruktif perlu dicurigai pada pasien dengan gejala nyeri perut, mual, muntah, konstipasi, obstipasi, dan distensi. Akan tetapi, beberapa pasien mungkin tidak menunjukkan gejala yang klasik. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis. Standar baku emas saat ini adalah dengan melakukan pemeriksaan CT scan.[1]
Diagnosis ileus obstruktif perlu dibedakan dari ileus paralitik. Ileus obstruktif disebabkan oleh adanya obstruksi mekanis dalam usus, sedangkan ileus paralitik disebabkan oleh dismotilitas usus tanpa obstruksi mekanis.[1,3]
Anamnesis
Meskipun sumbatan di usus halus dan besar mempunyai gejala yang mirip, presentasi klinis, timing, dan ciri nyeri bisa berbeda. Sumbatan usus halus sering dideskripsikan sebagai nyeri menyerupai kolik yang hilang timbul (intermiten), yang membaik setelah muntah. Sementara itu, sumbatan usus besar sering bermanifestasi sebagai kolik terus menerus, yang mungkin tidak disertai muntah.[1,3]
Gejala muntah pada sumbatan usus halus lebih sering, lebih banyak, dan mengandung empedu. Sementara itu, muntah pada kasus sumbatan usus besar cenderung hilang timbul dan mungkin mengandung zat fekal.[1,3]
Pada sumbatan usus besar, distensi lebih kentara dan disertai dengan obstipasi. Gejala pada sumbatan usus besar juga dapat menyerupai gejala pada sumbatan usus halus bila terdapat inkompetensi katup ileocecal. Hal ini disebabkan oleh masuknya udara dari usus besar ke dalam usus halus.[1]
Pola BAB dan flatus juga ditanyakan untuk memperkirakan apakah obstruksi total atau parsial. Pada obstruksi parsial, pasien umumnya masih dapat BAB dan flatus tetapi tidak terjadi secara komplit. Sementara itu, pada obstruksi total, pasien tidak dapat BAB dan flatus sama sekali.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ileus obstruktif berfokus pada pemeriksaan abdomen, pangkal paha, dan rektum. Pemeriksaan fisik awal secara umum bisa melihat tanda-tanda dehidrasi akibat mual muntah dan kehilangan cairan yang terjadi secara terus menerus.[1-3]
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen mencakup inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Temuan pada inspeksi dapat berupa bekas luka operasi atau hernia. Selain itu, distensi pada abdomen juga mungkin ditemukan. Pasien ileus obstruktif juga bisa mengalami nyeri tekan. Pada pasien obstruktif usus besar, nyeri umumnya bersifat difus, sedangkan pada pasien obstruktif usus halus, nyeri cenderung terasa fokal.[1-3]
Waspadai tanda-tanda perforasi dan peritonitis, misalnya nyeri tekan yang lebih intens, guarding, rebound tenderness, dan defans muskular.
Pada perkusi, dokter mungkin menemukan suara hipertimpani akibat gas-gas yang terperangkap dalam usus. Pada auskultasi tahap awal, dokter mungkin menemukan peningkatan bising usus. Namun, seiring dengan berlanjutnya gejala, bising mengalami penurunan.[1-3]
Pemeriksaan Pangkal Paha
Pada pemeriksaan pangkal paha, dokter mungkin menemukan tanda hernia inguinalis sebagai penyebab obstruksi. Tanda hernia inguinalis adalah benjolan yang masih bisa dimasukkan (hernia reponible) atau sudah tidak bisa dimasukkan (hernia irreponible). Jika segmen usus yang mengalami hernia sudah menunjukkan tanda radang, artinya sudah mulai terjadi iskemia.[1-3]
Pemeriksaan Rektal Digital
Pemeriksaan rektal digital dilakukan untuk menilai patensi anus (pada neonatus) dan menilai isi rektum. Feses yang keras menandakan terjadinya impaksi, sedangkan feses lunak menandakan obstipasi. Apabila feses tidak ditemukan pada saat pemeriksaan, umumnya obstruksi terjadi pada bagian proksimal. Keganasan atau strangulasi dicurigai apabila terdapat darah.[1-3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ileus obstruktif adalah ileus paralitik dan pseudo-obstruksi. Namun, selain membedakan ileus obstruktif dengan kondisi-kondisi tersebut, identifikasi etiologi bervariasi yang bisa menjadi penyebab ileus obstruktif juga perlu dilakukan, misalnya identifikasi ada tidaknya etiologi kanker kolon, hernia, atau divertikulitis.[11-14]
Ileus Paralitik
Ileus paralitik atau ileus fungsional adalah turunnya atau berhentinya pasase usus yang terjadi secara non-mekanik. Kondisi ini dapat merupakan konsekuensi dari bedah abdomen atau retroperitoneal. Tandanya adalah distensi abdomen dan kembung yang terjadi dalam onset lambat. Nyeri dirasakan menyeluruh dan persisten tanpa diikuti dengan tanda peritoneal.[11]
Gejala lain mencakup mual, muntah, tidak bisa atau sulit flatus, dan kesulitan diet oral. Pada pemeriksaan fisik abdomen, ditemukan perut distensi dan perkusi timpani dengan diffuse tenderness ringan. Suara usus biasanya jarang terdengar atau absen. Hal ini juga merupakan pembeda dari ileus obstruksi mekanik, di mana suara bising ususnya cenderung meningkat di fase awal lalu menurun di fase akhir.[11]
Pseudo-Obstruksi
Pseudo obstruksi atau biasa disebut dengan sindrom Ogilvie, merupakan kondisi kronis yang lebih sering terjadi pada usus besar dibandingkan usus halus. Etiologi hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Tanda dan gejala dapat menyerupai ileus obstruktif tetapi tidak terdapat tanda-tanda obstruksi dan dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan radiologis.[1-3]
Pemeriksaan Penunjang
Standar baku emas untuk konfirmasi ileus obstruktif adalah CT scan dengan kontras. Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk mengevaluasi adanya komplikasi yang menyertai.[1-3]
CT Scan
CT scan mempunyai sensitivitas >95% untuk mendeteksi obstruksi usus halus maupun usus besar. CT scan bermanfaat untuk memvisualisasi titik transisi, tingkat keparahan obstruksi, kemungkinan etiologi, serta adanya komplikasi yang mengancam. Informasi ini membantu dokter menentukan apakah pasien memerlukan intervensi bedah.[1-3]
Pada CT scan, dokter dapat menemukan gambaran air-fluid level, distensi usus >2,5 cm yang diikuti kolaps usus yang terletak di distal dari obstruksi, dan area transisi pada beberapa kasus. CT scan mampu mendeteksi komplikasi berupa iskemia, perforasi, edema mesenterikus, dan pneumatosis.[1-3]
Rontgen Abdomen
Rontgen abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi klinis stabil. Meskipun tidak begitu sensitif, pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis bila ditemukan adanya air-fluid level atau paucity of gas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien tegak karena posisi supine dapat mengaburkan deteksi air-fluid level.[1-3]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak bisa mendiagnosis ileus obstruktif secara spesifik tetapi mungkin bermanfaat untuk menunjang diagnosis dan menilai komplikasi. Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya leukositosis. Pemeriksaan elektrolit juga dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya gangguan keseimbangan elektrolit karena kehilangan cairan ke dalam lumen usus dan karena muntah.[1-3]
Kadar asam laktat yang meningkat dapat menunjukkan sepsis atau perforasi yang tidak terlihat dari CT, misalnya pada kondisi sumbatan pada tahap awal dan mikroperforasi. Namun, perlu diperhatikan, pemeriksaan asam laktat bisa saja menunjukkan hasil yang normal bila mikroperforasi terjadi pada tahap awal.[1-3]
Enteroclysis
Enteroclysis adalah salah satu jenis pemeriksaan rontgen pada usus halus. Rontgen ini dilakukan dengan cara mengambil gambar tunggal disertai fluoroskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gerakan usus secara mendetail dan dapat membedakan antara sumbatan parsial dan komplit.[3,15]
Enteroclysis bermanfaat ketika pasien mengalami gejala sumbatan usus halus tetapi pemeriksaan rontgen polos tidak spesifik. Namun, secara umum, pemeriksaan CT scan lebih superior daripada pemeriksaan ini karena adanya risiko perforasi dan aspirasi pada pemeriksaan ini.[3,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Amelia Febrina