Penatalaksanaan Ileus Obstruktif
Penatalaksanaan ileus obstruktif komplit umumnya dilakukan secara bedah, sedangkan penatalaksanaan ileus obstruktif parsial kadang bisa dilakukan secara nonbedah. Bila ada ketidakstabilan hemodinamik akibat dehidrasi dan gangguan elektrolit, manajemen kegawatdaruratan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum terapi lebih lanjut.[1,3]
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Manajemen awal ileus obstruktif melibatkan pemeriksaan ABC, yaitu airway, breathing, dan circulation. Bila resusitasi diperlukan, gunakan cairan salin isotonik dan pengganti elektrolit. Dokter dapat memasang kateter Foley untuk memonitor keluaran urine jika pasien tidak stabil atau dalam kondisi sepsis.[16,17]
Pemasangan nasogastric tube (NGT) bermanfaat untuk dekompresi, yaitu mengatasi distensi abdomen pada bagian proksimal dari sumbatan. Selain itu, NGT bermanfaat untuk mengontrol muntah, memonitor zat yang masuk dan keluar secara akurat, serta mengurangi resiko aspirasi.[1,16,17]
Obat analgesik bisa diberikan untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien. Konsultasi lebih lanjut dengan spesialis bedah perlu dilakukan untuk mengonfirmasi perlu tidaknya intervensi lebih lanjut dengan pembedahan.[1,16,17]
Penatalaksanaan Nonbedah
Penatalaksanaan nonbedah hanya dapat dilakukan pada kasus tertentu, misalnya pada obstruksi parsial. Gejala obstruksi parsial umumnya membaik dengan dekompresi NGT dan penanganan suportif lainnya. Namun, tantangan dalam terapi nonbedah adalah bagaimana dokter bisa menentukan dengan cepat dan melakukan eksplor operatif jika terjadi eskalasi kondisi.[1,3]
Pasien perlu dirawat inap dan dipantau secara ketat. Bila pasien mengalami eskalasi kondisi dan memerlukan operasi, pelaksanaan operasi tidak boleh ditunda karena akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.[1,3]
Dalam tata laksana nonbedah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Penerapan “nothing per oral” atau NPO
- Resusitasi volume cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit
- Dekompresi dengan NGT, tuba intestinal, atau kolonoskopi[1,3]
Manajemen nonbedah dapat dilakukan hingga 3 hari untuk obstruksi sederhana dan parsial. Umumnya, obstruksi parsial bisa mereda dalam 72 jam. Manajemen nonbedah dilaporkan berhasil pada 65–81% kasus obstruksi parsial tanpa peritonitis.[3]
Pemberian kortikosteroid parenteral bisa dipertimbangkan pada kasus akibat penyakit radang usus. Kortikosteroid juga dapat diberikan pada kondisi sumbatan akut pasca radiasi. Kondisi ini disebut enteritis radiasi. Jika manajemen dengan obat-obatan telah diupayakan tetapi tidak berhasil, tindakan bedah diindikasikan.[3]
Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah diperlukan pada obstruksi komplit. Selain itu, bedah juga dapat diindikasikan untuk pasien obstruksi parsial yang tidak dapat membaik dengan terapi nonbedah. Umumnya, obstruksi usus besar lebih sering membutuhkan bedah daripada obstruksi usus halus, terutama bila disebabkan oleh keganasan kolon.[1-3]
Pasien dengan hernia yang reponible umumnya membutuhkan bedah tetapi tidak harus segera (tidak gawat darurat). Hal ini berbeda dengan hernia inkarserata dan strangulata yang memerlukan bedah segera.[1-3]
Pembedahan untuk ileus obstruktif dapat dilakukan dengan teknik laparoskopi ataupun laparotomi eksploratif. Laparoskopi bersifat lebih tidak invasif dan telah dianjurkan oleh beberapa studi yang membuktikan efektivitasnya untuk kasus ileus obstruktif.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Amelia Febrina