Diagnosis Ileus Paralitik
Diagnosis ileus paralitik dapat ditegakkan secara klinis dimana terdapat keluhan sulit buang air besar, sulit flatus, mual, muntah, anoreksia yang dapat disertai distensi abdomen, hipertimpani pada perkusi abdomen, serta adanya penurunan/hilangnya bising usus.
Umumnya ileus paralitik ditemukan pada pasien pasca operasi, tetapi dapat ditemui pada pasien yang mengonsumsi obat-obat tertentu dan gangguan metabolik. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dan laboratorium dapat digunakan untuk menentukan etiologi penyebab dan membantu menyingkirkan diagnosis banding utama ileus paralitik, yaitu ileus obstruktif.
Anamnesis
Anamnesis merupakan faktor yang besar untuk diagnosis ileus paralitik, terutama karena dapat membantu menemukan etiologi penyakit. Keluhan yang seringkali ditemukan pada ileus paralitik adalah antara lain nyeri abdomen, distensi, rasa begah, kembung, serta mual-muntah. Pasien juga mengeluhkan sulit flatus dan buang air besar.[3,4]
Untuk melakukan investigasi terhadap etiologi penyakit, pasien dapat ditanyakan mengenai riwayat operasi sebelum keluhan timbul, riwayat diabetes, riwayat konsumsi opioid atau obat psikiatrik, dan riwayat kelainan vaskuler.[2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ileus paralitik, dapat ditemukan bising usus yang menurun, atau peristalsis yang minimal. Tetapi studi menunjukkan bahwa auskultasi tidak dapat diandalkan untuk menentukan ada atau tidaknya ileus paralitik.
Pada palpasi juga dapat ditemukan distensi pada abdomen.[1,18]
Pada pasien yang dicurigai mengalami ileus paralitik akibat konsumsi obat sebaiknya dilakukan pemeriksaan rectal touche, untuk mengetahui ada tidaknya impaksi feses.[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ileus paralitik yang utama adalah obstruksi mekanis. Obstruksi mekanis dapat disebabkan oleh adhesi pasca operasi, volvulus, hernia, intususepsi, benda asing, atau neoplasma. Perbedaan penyakit tersebut dari ileus paralitik adalah gejala nyeri obstruksi mekanis bersifat paroksismal dan sangat berat.
Pada pemeriksaan fisik ileus obstruktif dapat ditemukan peristaltic waves saat inspeksi pada pasien kurus. Pemeriksaan auskultasi kurang bermanfaat untuk mendiagnosis obstruksi usus maupun ileus paralitik.[21,22] Tanda-tanda peritoneal atau peritoneal signs baru akan terlihat pada pasien dengan obstruksi strangulata atau perforasi.[3]
Tabel 2. Karakteristik dari Ileus Paralitik, Obstruksi Mekanik dan Pseudo-Obstruksi
Ileus Paralitik | Obstruksi Mekanik | Pseudo-Obstruksi | |
Gejala | Nyeri abdomen ringan, begah, mual, muntah, obstipasi, konstipasi | Nyeri abdomen keram, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, anoreksia | Nyeri abdomen keram, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, anoreksia |
Pemeriksaan Fisik | Abdomen sunyi (silent abdomen), distensi, timpanik | Borborigmi, peristaltic waves, bising usus nada tinggi, rushes, distensi, nyeri terlokalisir | Borborigmi, timpanik, peristaltic waves, bising usus hipoaktif atau hiperaktif, distensi, nyeri terlokalisir |
Pemeriksaan Rontgen | Dilatasi usus besar dan usus kecil, elevasi diafragma | Step ladder appearance, herring bone appearance, elevasi diafragma, air-fluid level | Dilatasi usus besar terisolasi, elevasi diafragma |
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat membantu penegakan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium, rontgen polos abdomen, dan ultrasonografi.
Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan sebaiknya mencakup darah lengkap dan pemeriksaan elektrolit. Fokus pemeriksaan adalah untuk mendeteksi adanya infeksi, ketidakseimbangan elektrolit, dan gangguan metabolik. Emesis dan dehidrasi dapat menyebabkan hipokalemia, hipokloremia, peningkatan rasio blood urea nitrogen-to-creatinine dan alkalosis metabolik.[1]
Beberapa faktor yang berkontribusi ke faktor risiko dapat dilihat dari pemeriksaan laboratorium, antara lain kadar albumin, thrombosis vena dalam pasca operasi, serta penggunaan narkotika.[3]
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) biasanya dilakukan di unit gawat darurat, walaupun memiliki keuntungan yang terbatas untuk diagnosis ileus paralitik maupun obstruktif. Pemeriksaan ini kurang sensitif dan sulit diinterpretasikan untuk mendukung diagnosis ileus paralitik. Pemeriksaan ini mungkin bermanfaat pada pasien dimana rontgen sulit dilakukan, misalnya pasien hamil.[1,2]
Radiografi
Pada rontgen abdomen ileus paralitik dapat ditemukan distensi di usus besar dan usus kecil yang generalisata. Bila terjadi ileus yang terlokalisir, dapat terlihat adanya sentinel loop yaitu segmen pendek ileus adinamik yang berdekatan dengan kejadian inflamasi intra abdomen.[19]
Diagnosis obstruksi mekanik harus disingkirkan, yaitu dengan mendeteksi gambaran step ladder appearance, herring bone appearance, elevasi diafragma, atau adanya air-fluid level pada rontgen abdomen tiga posisi.
Penggunaan CT Scan juga berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding ileus obstruktif karena CT dengan kontras memiliki angka sensitivitas dan spesifisitas yang lebih dari 90% untuk ileus obstruktif.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja