Edukasi dan Promosi Kesehatan Kista Pilonidal
Edukasi dan promosi kesehatan pada kista pilonidal asimtomatik terkait epilasi pada area lesi pilonidal dan menjaga kebersihan untuk mencegah rekurensi. Pada kista pilonidal akut maupun kronis yang simtomatik, pertimbangan tata laksana non-operatif seperti pemberian fenol, maupun operatif seperti eksisi dan insisi drainase perlu didiskusikan kepada pasien. Kontrol faktor risiko, seperti obesitas dan diabetes mellitus, dapat mencegah penyakit dan mengurangi rekurensi.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan kista pilonidal terutama terkait kebersihan dan tindakan menghilangkan rambut setiap 1–2 minggu. Adanya ingrown hair berperan dalam patogenesis kista pilonidal sehingga tindakan ini disarankan dilakukan secara rutin baik pada kista pilonidal asimtomatik maupun adjuvan tindakan operasi.[2,6]
Pasien dengan komorbid seperti obesitas maupun diabetes mellitus perlu diedukasi untuk mengontrol penyakit seperti menurunkan berat badan, olahraga, dan melakukan kontrol gula darah. Edukasi modifikasi faktor risiko seperti gaya hidup sedentari, dan kebersihan yang buruk dilakukan untuk mencegah rekurensi kista pilonidal dan pilonidal kronis.[2,6]
Kista pilonidal simtomatik seringkali memerlukan terapi medikamentosa seperti pemberian fenol, maupun tindakan bedah seperti insisi drainase dan eksisi. Pada pemberian fenol, walaupun jarang, pasien mungkin akan mengalami efek samping seperti infeksi, luka bakar kulit, dan hematoma. Keadaan ini perlu diinformasikan dengan memberikan edukasi mengenai benefit yang diterima dibandingkan risk yang didapat.[1,2,6,7]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian kista pilonidal salah satunya dengan menyarankan untuk mencukur rambut, terutama area predileksi, seperti sacrococcygeal. Hal ini karena adanya peran pertumbuhan rambut dalam faktor risiko dan patogenesis kista pilonidal.
Pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, maupun imunokompromais perlu dilakukan kontrol rutin penyakit. Hal ini karena keadaan ini merupakan faktor risiko untuk kista pilonidal. Selain itu, pasien dengan imunokompromais juga berisiko untuk mengalami kista pilonidal kronis dan rekurens. Pemeriksaan fisik area predileksi, seperti sacrococcygeal, pada saat kontrol perlu dilakukan untuk identifikasi dan tata laksana kista pilonidal lebih awal.[2,6,7]