Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Sindrom Kompartemen monika-natalia 2023-05-03T09:44:54+07:00 2023-05-03T09:44:54+07:00
Sindrom Kompartemen
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Sindrom Kompartemen

Oleh :
dr.Monica
Share To Social Media:

Diagnosis sindrom kompartemen akut perlu dipikirkan pada pasien yang mengeluhkan hilangnya pulsasi distal, hipoestesia, dan paresis pada ekstremitas yang mengalami trauma. Diagnosis sindrom kompartemen kronik perlu dipikirkan pada atlet dengan nyeri, rasa kebas, atau palsy transien saat melakukan gerakan tentu ketika olahraga.[1,5]

Anamnesis

Sindrom kompartemen akut umumnya berkaitan dengan proses trauma. Sementara itu, sindrom kompartemen kronik merupakan kondisi yang jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada atlet.[1,5]

Sindrom Kompartemen Akut

Gejala klasik sindrom kompartemen akut dikenal dengan istilah 5P. Yang termasuk ke dalam 5P adalah:

  • Pain: nyeri adalah salah satu gejala subjektif dari sindrom kompartemen yang muncul pertama kali dan dapat dirasakan sebagai rasa nyeri yang dalam disertai rasa terbakar. Hal ini terjadi akibat adanya peregangan otot secara pasif di dalam kompartemen.

  • Pallor: pucat adalah gejala sindrom kompartemen terlambat yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada kulit.

  • Pulselessness: hilangnya pulsasi adalah gejala sindrom kompartemen terlambat yang jarang terjadi, kecuali pada cedera yang mengenai pembuluh darah arteri.

  • Paralisis merupakan gejala sindrom kompartemen yang terlambat dan baru muncul apabila cedera mengenai pembuluh darah arteri.
  • Parestesia adalah gejala sindrom kompartemen terlambat yang ditandai dengan adanya sensasi terbakar di kulit[4,8-10]

Nyeri pada sindrom kompartemen biasanya memiliki tingkat keparahan yang tampak tidak sebanding dengan cedera. Rasa sakit sering digambarkan sebagai terbakar, dalam, dan diperburuk oleh peregangan pasif otot yang terlibat.

Parestesia bisa muncul di awal perjalanan penyakit, tetapi tidak dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosis. Penurunan diskriminasi 2 poin telah dilaporkan sebagai manifestasi awal yang lebih bisa mengindikasikan terjadinya sindrom kompartemen.

Selain dari manifestasi klinis, dokter juga perlu menentukan mekanisme cedera. Cedera kecepatan tinggi, terutama yang melibatkan fraktur tulang panjang atau crush injury, merupakan cedera yang rentan mengalami sindrom kompartemen. Cedera penetrasi, seperti luka tembak dan luka tusuk, dapat menyebabkan cedera arteri yang juga meningkatkan kemungkinan terjadinya sindrom kompartemen.

Terapi antikoagulasi dan gangguan perdarahan seperti hemofilia juga secara signifikan meningkatkan kemungkinan sindrom kompartemen. Tanyakan pada pasien mengenai konsumsi antikoagulan karena sindrom kompartemen yang membutuhkan fasciotomi telah dilaporkan terjadi pada pasien yang mengonsumsi antikoagulan dan menjalani pungsi vena.[1]

Sindrom Kompartemen Kronik

Gejala klasik sindrom kompartemen kronik adalah rasa nyeri atau kram yang timbul selama olahraga dan menghilang setelah istirahat. Rasa nyeri biasanya menghilang dalam kurun waktu 15 menit setelah istirahat.

Keluhan lain yang dapat terjadi adalah bengkak, rasa kencang dan terikat, kesemutan, mati rasa, kelemahan anggota gerak yang terkena, dan foot drop bila sindrom kompartemen kronik terjadi pada kaki. Pasien sindrom kompartemen kronik biasanya adalah atlet yang melakukan gerakan repetitif, seperti pelari dan pendayung.[5]

Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik pada sindrom kompartemen akut adalah adanya bukti trauma dan deformasi pada ekstremitas yang terkena. Saat melakukan pemeriksaan fisik, dokter perlu menghindari manipulasi yang berlebihan dari area yang terkena karena dapat memperburuk iritasi pada kompartemen.

Temuan pemeriksaan fisik lain adalah adanya nyeri yang memburuk dengan peregangan pasif, hilangnya pulsasi pada area distal dari lokasi cedera, pucat, paralisis, dan parestesi. Membandingkan anggota tubuh yang terkena dengan anggota tubuh yang sehat dapat membantu dokter mengenali sindrom kompartemen.

Temuan pemeriksaan fisik yang penting adalah otot yang teraba kaku dan keras pada palpasi dalam. Bula juga dapat terlihat, namun bula juga bisa muncul pada kasus fraktur tanpa adanya sindrom kompartemen.

Pemeriksaan diskriminasi 2 titik telah dilaporkan sebagai tanda klinis awal yang baik untuk mengenali sindrom kompartemen. Sementara itu, adanya defisit sensorik mayor, defisit motorik, atau hilangnya denyut perifer mengindikasikan bahwa sindrom kompartemen sudah berlangsung ke tahap yang lebih berat.[1,4]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding sindrom kompartemen akut antara lain deep vein thrombosis dan selulitis. Sementara itu, diagnosis banding sindrom kompartemen kronik antara lain fibromyalgia dan medial tibial stress syndrome.

Deep Vein Thrombosis

Deep vein thrombosis (DVT) dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan sindrom kompartemen, yakni nyeri dan bengkak pada ekstremitas. Meski demikian, berbeda dengan DVT, sindrom kompartemen akut kebanyakan terjadi setelah adanya trauma pada ekstremitas, misalnya fraktur tibia.[1,11]

Selulitis

Selulitis juga bisa menyebabkan nyeri, bengkak, dan kemerahan yang mirip dengan sindrom kompartemen. Pada selulitis, penyebab keluhan adalah infeksi pada kulit. Apabila dilakukan pemeriksaan manometri, tidak akan didapatkan peningkatan tekanan intrakompartemen seperti yang ada pada sindrom kompartemen.[13]

Fibromyalgia

Fibromyalgia juga bisa menyebabkan keluhan nyeri dan kaku yang kronik seperti yang terjadi pada sindrom kompartemen kronik. Pada sindrom kompartemen kronik, gejala umumnya akan berkurang dengan istirahat dan menghindari aktivitas yang mencetuskan nyeri. Di sisi lain, nyeri pada fibromyalgia tersebar dan diperburuk dengan penekanan pada titik-titik nyeri.[14]

Medial Tibial Stress Syndrome

Medial tibial stress syndrome atau sering disebut sebagai shin splint merupakan kondisi medis pada atlet yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan akibat tekanan repetitif. Kondisi ini banyak dialami pelari. Berbeda dengan sindrom kompartemen kronik, palpasi pada tulang atau fasia yang mengalami shin splint akan menginduksi nyeri. Tekanan intrakompartemen pada shin splint juga akan ditemukan normal.[15]

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis sindrom kompartemen adalah pengukuran tekanan intrakompartemen dan pencitraan untuk mengidentifikasi fraktur atau trauma yang menyebabkan sindrom kompartemen.[4,9]

Pengukuran Tekanan Intrakompartemen

Pengukuran tekanan intrakompartemen adalah pemeriksaan yang dapat memastikan diagnosis sindrom kompartemen. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menusukkan jarum atau kateter ke dalam otot. Beberapa alat yang dapat digunakan adalah needle manometer, wick catheter, transducer-tip-intracompartmental catheter, dan slit catheter. Diagnosis sindrom kompartemen kronik dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan tekanan intrakompartemen di atas 30 mmHg.[4,9]

Pencitraan

Rontgen merupakan pemeriksaan sederhana yang tersedia luas dan dapat dilakukan untuk menilai adanya fraktur yang dapat menjadi etiologi sindrom kompartemen. MRI dapat dilakukan untuk mengevaluasi struktur otot serta menilai adanya cairan di dalam kompartemen. USG Doppler dapat digunakan untuk mengevaluasi aliran arteri dan untuk menyingkirkan deep vein thrombosis.[1,4,9]

Pemeriksaan Laboratorium

Pada sindrom kompartemen, hasil pemeriksaan laboratorium umumnya kurang bermanfaat dalam mendiagnosis atau menyingkirkan diagnosis sindrom kompartemen. Meski demikian, pada sindrom kompartemen akut yang terkait trauma, pertimbangkan perlunya dilakukan pemeriksaan rhabdomyolysis dengan mengukur kadar creatine phosphokinase (CPK), fungsi ginjal, urinalisis, dan urin myoglobin.

Kadar CPK melebihi 1000-5000 U/mL atau myoglobinuria mengindikasikan adanya sindrom kompartemen.[1]

Near Infrared Spectroscopy (NIRS)

Near Infrared Spectroscopy (NIRS) adalah suatu pemeriksaan untuk mengukur kadar oksigen dalam darah pada jaringan yang terkena. Pada sindrom kompartemen, NIRS menunjukkan adanya penurunan aliran darah di kompartemen otot. Pada sindrom kompartemen kronik, pemeriksaan ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat istirahat dan setelah olahraga.[4,9]

Referensi

1. Rasul AT. Acute compartement syndrome. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/307668-overview
4. Torlincasi AM, Lopez RA, Waseem M. Acute Compartment Syndrome. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448124/.
5. Buerba RA, Fretes NF, Devana SK, Beck JJ. Chronic exertional compartment syndrome: current management strategies. Open Access J Sports Med. 2019 May 23;10:71-79. doi: 10.2147/OAJSM.S168368. PMID: 31213933; PMCID: PMC6537460.
8. Donaldson J, Haddad B, Khan WS. The Pathophysiology, Diagnosis and Current Management of Acute Compartment Syndrome. The Open Orthopaedics Journal. 2014:8:185-193.
9. McMillan TE, Gardener WT, Schmidt AH, Johnstone AJ. Diagnosis acute compartment syndrome-where have we got to? International Orthopaedics (SICOT). 2019:43:2429-2435. DOI: https://doi.org/10.1007/s00264-019-04386-y
11. Waheed SM, Kudaravalli P, Hotwagner DT. Deep Vein Thrombosis. [Updated 2023 Jan 19]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507708/
12. Mauffrey C, Hak DJ, Martin III MP, editors. Compartment Syndrome: A Guide to Diagnosis and Management. Cham (CH): Springer; 2019. PMID: 32091680.
13. Sullivan T, de Barra E. Diagnosis and management of cellulitis. Clin Med (Lond). 2018 Mar;18(2):160-163. doi: 10.7861/clinmedicine.18-2-160. PMID: 29626022; PMCID: PMC6303460.
14. Siracusa R, Paola RD, Cuzzocrea S, Impellizzeri D. Fibromyalgia: Pathogenesis, Mechanisms, Diagnosis and Treatment Options Update. Int J Mol Sci. 2021 Apr 9;22(8):3891. doi: 10.3390/ijms22083891. PMID: 33918736; PMCID: PMC8068842.
15. Deshmukh NS, Phansopkar P. Medial Tibial Stress Syndrome: A Review Article. Cureus. 2022 Jul 7;14(7):e26641. doi: 10.7759/cureus.26641. PMID: 35949792; PMCID: PMC9356648.

Epidemiologi Sindrom Kompartemen
Penatalaksanaan Sindrom Kompartemen
Diskusi Terkait
dr.Indria Asrinda
Dibalas 11 September 2020, 10:54
Pasien dengan keluhan terdapat beberapa bula pada ekstremitas bawah kanan sejak 1 minggu yang lalu
Oleh: dr.Indria Asrinda
19 Balasan
Halo dokter, Saya ada pasien dengan keluhan bula di ekstremitas bawah. Pasien post jatuh sepeda 3mgg yg lalu. Dan muncul bula baru seminggu ini. Pasien kaki...
dr. Nurul Falah
Dibalas 30 Oktober 2019, 19:25
Bula yang muncul pada pasien post operasi patah tulang
Oleh: dr. Nurul Falah
9 Balasan
Alodokter, izin share pertanyaan user terkait ayahnya post op patah tulang, beberapa hari langsung muncul bula yang cukup banyak dan sebagian telah meletus,...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.