Epidemiologi Sindrom Kompartemen
Berdasarkan data epidemiologi, sindrom kompartemen akut dan kronik paling banyak terjadi pada tungkai bawah. 40% kasus sindrom kompartemen akut disebabkan oleh trauma.[4,9]
Global
Sindrom kompartemen akut paling sering terjadi berkaitan dengan fraktur, yakni mencapai 69% kasus. Fraktur tibia merupakan kondisi presipitasi tersering dari sindrom kompartemen akut. Telah dilaporkan bahwa 2-12% kasus sindrom kompartemen akut berkaitan dengan fraktur tibia. Sindrom kompartemen akut diperkirakan terjadi lebih banyak pada kasus fraktur tibia terbuka dibandingkan tertutup.[1]
Di sisi lain, sindrom kompartemen kronik merupakan sebuah kondisi medis yang langka. Sindrom kompartemen kronik umumnya terjadi pada atlet dan lebih sering melibatkan ekstremitas bawah dibandingkan ekstremitas atas. Populasi yang berisiko adalah atlet lari, pendayung, pengendara motor profesional, dan anggota militer berbaris.[5]
Indonesia
Hingga saat ini belum ada data epidemiologi sindrom kompartemen di Indonesia.
Mortalitas
Meskipun jarang menyebabkan mortalitas, sindrom kompartemen akut yang terlambat ditangani dapat menyebabkan disabilitas menetap pada pasien. Secara umum, semakin lama sindrom kompartemen dibiarkan maka akan semakin berat pula komplikasi yang dialami pasien dan semakin buruk luaran klinisnya.
Sindrom kompartemen akut yang terjadi selama 6 jam telah dilaporkan menyebabkan kerusakan ireversibel dan menyebabkan gangguan fungsional menetap. Selain itu, sindrom kompartemen juga dapat menyebabkan komplikasi infeksi yang berat hingga memerlukan amputasi.[1,3,7-9]