Penatalaksanaan Sindrom Kompartemen
Penatalaksanaan sindrom kompartemen akut yang utama adalah melakukan dekompresi dini, misalnya dengan fasiotomi. Semakin lama sindrom kompartemen berlangsung, iskemia yang dialami pasien akan semakin buruk dan kemungkinan luaran klinis juga akan semakin buruk.
Di sisi lain, sindrom kompartemen kronik umumnya diterapi dengan menggunakan pendekatan konservatif terlebih dulu. Pembedahan dapat dipertimbangkan jika klinis tidak membaik dengan terapi konservatif.[1,5]
Sindrom Kompartemen Akut
Sindrom kompartemen akut merupakan kondisi kegawatdaruratan medis yang memerlukan tindakan bedah emergency. Fasiotomi dekompresi merupakan tindakan bedah pilihan yang perlu dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis sindrom kompartemen akut ditegakkan.[1,7,8,10]
Fasiotomi Dekompresi
Fasiotomi dilakukan dengan membuat insisi pada kulit dan fasia yang melapisi kompartemen guna mengurangi tekanan di dalam otot. Berdasarkan beberapa data klinis disebutkan bahwa sindrom kompartemen akut yang terjadi di area ekstremitas sebaiknya segera menjalani tindakan fasiotomi dalam rentang waktu 1-12 jam setelah diagnosis ditegakkan. Tindakan fasiotomi yang dilakukan >12 jam dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf.[7,8,10]
Terapi Lain
Pada pasien yang dicurigai mengalami sindrom kompartemen akut, letakkan ekstremitas yang terkena sejajar dengan jantung. Elevasi tidak disarankan karena dapat menurunkan aliran darah dan menurunkan gradien tekanan arteri-vena.
Pada pasien dengan fraktur tibia yang dicurigai mengalami sindrom kompartemen, imobilisasi tungkai dengan posisi pergelangan kaki sedikit plantar fleksi. Ini akan menurunkan tekanan pada kompartemen posterior dalam dan tidak meningkatkan tekanan kompartemen anterior.
Pada sindrom kompartemen yang berkaitan dengan pemasangan gips atau bidai yang kurang tepat, lepaskan semua gips dan bidai yang terpasang. Melepaskan satu sisi bidai telah dilaporkan dapat menurunkan tekanan kompartemen sebanyak 30%, sedangkan pelepasan keseluruhan bidai dapat menurunkan tekanan hingga 85%.[1,12]
Sindrom Kompartemen Kronik
Tata laksana awal sindrom kompartemen kronik dilakukan dengan menggunakan pendekatan konservatif non-bedah berupa pemberian analgesik, RICE (rest, ice, compression, elevation), terapi fisik, dan rehabilitasi. Pasien juga perlu menghindari aktivitas fisik yang menjadi pencetus.
Apabila pendekatan awal dengan terapi konservatif non-bedah tidak berhasil, maka tindakan bedah menjadi pilihan dalam sindrom kompartemen kronik. Sama seperti tindakan bedah pada sindrom kompartemen akut, tindakan bedah pada sindrom kompartemen kronik juga berupa fasiotomi, yang membedakan adalah waktu dilakukan tindakan bedahnya. Pada sindrom kompartemen kronik, fasiotomi dilakukan secara elektif atau terjadwal.[2]
Teknik bedah yang dapat dipilih pada kasus sindrom kompartemen kronik adalah fasiotomi terbuka, endoscopy-assisted compartment release, single minimal-incision fasciotomy, percutaneous fasciotomy under local anesthesia, dan ultrasound-guided fasciotomy.[5]