Prognosis Sindrom Kompartemen
Prognosis sindrom kompartemen berhubungan dengan derajat keparahan cedera, durasi iskemia, faktor komorbid, serta waktu dilakukannya fasiotomi. Risiko komplikasi pada sindrom kompartemen yang tidak ditangani adalah defisit neurologis, hilangnya fungsi, infeksi, hingga perlunya dilakukan amputasi.[1,4,5,8,9]
Komplikasi
Sindrom kompartemen akut yang tidak mendapatkan penanganan tepat dan segera dapat menyebabkan terjadinya iskemia jaringan yang ireversibel. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi berupa defisit neurologis, hilangnya fungsi, nyeri kronik, nekrosis otot, infeksi, rhabdomyolysis, amputasi, hingga kematian.[6,8,10]
Kontraktur Volkmann merupakan deformitas residual yang dapat ditemukan dalam beberapa minggu atau bulan setelah sindrom kompartemen akut. 1-10% pasien telah dilaporkan mengalami kontraktur Volkmann. Potensi komplikasi lain yang lebih jarang adalah myonekrosis kalsifikasi pada otot ekstremitas bawah akibat sindrom kompartemen post traumatik.
Selain itu, komplikasi serius akibat infeksi dapat terjadi. Dalam sebuah analisis retrospektif, 11 dari 24 ekstremitas yang mendapat dekompresi bedah terlambat dilaporkan mengalami komplikasi infeksi, di mana 5 di antaranya memerlukan amputasi.
Kasus sindrom kompartemen rekuren sering dialami oleh atlet. Ini diduga berkaitan dengan terbentuknya jaringan parut pada otot yang terkena.[1]
Prognosis
Prognosis sindrom kompartemen akut bergantung pada keparahan dan durasi sindrom kompartemen, serta faktor komorbid yang dimiliki pasien. Secara umum, semakin cepat penanganan dilakukan, semakin baik juga prognosis sindrom kompartemen akut.
Beberapa studi menyebutkan bahwa fasiotomi yang dilakukan dalam 6 jam pertama memiliki kemungkinan pemulihan fungsi sebesar 100%. Fasiotomi yang dilakukan setelah 6 jam mungkin akan memberikan gejala sisa akibat kerusakan saraf. Sementara itu, fasiotomi yang dilakukan setelah 12 jam hanya mengembalikan fungsi pada 2/3 kasus.[1,4,7,8]
Pada sindrom kompartemen kronik, terapi bedah dan istirahat umumnya dapat meredakan gejala. Luaran klinis lebih baik dilaporkan pada pasien yang lebih muda, sedangkan luaran klinis yang lebih buruk dikaitkan dengan usia lebih tua, tekanan kompartemen lebih rendah, pekerjaan anggota militer, dan durasi gejala yang lebih panjang.[5]