Penatalaksanaan Alopecia Areata
Penatalaksanaan alopesia atau alopecia areata dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti luasnya daerah rambut yang hilang, usia pasien, biaya, dan besarnya dampak psikososial kehilangan rambut pada pasien. Terapi medikamentosa dapat berupa kortikosteroid, minoxidil, dan agen imunoterapi. Sementara itu, terapi nonmedikamentosa dapat berupa fototerapi, laser, dan krioterapi.[2,4,16]
Medikamentosa
Jenis medikamentosa yang umum digunakan untuk tata laksana alopecia areata adalah kortikosteroid yang diberikan secara intralesi, topikal, maupun oral. Selain itu, opsi obat lain adalah minoxidil, methotrexate, dan agen imunoterapi topikal.
Kortikosteroid Intralesi
Kortikosteroid, terutama yang diberikan secara intralesi, merupakan tata laksana lini pertama alopecia areata. Indikasi kortikosteroid intralesi adalah alopecia areata varian patchy dengan luas yang terbatas, serta alopecia pada bagian tubuh yang sensitif seperti alis. Terapi ini juga dapat menjadi terapi tambahan pada kasus alopecia areata yang bersifat luas
Salah satu kortikosteroid yang umum digunakan adalah triamcinolone acetonide 10 mg/ml yang diberikan secara bolus sebanyak 0,1 ml pada luas area 1 cm2 dan berjarak 1 cm antar lokasi injeksi. Injeksi perlu diulang setiap 2 minggu sebanyak 3 kali hingga pertumbuhan rambut terjadi. Studi menunjukkan bahwa pertumbuhan rambut dapat bertahan selama 6 bulan pada 50–95% pasien.
Kortikosteroid intralesi tidak dapat digunakan pada kasus alopecia luas. Kortikosteroid berpotensi menimbulkan efek samping berupa atrofi kulit pada lokasi injeksi, penurunan densitas tulang pada lansia, peningkatan tekanan intraokuler, glaukoma, dan katarak bila diinjeksi dekat dengan mata.[4,16]
Kortikosteroid Topikal
Meskipun memberikan hasil yang inferior dibandingkan kortikosteroid intralesi, sediaan kortikosteroid topikal biasanya digunakan sebagai alternatif, terutama jika kasus terjadi pada anak. Regimen yang dapat digunakan adalah clobetasol propionate 0,05%, hydrocortisone 1%, dan krim fluocinolone acetonide 0,2%. Pertumbuhan rambut dapat terlihat setelah 12–24 minggu pemberian.
Efek samping penggunaan kortikosteroid topikal adalah gatal, rasa terbakar, erupsi acneiformis pada wajah, striae, telangiektasis, dan atrofi kulit. Penelitian menunjukkan pemberian spironolactone dapat mengurangi efek samping atrofi akibat pemberian kortikosteroid topikal.[4,5,16]
Kortikosteroid Oral
Penggunaan kortikosteroid oral atau sistemik dapat bermanfaat pada alopecia areata, kecuali tipe universal dan ophiasis. Kortikosteroid oral dapat digunakan pada kasus alopecia areata yang progresif dan luas. Pemberian selama 6 minggu terbukti mampu menstimulasi pertumbuhan rambut.
Penggunaan 40 mg prednison selama 8 minggu yang dipadukan dengan kortikosteroid intralesi, minoxidil 5%, dan clobetasol solution selama 2 kali seminggu dapat memberi dampak signifikan terhadap pertumbuhan rambut. Namun, penggunaan kortikosteroid oral dapat menimbulkan efek samping supresi aksis hipotalamus-hipofisis, gangguan tulang dan mata, serta perburukan hipertensi atau diabetes.[5,16]
Minoxidil
Minoxidil tidak dapat digunakan sebagai monoterapi pada kasus alopecia areata. Obat ini perlu dikombinasikan dengan kortikosteroid intralesi atau topikal. Sediaan yang digunakan adalah minoxidil dengan konsentrasi 5% dalam bentuk foam atau solution karena konsentrasi yang lebih tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan pada area tubuh lain.
Penggunaan minoxidil dilaporkan tidak efektif pada pasien dengan alopecia areata yang luas. Minoxidil juga berpotensi menimbulkan efek samping berupa gatal, dermatitis, pertumbuhan rambut vellus, dan takikardia.[5,16]
Methotrexate
Methotrexate diindikasikan pada alopecia yang tidak merespons regimen standar, serta alopecia yang bersifat parah atau refrakter. Penggunaan methotrexate dengan dosis 15–25 mg dilaporkan mampu menginduksi pertumbuhan rambut kembali pada 57% penderita. Prevalensi pertumbuhan rambut ditemukan lebih tinggi bila methotrexate dikombinasikan dengan prednison oral 10–20 mg/hari.[16]
Imunoterapi Topikal
Agen imunoterapi topikal yang dapat digunakan untuk kasus alopecia areata adalah difenilsiklopropenon (DPCP) dan squaric acid dibutylester (SADBE). DPCP dapat diindikasikan pada penderita alopecia ekstensif, sedangkan SADBE diberikan sebagai alternatif apabila pemberian DPCP tidak memberikan respons.
Pemberian DPCP diawali dengan penggunaan pada area sirkuler dengan diameter 4 cm dan konsentrasi 2%. Setelah 1 minggu, terapi dilanjutkan dengan konsentrasi 0,001%. Konsentrasi ditingkatkan setiap minggu hingga penderita mengalami dermatitis ringan yang ditunjukkan dengan rasa gatal dan eritema selama 36 jam. Konsentrasi yang menyebabkan dermatitis ringan tersebut diberikan setiap minggu.
Setelah 48 jam pemberian DPCP, kulit kepala harus ditutup untuk menghindari paparan cahaya. Sebanyak 47% penderita akan mengalami pertumbuhan rambut kembali dalam 6 bulan pertama dan 20% akan mengalaminya dalam waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Imunoterapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan berpotensi menyebabkan dermatitis, limfadenopati servikal, dan limfadenopati oksipital.[5,16]
Nonmedikamentosa
Tata laksana nonmedikamentosa untuk penderita alopecia areata meliputi fototerapi dan laser, krioterapi, serta tata laksana kosmetik.[5,16]
Fototerapi dan Laser
Prinsip fototerapi adalah penggunaan sinar ultraviolet (UV) yang dapat mengurangi jumlah serta aktivitas sel Langerhans. Sinar UV dapat mensupresi reaksi proinflamasi sehingga rambut kembali tumbuh beberapa bulan setelah tindakan. Terapi ini dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tidak cocok atau gagal merespons terapi lainnya.
Pada lesi tunggal atau beberapa kasus alopecia universal, penggunaan laser 308 nm telah terbukti efektif. Penggunaan narrowband ultraviolet b (NBUVB) juga dilaporkan efektif pada penderita dengan alopecia areata yang berat.[5,17]
Krioterapi
Mekanisme krioterapi dalam tata laksana alopecia areata melibatkan proses modulasi pertumbuhan rambut melalui regulasi sistem imun, terutama mengurangi interleukin-17, granzyme B, dan pelepasan serta aktivasi sel T.[5,18]
Tata Laksana Kosmetik
Penggunaan protesa kulit kepala diindikasikan pada alopecia areata tipe ekstensif dengan keterlibatan >50% kulit kepala. Penggunaan protesa bertujuan untuk menutupi daerah kulit kepala yang mengalami kebotakan.
Penggunaan rambut tambahan secara semipermanen juga dapat melengkapi penggunaan protesa untuk menutupi hilangnya rambut. Rambut tambahan tersebut biasa bertahan selama 8 minggu. Untuk mengatasi hilangnya rambut di daerah alis, penggunaan alis artifisial, tato semipermanen, dan manual microblading dapat menjadi pertimbangan.[16]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur