Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
Diagnosis dermatitis kontak alergi perlu dicurigai pada pasien dengan lesi kulit yang timbul setelah paparan zat, obat, atau produk tertentu. Karakteristik lesi dapat berupa eritema, vesikel, bula dengan dasar edematosa, hingga skuama, fisura, dan likenifikasi. Pemeriksaan penunjang berupa uji cukit kulit dan patch test dapat digunakan untuk mengidentifikasi alergen.[1,2]
Anamnesis
Anamnesis dermatitis kontak alergi meliputi keluhan yang dialami, riwayat penyakit kulit, riwayat paparan alergen, pekerjaan, dan penggunaan obat-obatan.[1,2,7]
Keluhan
Ruam kemerahan yang terasa gatal disertai sensasi terbakar dan perih merupakan keluhan yang paling umum dialami. Lokasi keluhan sesuai dengan area yang berkontak dengan alergen.
Predileksi yang paling sering adalah tangan, kaki, wajah, dan kelopak mata. Meski begitu, keluhan dapat muncul di seluruh tubuh akibat secondary allergen transfer atau sensitisasi alergen sistemik.[1,2,7]
Riwayat Penyakit Kulit
Adanya penyakit kulit, seperti dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis stasis, dan dermatitis atopik akan meningkatkan risiko terjadinya dermatitis kontak alergi.[1,2,7]
Paparan Alergen
Riwayat penggunaan produk-produk tertentu, seperti parfum, sarung tangan lateks, dan perhiasan yang mengandung nikel sebelum munculnya paparan merupakan informasi diagnostik yang penting. Alergen lain dapat berupa bahan kimia untuk tekstil, pewarna rambut, sampo, sabun, pewangi pakaian, lotion, atau deodorant.[1,2,7]
Riwayat Pekerjaan
Riwayat pekerjaan juga penting untuk ditanya secara mendetail untuk menggali kemungkinan paparan di tempat kerja. Beberapa pekerjaan seringkali berkaitan dengan dermatitis kontak alergi terkait penggunaan berulang sarung tangan, bahan kimia, maupun sabun cuci tangan, misalnya pada petugas kesehatan.[1,2,7]
Obat
Obat oles dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Contohnya adalah penggunaan sediaan topikal neomycin dan kortikosteroid seperti triamcinolone.[1,2,7]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada dermatitis kontak alergi perlu meliputi pemeriksaan kulit. Melalui pemeriksaan kulit, dapat ditentukan apakah dermatitis kontak alergi masuk ke dalam kategori akut, subakut, atau kronik.
Lesi fase akut ditandai dengan tanda peradangan seperti eritema, vesikel, dan bula dengan dasar edematosa. Pada fase subakut, bisa tampak gambaran papul eritema dan weeping. Sementara itu, fase kronik dapat menunjukkan gambaran skuama, fisura, dan likenifikasi.
Pada dermatitis kontak alergi, lesi umumnya memiliki batas, garis, dan sudut yang jelas. Lokasi lesi dapat membantu mempersempit kemungkinan alergen penyebab. Contohnya, alergi terhadap komponen logam pada celana atau ikat pinggang dapat menimbulkan lesi periumbilikal. Lesi pada wajah, kelopak mata, bibir mungkin disebabkan kontak dengan bahan kosmetik. Pada beberapa profesi, lokasi lesi pada tangan dapat menunjukkan alergen berupa sarung tangan lateks, misalnya pada perawat dan dokter.[1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari dermatitis kontak alergi mencakup dermatitis atopik dan dermatitis kontak iritan.[1,2]
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik dan dermatitis kontak alergi kadang memberikan gambaran morfologi serupa. Dermatitis atopik masuk ke dalam triad atopik atau dikenal dengan istilah atopic march yakni dermatitis atopik, rhinokonjungtivitis alergi, dan asma. Pada dermatitis atopik, lesi kulit biasanya lebih luas dibandingkan dermatitis kontak alergi dan umumnya terdapat keterlibatan ekstremitas ekstensor.[8]
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan merupakan inflamasi kulit akibat paparan dari agen yang bersifat iritan atau korosif. Lokasi dermatitis kontak iritan umumnya adalah regio manus. Gejala yang khas pada dermatitis kontak iritan yakni rasa perih dan terbakar, dapat disertai gatal. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan kulit kering dan fisura. Batas lesi tidak sejelas dermatitis kontak alergi.[9]
Eczema Dishidrotik
Eczema dishidrotik atau dikenal dengan nama lain Pompholyx umumnya timbul di tangan dan kaki dalam bentuk vesikel yang jelas dan dalam, menyerupai “tapioca pudding”, disertai dengan eritema dan skuama. Kondisi ini disebut sebagai palmoplantar eczema.[10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus dermatitis kontak alergi yakni berupa identifikasi alergen menggunakan uji cukit kulit, uji tempel atau patch test, dan repeat open application test (ROAT). Pemeriksaan patch test wajib dilakukan terutama pada pasien dengan dermatitis kontak alergi dengan gejala persisten.[1,2]
Skin Test
Uji cukit kulit dan patch test dapat dilakukan untuk identifikasi alergen pencetus dermatitis kontak alergi. Pada uji cukit kulit, alergen yang diujikan diaplikasikan pada kulit menggunakan jarum dan dievaluasi apakah menimbulkan reaksi alergi.
Sementara itu, pada patch test, plat aluminium yang sudah diberi zat alergen ditempelkan pada area kulit (biasanya pada punggung atas) dan didiamkan selama 48 jam. Setelah itu, dilihat apakah terdapat reaksi alergi pada area yang dipaparkan dengan alergen.[2]
Interpretasi hasil patch test didasarkan pada kriteria International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG).[11]
Tabel 1. Interpretasi Patch Test Berdasarkan Kriteria ICDRG
Simbol | Morfologi | Interpretasi |
- | Tidak bereaksi | Negatif |
?+ | Hanya sedikit makular eritema | Reaksi diragukan |
+ | Eritema, infiltrasi, dan gambaran mirip papul | Positif lemah |
++ | Eritema, infiltrasi, papul, dan vesikel | Positif kuat |
+++ | Eritema intens, infiltrasi, dan vesikel berkerumun | Positif ekstrem |
IR | Morfologi lain seperti nekrosis | Reaksi iritan |
Sumber: Goel S, et al. 2019.[11]
Repeat Open Application Test
Repeat open application test (ROAT) biasanya dilakukan apabila hasil patch test meragukan atau negatif. ROAT juga merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan alergen.
Produk yang akan diperiksa diaplikasikan pada area kecil di kulit secara berulang selama beberapa hari untuk melihat apakah terjadi dermatitis kontak alergi. Produk yang diaplikasikan biasanya berupa kosmetik dan obat topikal.[2,12]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah