Etiologi Dermatitis Kontak Alergi
Etiologi dermatitis kontak alergi adalah paparan terhadap alergen. Bahan-bahan yang berpotensi sebagai alergen di antaranya tanaman rambat Toxicodendron radicans, nikel, lateks pada sarung tangan, pewarna rambut, bahan kimia untuk tekstil, bahan pengawet, parfum, dan tabir surya. Menurut American Contact Dermatitis Society (ACDS), alergen pada dermatitis kontak alergi dapat dibagi menjadi core allergen panel I- IX.[1,4]
Tabel 1. Core Allergen pada Dermatitis Kontak Alergi
Core Allergen Panel I | ||
Nikel sulfat 2,5% | Budesonide | |
Bahan pewangi | Formaldehida | |
Neomycin | Kobalt klorida | |
Core Allergen Panel II | ||
Ethylenediamin dihidroklorida 1% | Imidazolidinyl urea | |
Kalium dikromat | Carba mix | |
Paraben | Thiuram mix | |
Karet hitam | ||
Core Allergen Panel III | ||
Formaldehid 2% | Benzokain | |
Mercaptobenzothiazole | Bacitracin | |
Resin epoxy | Ethylenediamine | |
Core Allergen Panel IV | ||
Propylene glycol 30% | Methyl methacrylate | |
Pewarna biru 106 dan 124 | Natrium tiosulfat emas | |
Ethyl Acrylate | ||
Core Allergen Panel V | ||
Mixed dialkyl thioureas 1%, | Chloroxylenol | |
Propylene glycol | Cetyl Steryl alcohol | |
Glyceryl thioglycolate | Glutaraldehyde | |
Core Allergen Panel VI | ||
Desoximetasone | Ethyl cyanoacrylate | |
Benzyl alcohol | Propolis | |
Benzalkonium chloride | Amidoamine | |
Core Allergen Panel VII | ||
2-Hydroxy-4-methoxybenzophenone-5-sulfonic acid (benzophenone-4) 2% | Ethyleneurea melamine-formaldehyde 5% | |
Asam Sorbat 2% | Ylang-ylang 2%, | |
Phenoxyethanol | Sodium benzoate 5% | |
Ethylhexylglycerin 5% | Sorbitan sesquioleate 20% | |
Core Allergen Panel VIII | ||
Triamcinolone 1% | Clobetasol-17-propionate 1% | |
Amidoamine 0,1% | Alkohol Benzyl 10% | |
Ethyl cyanoacrylate 10% | Phenoxyethanol 1% | |
6-ditert-butyl-4-cresol (BHT) 2% | Disperse orange 3,1% | |
Core Allergen Panel IX | ||
Alkohol Cetyl steryl 20% | Benzyl salicylate 10% | |
Carmine 2.5%, | Pramoxine hydrochloride 2% | |
Lauryl polyglucose (glucosides) 3.0% | Shellac 20% alcohol | |
Jasmine 2% | Peppermint 2.0% |
Sumber: dr. Novita Tirtaprawita, Alomedika, 2023.[1,4]
Faktor Risiko
Faktor risiko dari dermatitis kontak alergi dapat terbagi menjadi 2, yakni yang didapat (acquired) dan inheren. Faktor risiko yang didapat yakni penyakit inflamasi yang diderita sebelumnya, seperti dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis stasis, dan dermatitis atopik. Faktor risiko yang inheren yakni variasi genetik yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan untuk mengalami dermatitis kontak alergi, jenis kelamin, dan etnis tertentu.[1,5]
Faktor Risiko Didapat
Faktor risiko didapat meliputi dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis stasis, dan dermatitis atopik.
Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat menjadi faktor risiko karena keterkaitannya dengan kerusakan fungsi sawar kulit setelah paparan dari zat iritan.
Dermatitis stasis disebabkan oleh insufisiensi vena sehingga menyebabkan kelainan pada kulit. Kondisi dermatitis stasis meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami dermatitis kontak alergi.
Sama seperti DKI, dermatitis atopik dapat menjadi faktor risiko dari terjadinya dermatitis kontak alergi karena keterkaitannya dengan kerusakan fungsi sawar kulit sehingga mempermudah penetrasi dari toksin dan alergen ke dalam kulit.[1,5]
Faktor Risiko Inheren
Faktor risiko inheren berkaitan dengan gen, jenis kelamin, dan etnis tertentu. Polimorfisme telah dilaporkan berkaitan dengan dermatitis kontak alergi. Polimorfisme dijelaskan memiliki keterkaitan dengan epidermal N-acetyltransferases (NATs) yang memiliki aktivitas enzimatik yang tinggi. NATs berfungsi dalam proses aktivasi dan metabolisme antigen uptake dari kulit.
Jenis kelamin wanita memiliki risiko 2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami dermatitis kontak alergi dibandingkan pria. Hal ini diduga berkaitan dengan penggunaan perhiasan atau tindik menggunakan dengan bahan nikel, pemakaian parfum, dan pengaruh hormonal.
Studi mengenai keterkaitan etnis dan dermatitis kontak alergi masih menjadi perdebatan. Diduga etnis yang memiliki warna kulit lebih gelap, memiliki fungsi sawar kulit yang lebih baik terhadap substansi tertentu, sehingga menurunkan risiko untuk mengalami dermatitis kontak alergi.[1,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah