Diagnosis Hiperhidrosis
Diagnosis hiperhidrosis dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau mencari etiologi spesifik.[1,2]
Kriteria diagnosis untuk hiperhidrosis primer adalah:
- Keringat berlebih yang berlangsung selama enam bulan atau lebih
- Keringat banyak pada area-area khas seperti aksila, palmar, plantar pedis, dan wajah
- Keringat banyak terjadi bilateral dan simetris
- Pada malam hari, keringat akan berkurang bahkan tidak ada
- Episode berkeringat terjadi selama minimal 7 hari
- Terjadi pada usia 25 tahun atau lebih muda
- Terdapat riwayat hiperhidrosis pada keluarga
- Keringat berlebih mempengaruhi kegiatan sehari-hari[1]
Anamnesis
Pasien datang ke dokter dengan keluhan utama keringat berlebih, baik secara lokal atau sistemik. Lokasi utama yang umumnya dikeluhkan adalah palmar, plantar pedis, wajah, dan aksila. Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter perlu membedakan antara hiperhidrosis yang primer (fokal) atau sekunder (general).
Hiperhidrosis primer sering terjadi pada populasi muda seperti anak-anak atau dewasa muda. Keluhan dapat berlangsung selama lebih dari enam bulan atau sudah mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari hingga pasien merasa perlu ke dokter.
Jika gejala hiperhidrosis muncul pada usia lebih tua, dokter perlu memikirkan penyebab yang mendasari karena pada kelompok usia ini hiperhidrosis sekunder lebih sering terjadi.
Selain itu, pasien dengan hiperhidrosis primer umumnya tidak mengeluhkan berkeringat ketika tidur. Oleh karena itu, anamnesis juga perlu menggali lokasi dari keringat berlebih, durasi gejala, riwayat penyakit keluarga, awitan, dan komorbiditas.
Riwayat penyakit lain yang diderita pasien seperti tanda dan gejala penyakit infeksi, konsumsi obat-obatan, gangguan endokrin, gangguan neurologi, dan keganasan perlu ditanyakan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kemungkinan penyakit yang mendasari. Hiperhidrosis dapat berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol, gangguan cemas, tuberkulosis, hingga hipertiroid.[1,2,14]
Derajat Keparahan
Untuk menilai derajat keparahan hiperhidrosis dapat digunakan kuesioner hyperhidrosis disease severity scale (HDDS). Skor tertinggi menunjukkan dampak yang lebih besar pada kualitas hidup.
- Keringat saya tidak pernah terlihat dan tidak pernah mengganggu aktivitas sehari-hari
- Keringat saya dapat ditoleransi namun terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari
- Keringat saya hampir tidak bisa ditoleransi dan sering mengganggu aktivitas sehari-hari
- Keringat saya tidak dapat ditoleransi dan selalu mengganggu aktivitas sehari-hari[7]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada hiperhidrosis dapat dilakukan dengan pengamatan visual. Diagnosis umumnya dibuat berdasarkan adanya tampilan klinis yang khas yaitu tampak keringat berlebihan atau yang sudah mengganggu kehidupan sehari-hari pada area aksila, palmar, plantar pedis, atau wajah.
Tes Pati Yodium
Pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan pemeriksaan menggunakan pati yodium. Tes ini dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran 0,5-1 gram kristal yodium dan 500 gram pati ke area yang dicurigai terjadi hiperhidrosis. Area yang menghasilkan keringat akan mengubah cairan yang disemprotkan menjadi berwarna hitam. Tes ini dapat menilai derajat hiperhidrosis secara objektif dan melihat distribusi hiperhidrosis.
Gravimetri
Selain tes pati, untuk melihat jumlah keringat dapat digunakan gravimetri. Gravimetri dapat digunakan terutama untuk menilai hiperhidrosis pada ketiak. Kertas saring akan ditimbang sebelum dan sesudah digunakan pada kulit ketiak selama periode waktu yang ditentukan (rentang waktu 60 detik atau 5 menit). Perbedaan berat menunjukkan banyaknya keringat yang dihasilkan selama periode pengukuran. Hiperhidrosis aksila didefinisikan sebagai kenaikan berat pada kertas saring lebih dari 50 mg per menit.[1,2,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang harus dipikirkan apabila menemukan pasien dengan hiperhidrosis adalah penyakit-penyakit sistemik yang dapat menimbulkan keringat berlebih.
Diagnosis Banding terkait Endokrin-Metabolik
Tirotoksikosis dan kondisi hipertiroid dapat menimbulkan tampilan klinis berkeringat banyak. Perlu dilakukan pemeriksaan fisik terkait kelenjar tiroid dan pemeriksaan sistemik lain yang berkaitan. Pemeriksaan fungsi tiroid juga dapat membantu menyingkirkan diagnosis ini.
Kondisi lain seperti hipoglikemia dapat menampilkan keringat banyak saat pemeriksaan fisik. Untuk menyingkirkan kondisi hipoglikemia, dapat dilakukan pemeriksaan fisik lain dan pemeriksaan gula darah sewaktu.[1,2]
Diagnosis Banding terkait Sistem Saraf
Kelainan saraf seperti neuropati dan cedera medulla spinalis dapat menyebabkan kondisi hiperhidrosis sekunder. Diperlukan pemeriksaan saraf tepi secara detail dan pemeriksaan radiologi untuk menyingkirkan diagnosis banding terkait sistem saraf.
Penyakit Parkinson juga dapat menyebabkan kondisi hiperhidrosis. Pada penyakit Parkinson, dapat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan neurologis yang lebih detail untuk melihat gejala khas seperti tremor, bradikinesia, otot yang rigid, perubahan postur, atau perubahan cara berbicara dan menulis.[1,2]
Diagnosis Banding terkait Infeksi
Pada infeksi, terutama ketika infeksi tersebut menyebabkan demam, dapat terjadi hiperhidrosis. Hampir semua penyakit yang menyebabkan demam dapat menyebabkan hiperhidrosis. Hiperhidrosis pada kondisi ini dapat terjadi selama infeksi berlangsung. Pada tuberkulosis, keringat banyak lebih khas terjadi di malam hari.[1,2]
Penggunaan Obat
Hiperhidrosis sekunder dapat dimediasi oleh obat-obatan seperti penggunaan alkohol jangka panjang, cocaine, heroin, nortriptilin, pilokarpin, suplemen zinc, acyclovir, ciprofloxacin, dan esomeprazole. Diperlukan anamnesis untuk menggali riwayat pengobatan, atau pemeriksaan laboratorium spesifik untuk mendeteksi adanya zat-zat tersebut pada tubuh.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hiperhidrosis dilakukan sebagai evaluasi untuk menentukan apakah hiperhidrosis terjadi secara primer atau sekunder. Sebelum melakukan pemeriksaan penunjang, pastikan untuk menggali riwayat-riwayat pasien yang dicurigai menjadi penyebab dasar dari hiperhidrosis sekunder.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sesuai indikasi adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan metabolik dasar, pemeriksaan fungsi tiroid, rontgen dada, dan HbA1C.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja