Penatalaksanaan Lymphedema
Penatalaksanaan lymphedema berfokus untuk memperbaiki aliran limfatik pada tungkai. Pada hal ini, fisioterapi menjadi pilihan penatalaksanaan bagi pasien dengan lymphedema. Sedangkan, pemberian obat seperti diuretik dinilai tidak efektif dalam penanganan lymphedema.
Fisioterapi
Fisioterapi, disebut juga complex decongestive physiotherapy (CDPT) atau combined physical therapy (CPT), bertujuan untuk mengurangi volume tungkai dan memperbaiki kesehatan kulit. CDPT memiliki dua tahap, tahap pertama terdiri dari drainase manual (manual lymphatic drainage, MLD), perawatan kulit, latihan range of motion, dan kompresi. Sedangkan tahap kedua berfokus untuk mempertahankan hal yang dicapai pada tahap pertama. Tahap kedua terdiri dari penggunaan kain elastis, kain non-elastis, serta perawatan kulit dan pemijatan pada sekitar daerah edema.[3,10,15]
Fisioterapi Tahap Pertama
Tahap pertama berfungsi untuk memperbaiki aliran limfatik dan kontraktilitas pembuluh limfa. MLD dilakukan untuk meningkatkan pengisian limfatik pada jaringan kutan dan meningkatkan dilatasi dan kontraktilitas saluran limfatik. Latihan menggerakkan tungkai berdasarkan range of motion berfungsi untuk meningkatkan aliran limfatik ke pembuluh yang sejajar. Sedangkan, kompresi menggunakan perban berlapis dapat meningkatkan kontraktilitas dan aliran limfatik.[3,10,15]
Fisioterapi Tahap Kedua
Tahap kedua dilakukan segera setelah tahap pertama. Pada tahap ini, digunakan kain elastis atau nonelastis berupa stocking, sleeves, atau sarung tangan, untuk mempertahankan kontraktilitas dan aliran limfatik, serta mencegah reakumulasi cairan limfe.[3,10,15]
Penurunan Berat Badan dan Aktivitas Fisik
Salah satu terapi medis yang cukup penting dalam penatalaksanaan kasus lymphedema adalah manajemen penurunan berat badan serta aktivitas fisik. Beberapa studi klinis acak menunjukkan adanya penurunan ukuran tungkai atas pada pasien lymphedema yang menjalani manajemen diet dan berat badan selama 12 minggu. Beberapa jenis aktivitas fisik yang berhubungan dengan perbaikan lymphedema adalah latihan aerobik serta ketahanan tubuh yang berhubungan dengan komposisi tubuh.
Beberapa studi menunjukkan bahwa latihan aerobik mampu memperbaiki fungsi sistem limfatik dengan cara menurunkan inflamasi jaringan subkutan serta memperbaiki mekanisme pemompaan sistem limfatik.[3]
Farmakoterapi
Saat ini belum ada obat yang dapat meningkatkan laju aliran limfatik. Beberapa terapi farmakologi dapat diberikan sesuai indikasi, misalnya pemberian antibiotik pada kasus lymphedema disertai selulitis atau pemberian terapi filariasis. Selain itu, antifungal juga dapat diberikan pada kasus lymphedema disertai infeksi jamur.
Pemberian obat diuretik bukan merupakan indikasi pada kasus lymphedema. Hal ini karena pada lymphedema terjadi penumpukan cairan kaya protein pada jaringan, bukan penumpukan cairan murni.
Pada pasien dengan filariasis, dapat diberikan diethylcarbamazine dan ivermectin. Sedangkan pada pasien yang dicurigai terjadi limfangitis berulang atau bahkan selulitis, dapat diberikan antibiotik seperti clindamycin dan cefazolin. Pemberian emolien untuk mengurangi hiperkeratosis juga direkomendasikan pada pasien lymphedema. Emolien yang dapat diberikan contohnya adalah urea dan amonia.[8]
Pembedahan
Tujuan terapi pembedahan pada kasus lymphedema adalah untuk mengurangi jaringan fibroadiposa (pendekatan reduktif). Selain itu, terapi pembedahan juga dapat dilakukan untuk mengembalikan kontinuitas anatomi dan fungsi pembuluh limfatik (pendekatan fisiologis).
Pembedahan Pendekatan Reduktif
Terapi pembedahan dengan pendekatan reduktif cocok digunakan pada pasien dengan kasus lymphedema yang didominasi komponen fibroadiposa. Pada teknik ini, eksisi langsung dapat dilakukan menggunakan prosedur Charles atau Sistrunk untuk kasus lymphedema stadium akhir pada tungkai atas maupun bawah atau pada lymphedema genitalia. Walau demikian, metode ini memiliki morbiditas yang tinggi, serta kemungkinan infeksi dan penundaan waktu penyembuhan pasien.
Selain eksisi langsung, liposuction dapat dilakukan pada pasien dengan stadium lanjut yang disertai lymphedema non-pitting dengan deposisi jaringan adiposa yang tinggi. Studi pada pasien dengan breast cancer-related lymphedema (BCRL) menunjukkan bahwa metode liposuction mampu menurunkan volume lymphedema sebanyak 50% hingga 100%.[3]
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan liposuction adalah parestesia dan masalah yang berhubungan dengan penyembuhan luka. Selain itu, lymphedema serta deposisi jaringan lemak dapat kembali muncul dalam waktu 3 bulan apabila pasien tidak rutin memakai pakaian kompresi.[3,8]
Pembedahan Pendekatan Fisiologik
Terapi pembedahan dengan pendekatan fisiologis dapat dilakukan dengan dengan dua metode, yaitu lymphovenous bypass procedure (LVB) serta vascularized lymph node transplantation (VLNT). Pada LVB, aliran limfatik yang tersumbat akan dipindahkan ke vena regional. Prosedur LVB meliputi pembuatan anastomosis pada jaringan kolektor limfatik superfisial ke venula terdekat menggunakan teknik supermicrosugery.
Pada teknik VNLT, nodus limfe yang sehat dari bagian tubuh lain akan diambil menggunakan pendekatan transplantasi ortotopik atau heretotropik. Pada transplantasi ortotopik, nodus limfe dipindahkan ke regio diseksi kelenjar getah bening sedangkan pada transplantasi heterotropik, nodus limfe dipindahkan ke bagian distal ekstremitas yang mengalami lymphedema.[3]
Terapi Laser
Terapi lain, yaitu low–level laser therapy (LLLT), dilakukan dengan menggunakan sinar laser untuk menstimulasi perubahan jaringan kulit melalui mekanisme nontermal. Selain itu, beberapa studi juga menunjukkan LLLT memiliki efek antiinflamasi dan antifibrotik.[3]
Terapi Sel Punca
Pilihan terapi lain adalah terapi sel punca menggunakan sumsum tulang atau adipose tissue–derived mesenchymal stem cells yang diinjeksikan secara intramuskuler. Walau demikian, belum banyak studi yang menunjukan efikasi terapi ini.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Rainey Ahmad Fajri Putranta