Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Pedikulosis general_alomedika 2022-10-21T09:12:29+07:00 2022-10-21T09:12:29+07:00
Pedikulosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Etiologi Pedikulosis

Oleh :
dr. Ida Bagus Nugraha
Share To Social Media:

Etiologi pedikulosis yang paling sering di manusia ada tiga jenis parasit, yaitu, Pediculus humanus capitis, Pthirus pubis, dan Pediculus humanus corporis. Transmisi pedikulosis melalui kontak langsung dengan pasien, maka faktor risiko penyakit ini di antaranya beraktivitas, bermain, tidur, atau menggunakan alat bersama pasien.[1,3,7]

Etiologi

Pedikulosis disebabkan oleh parasit atau kutu Pediculus humanus capitis, Pthirus pubis, dan Pediculus humanus corporis. Morfologi Pediculus humanus terdiri dari 3 fase, yaitu nits, nymph, dan kutu dewasa. Secara umum, semua jenis kutu Pediculus memiliki morfologi nits yang sama. Nits memiliki ukuran sekitar 0,8x0,3 mm, berbentuk oval, dan berwarna kuning keputihan, yang menyerupai ketombe.

Sementara itu, nymph merupakan kutu muda yang memiliki morfologi mirip dengan kutu dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil.

Morfologi Kutu Dewasa Pediculus humanus capitis

Setiap kutu dewasa memiliki morfologi yang berbeda. Pediculus humanus capitis atau kutu kepala memiliki ukuran sebesar kacang wijen, panjang 2–3 mm, 3 pasang kaki yang masing-masing memiliki cakar, berwarna sawo matang, dan tidak memiliki sayap.

Kutu kepala betina memiliki bentuk kepala lebih besar dibandingkan jantan, dan memiliki struktur posterior protrusions berbentuk V yang membantunya melekat pada batang rambut untuk bertelur.

Morfologi Kutu Dewasa Pediculus humanus corporis

Pediculus humanus corporis atau kutu badan memiliki panjang sekitar 2,5–3,5 mm, 3 pasang kaki yang masing-masing memiliki cakar, berwarna sawo matang sedikit putih-keabuan, tidak memiliki sayap, dan berbentuk datar.

Morfologi Kutu Dewasa Phthirus pubis

Pthirus pubis disebut juga kutu kemaluan atau kutu kepiting, karena bentuk badannya yang menyerupai kepiting. Kutu kemaluan memiliki ukuran sekitar 1–2 mm, badan yang rata ke arah dorsoventral, memiliki 3 pasang kaki masing-masing bercakar, tidak memiliki sayap, dan mulut berbentuk stilet yang tajam.[1,3,5,7-10]

Siklus Hidup

Siklus hidup ektoparasit pedikulosis secara keseluruhan sama. Kutu betina akan bertelur dan melekatkan nits menggunakan lem yang mereka keluarkan. Nits kutu kepala dan pubis akan melekat pada batang rambut, sedangkan kutu badan akan melekat pada serat pakaian.

Kutu kepala dapat menghasilkan 10 telur setiap 24 jam, kutu badan menghasilkan sekitar 10–15 telur, dan kutu pubis menghasilkan sekitar 1–2 telur setiap 24 jam. Nits akan menetas dalam kurun waktu 8–9 hari bila berada di suhu optimal. Nits dapat bertahan di luar host selama 10 hari.

Nits yang menetas akan mengeluarkan nymph atau kutu muda. Nymph akan meranggas sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 7 hari untuk menjadi dewasa. Nymph perlu meranggas sebanyak 2 kali untuk dapat berjalan dan memiliki kemampuan untuk transmisi.

Kutu dewasa akan bertahan hidup selama memiliki asupan darah. Kutu kepala dan pubis dapat bertahan sampai 30 hari, dimana kutu badan dapat bertahan sampai 60 hari. Bila terlepas dari host, kutu hanya dapat bertahan hidup selama 1–2 hari.[1,7,8,11]

Faktor Risiko Transmisi

Transmisi pedikulosis terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfestasi. Pedikulosis tidak bisa ditransmisikan tanpa kontak langsung, karena kutu tidak memiliki kemampuan untuk terbang atau loncat.

Pedikulosis kapitis (kutu kepala) dapat transmisi melalui kontak langsung dengan rambut yang terinfestasi. Kontak langsung umum terjadi saat anak sedang beraktivitas seperti olahraga, bermain, atau tidur bersama anak lain. Transmisi melalui sisir, tempat tidur, sofa, handuk, bantal, karpet dan mainan juga dapat terjadi, namun kemungkinannya kecil.

Pedikulosis korporis (kutu badan) dapat transmisi melalui kontak langsung dengan orang atau pakaian, sprei, tempat tidur, atau benda yang terinfestasi. Jenis pedikulosis ini umum ditemukan pada individu yang memiliki tingkat higienitas buruk, tinggal di tempat padat penduduk seperti asrama, pengungsian, atau pada individu tunawisma.

Pedikulosis pubis (kutu kemaluan) dapat transmisi melalui kontak seksual dengan orang yang terinfestasi. Transmisi melalui fomites dapat terjadi, namun kemungkinannya kecil. Penggunaan kondom tidak dapat mencegah terjadi transmisi pedikulosis pubis.[3,7-9,11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Bragg BN, Wills C. Pediculosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470343/
3. Ko CJ, Elston DM. Pediculosis. Journal of the American Academy of Dermatology, 2004. 50(1): 1–12. doi:10.1016/s0190-9622(03)02729-4
4. Gunning K, Pippit K, Bernadette K, Sayler M. Pediculosis and Scabies : A Treatment Update. Am Fam Phys, 2013. 24(3): 211-216.
5. Feldmeier H. Treatment of Pediculosis Capitis: A Critical Appraisal of the Current Literature. American Journal of Clinical Dermatology, 2014. 15(5): 401–412. doi:10.1007/s40257-014-0094-4
7. Guenther LCC. Pediculosis and Pthiriasis. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/225013-overview#a5
8. CDC. Lice. 2019. https://www.cdc.gov/parasites/lice/index.html
9. CDC. DPDx. Pediculosis. 2019. https://www.cdc.gov/dpdx/pediculosis/index.html
10. Palanisamy A, Kanakaram K, et al. Crab louse. Indian Dermatology Online Journal. 2015;6(5):375.
11. Powers J, Badri T. Pediculosis Corporis. 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482148/

Patofisiologi Pedikulosis
Epidemiologi Pedikulosis

Artikel Terkait

  • Pedikulosis Kapitis yang Resistan Permetrin
    Pedikulosis Kapitis yang Resistan Permetrin
  • Mitos Mengenai Pedikulosis Kapitis
    Mitos Mengenai Pedikulosis Kapitis
  • Pedikulosis Kapitis – Panduan e-Prescription Alomedika
    Pedikulosis Kapitis – Panduan e-Prescription Alomedika
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 24 November 2023, 11:16
Cara Menangkal Mitos Terkait Pedikulosis - Artikel ALOMEDIKA
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter,Pasti pernah mendengar kalau anak rambut panjang lebih pasti terkena kutu rambut. Atau, kutu rambut tidak pernah akan dialami pasien dewasa....
dr. Riza Marlina
Dibalas 29 Januari 2022, 11:18
Pasien dengan ruam di sela jari dan punggung kaki bengkak sejak 3 hari
Oleh: dr. Riza Marlina
2 Balasan
Izin bertanya dokter..Ada pasien datang dengan keluhan sela jari kaki terdapat ruam dan gatal seperti jamur namun disertai dengan punggung kaki bengkak...
dr.Aprilia
Dibalas 21 Mei 2021, 12:04
Bayi usia 18 bulan dengan pedikulosis
Oleh: dr.Aprilia
1 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya, saya sebelumnya pernah mengobati pedikulosis kapitis pada anak sekolah dengan Malathion 0,5%. Namun, sekarang saya memiliki pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.