Epidemiologi Phytophotodermatitis
Data studi epidemiologi menunjukkan bahwa phytophotodermatitis lebih sering terjadi di daerah dengan iklim hangat dan lembap di mana tumbuhan dengan kandungan fototoksik banyak dijumpai.[1,2]
Global
Data epidemiologi global menunjukkan tingkat prevalensi phytophotodermatitis yang bervariasi dan dipengaruhi oleh riwayat kontak yang sering dengan tumbuhan. Secara geografis, tumbuhan dengan kandungan fotosensitif lebih sering dijumpai di daerah dengan iklim hangat dan lembap. Mengingat kandungan furocoumarins dapat dijumpai pada berbagai tumbuhan liar dan domestik, individu dari berbagai jenis kelompok populasi dan usia berisiko untuk mengalami phytophotodermatitis.[1,2,5]
Sebuah studi yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan di Turki melaporkan sebanyak 7 kasus phytophotodermatitis ditemukan dari keseluruhan 34 kasus dermatitis yang berhubungan dengan tumbuhan (seperti dermatitis kontak alergi dan sunburn). Lokalisasi lesi terutama pada lengan dan tungkai.[2,8]
Individu dengan profesi yang sering kontak dengan tumbuhan seperti tukang kebun dan buruh tani menjadi populasi yang paling rentan untuk mengalami phytophotodermatitis.[1-3]
Indonesia
Data epidemiologi phytophotodermatitis di Indonesia masih sangat terbatas. Saat ini, studi yang tersedia lebih berfokus pada kadar kandungan furanocoumarins pada tumbuhan yang hidup di Indonesia seperti jeruk bali.[9]
Mortalitas
Phytophotodermatitis umumnya tidak menyebabkan mortalitas. Bila paparan terhadap etiologi teridentifikasi lebih awal, umumnya gejala akan hilang dengan intervensi minimal. Meski sangat jarang, mortalitas mungkin terjadi berkaitan dengan infeksi sekunder yang tidak tertangani.[1,2,4]