Panduan E-Prescription Scabies
Panduan e-prescription pada skabies ini dapat digunakan Dokter pada saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.
Skabies atau kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei var hominis. Penyakit ini berhubungan dengan suatu kondisi higiene yang buruk, dan terjadi lebih banyak pada daerah padat atau sosioekonomi rendah.
Tanda dan Gejala
- Gatal di malam hari (pruritus nocturnal), atau saat pasien berkeringat
- Terdapat kesamaan keluhan pada orang yang kontak erat dengan pasien, seperti anggota keluarga lain dan teman sekamar di asrama atau panti
- Lesi kulit bisa berupa terowongan (kanalikuli) berbentuk garis lurus atau berkelok, berwarna putih atau abu-abu, dengan ujung papul atau vesikel
- Lesi dapat disertai infeksi sekunder, seperti pustul dan ekskoriasi
- Daerah predileksi adalah area dengan stratum korneum tipis, seperti sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak, areola mammae, umbilikus, bokong, dan siku
- Pada bayi, lesi dapat terjadi pada wajah, telapak tangan, dan telapak kaki[1-4]
Peringatan
Segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan bila gejala dan tanda tidak membaik dengan pengobatan yang adekuat selama 1 bulan. Komplikasi skabies dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder, seperti Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus, yang jika tidak ditangani secara tepat akan memicu septikemia, gangguan jantung, dan penyakit ginjal kronis.[1-3,5]
Perhatian pada pemberian medikamentosa adalah:
- Krim topikal dapat menyebabkan efek samping lokal, seperti pruritus, eritema, gatal, hingga kulit terasa terbakar, hati-hati pada daerah sekitar mulut, mata, dan lipatan
- Krim permethrin tidak untuk bayi berusia <2 bulan,
- Krim sulfur aman pada anak-anak, bahkan untuk bayi usia <2 bulan
- Emulsi benzil benzoat sebaiknya tidak untuk anak usia <2 tahun
- Segera setelah menggunakan krim topikal, cuci tangan untuk menghilangkan obat yang tersisa[6-9]
Medikamentosa
Pilih salah satu obat topikal di bawah ini:
- Krim permetrin 5% : digunakan sekali dan dihapus setelah 10 jam. Dioleskan pada kulit mulai dari leher hingga ke ujung kaki. Bila belum sembuh, dapat diulang kembali dengan jeda 1 minggu. Penggunaan permetrin tidak dianjurkan pada bayi di bawah usia 2 bulan
- Krim Sulfur 5‒10%: dioleskan seluruh tubuh, biarkan selama 24 jam, bilas/mandi secara menyeluruh sebelum mengoleskan ulang, harus digunakan selama 3 malam berturut-turut
- Emulsi Benzil Benzoat 20‒25%: cara penggunaan sama dengan krim sulfur[1-8]
Obat sistemik yang dapat diberikan di antaranya:
- Antihistamin sebagai antipruritus dapat dipertimbangkan pada keluhan gatal yang berat, yaitu generasi kedua, seperti loratadine
- Antibiotika hanya jika ada infeksi sekunder[1-5,11]
Lama pemberian obat topikal sesuai cara penggunaan. Sedangkan pemberian obat sistemik antihistamin hingga keluhan gatal hilang, dan antibiotik sesuai pilihan dan dosis obat.
Pilihan Terapi pada Kehamilan
- Permethrin (kategori FDA: B), aman digunakan oleh ibu hamil
- Sulfur dan Benzil Benzoat (kategori FDA: C), tidak disarankan untuk ibu hamil[6-10]
Kegagalan Pengobatan Skabies
Terapi skabies mungkin gagal atau pasien tetap memiliki gejala klinis walaupun telah selesai pengobatan, atau kadang pasien skabies mengalami rekurensi. Untuk menghindari kegagalan tersebut, pengobatan harus disertai edukasi yang tepat, terutama mengenai cara pemakaian obat topikal pada pasien dan kontak.[12]
Hal-hal yang harus dijelaskan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan keberhasilan terapi adalah:
- Obat topikal harus diaplikasikan pada seluruh tubuh, termasuk area wajah, kulit kepala, di dalam dan belakang telinga luar, inguinal, punggung, serta bawah kuku
- Siklus hidup tungau skabies perlu dipahami karena tidak semua pengobatan yang dapat efektif pada semua stase tungau, di mana obat topikal permetrin tidak efektif membunuh stase telur
- Terapi perlu diulang dalam jangka waktu 1‒2 minggu setelah terapi pertama, untuk membunuh tungau yang baru menetas
-
Isolasi kamar tidur dan desinfeksi pakaian, handuk, dan fomites lain milik pasien harus dilakukan selama 48 jam pada suhu kamar, karena tungau dapat hidup di luar tubuh host selama 24‒36 jam
- Pengobatan pasien harus disertai dengan pengobatan kontak, seperti keluarga serumah atau teman sekamar di asrama, karena tungau dapat berpindah dari tubuh pasien ke tubuh host lainnya hanya dalam waktu 10‒15 menit [12]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini