Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Staphylococcal Scalded Skin Syndrome general_alomedika 2024-05-15T13:59:38+07:00 2024-05-15T13:59:38+07:00
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

Oleh :
dr. Karina Sutanto
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) lebih banyak terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Insidensi Staphylococcal scalded skin syndrome  dilaporkan lebih tinggi di negara berkembang karena infeksi Staphylococcus yang juga lebih tinggi.[1,2]

Global

Secara global, Staphylococcal scalded skin syndrome paling sering terjadi pada neonatus dan anak dengan insiden keseluruhan lebih tinggi di negara berkembang dan area dengan insiden infeksi Staphylococcus yang lebih tinggi. Berdasarkan studi epidemiologi mengenai Staphylococcal scalded skin syndrome di Perancis dan Jerman, insidensi Staphylococcal scalded skin syndrome berkisar antara 0,09 hingga 0,56 per juta orang.[1,2,6]

Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa Staphylococcal scalded skin syndrome memiliki rerata insiden tahunan 7,67 per juta anak-anak, dengan 45,1 kasus per juta bayi berusia <2 tahun.[6]

Sebuah penelitian di Republik Ceko menunjukkan bahwa insidensi terjadinya Staphylococcal scalded skin syndrome sekitar 25 kasus per 100.000 anak di bawah usia satu tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak usia di bawah 2 tahun.[1]

Berdasarkan usia, diketahui anak-anak lebih berisiko karena kurangnya kekebalan dan kemampuan pembersihan renal yang belum matang. Secara epidemiologi, diketahui sebagian pasien berusia kurang dari 2 tahun (62%) dan hampir seluruhnya berusia kurang dari 6 tahun (98%).

Staphylococcal scalded skin syndrome jarang terjadi pada individu dewasa. Pada dewasa, Staphylococcal scalded skin syndrome lebih sering terjadi pada individu dengan penyakit kronik, imunokompromais, atau gagal ginjal.[1,2]

Indonesia

Data terkait epidemiologi Staphylococcal scalded skin syndrome di Indonesia masih belum tersedia.

Mortalitas

Tingkat mortalitas dan risiko komplikasi akibat Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) lebih tinggi pada populasi dewasa dibandingkan anak-anak. Tingkat mortalitas pada anak-anak tergolong sangat rendah, yakni sekitar 1-5%, kecuali jika terdapat sepsis atau ada kondisi medis serius yang mendasari. Sementara itu, pada individu dewasa, tingkat mortalitas dilaporkan lebih tinggi yakni 50-60%, yang dihubungkan dengan adanya komorbiditas dan risiko komplikasi yang tinggi.[2,5,7]

Selain mortalitas, Staphylococcal scalded skin syndrome juga meningkatkan morbiditas yang signifikan akibat penyebaran infeksi secara hematologi atau lokal. Staphylococcal scalded skin syndrome dapat menyebabkan komplikasi seperti sepsis, superinfeksi, serta dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit.[2]

Referensi

1. Ross A, Shoff HW. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. [Updated 2021 Aug 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448135/
2. King RW. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS). Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/788199-overview
5. Handler MZ, Schwartz RA. Staphylococcal scalded skin syndrome: diagnosis and management in children and adults. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2014; 28(11): 1418-1423.
6. Staiman A, Hsu DY, Silverberg JI. Epidemiology of staphylococcal scalded skin syndrome in U.S. children. Br J Dermatol. 2018; 178: 704-708.
7. Patel S, Shah R, Behbahani S, Lambert WC. Comparison of mortality and complications in adult versus pediatric staphylococcal scalded skin syndrome patients. JAAD, 2019. 81(4). DOI: https://doi.org/10.1016/j.jaad.2019.06.168

Etiologi Staphylococcal Scalded ...
Diagnosis Staphylococcal Scalded...
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 April 2024, 13:16
Kulit wajah merah dan kasar disertai kelopak mata bengkak pada bayi usia 1 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
siang dok izin diskusi pasien bayi 1 bulan dengan keluhan wajah merah kasar dan kelopak mata bengkak, hanya terlokalisir di wajah, kira-kira kemungkinan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.