Patofisiologi Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Patofisiologi Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) melibatkan toksin eksfoliatif yang diproduksi oleh strain bakteri Staphylococcus, sekitar 5% adalah Staphylococcus aureus. Meskipun sebagian besar strain Staphylococcus aureus sensitif terhadap methicillin, namun terdapat peningkatan bakteri resisten methicillin yang menyebabkan Staphylococcal scalded skin syndrome.[1,2,5]
Jenis Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Saat infeksi awal terjadi, umumnya terdapat beberapa predileksi lesi, yaitu pada rongga mulut hidung, tenggorokan, atau umbilikus. Dua jenis Staphylococcal scalded skin syndrome yang diketahui, antara lain bentuk lokal di mana hanya terdapat keterlibatan epidermis yang tidak merata; serta bentuk umum di mana area signifikan yang terlibat jauh dari tempat awal infeksi.[1,2]
Mekanisme Eksfoliasi pada Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Dua toksin eksfoliatif (ETA dan ETB) telah diketahui terlibat dalam terjadinya Staphylococcal scalded skin syndrome, namun mekanisme pasti yang menyebabkan eksfoliasi masih belum diketahui. Diduga toksin tersebut bertindak sebagai protease yang menargetkan protein desmoglein-1 (DG-1), keratinosit yang berperan penting dalam adhesi sel ke sel dan protein ini hanya ditemukan di epidermis superfisial. Toksin eksfoliatif tersebut akan menyebabkan hilangnya adhesi sel di epidermis dan lepuhan pada permukaan kulit.[1-4]