Penatalaksanaan Inflammatory Bowel Disease
Penatalaksanaan lini pertama pada Inflammatory Bowel Disease (IBD) derajat ringan hingga sedang adalah terapi medikamentosa dengan 5-aminosalicylic acid (5-ASA). Secara garis besar, tujuan penatalaksanaan adalah meredakan inflamasi hingga remisi, mencegah inflamasi berulang, serta mencegah komplikasi,[6,22]
Farmakoterapi
5-ASA merupakan terapi lini pertama pada kasus derajat ringan hingga sedang. Pilihan lain mencakup thiopurine, vedolizumab, atau tofacitinib.
5-Aminosalicylic Acids (5-ASA)
5-ASA merupakan obat yang direkomendasikan untuk IBD aktif derajat ringan-sedang yang bermanfaat untuk menginduksi dan mempertahankan kondisi remisi. Beberapa obat golongan 5-ASA yang dapat digunakan adalah:
Sulfasalazine dosis 3-6 g/hari pada kondisi akut, dosis 2-4 g/hari pada rumatan
- Balsalazide dosis 6,75-9 g/hari
- Mesalamine dosis 2,4-4,8 g/hari pada kondisi akut, dosis 1,6-4,8 g/hari pada rumatan
Efek samping yang perlu diperhatikan pada penggunaan 5-ASA adalah neftrotoksisitas.[2,3,18,22,23]
Thiopurines
Azathioprine (AZA) atau mercaptopurine (MP) merupakan pilihan terapi pada pasien IBD yang tidak respon dengan 5-ASA. Rekomendasi dosis AZA 2-3 mg/kg/hari. Dosis MP 1-1,5 mg/kg/hari.[2,3,18,22,23]
Methotrexate
Methotrexate adalah pilihan terapi pada pasien kolitis ulseratif yang tidak respon dengan 5-ASA. Pada konsensus British Society of Gastroenterology disebutkan bahwa methotrexate tidak dapat digunakan untuk mempertahankan remisi pada kolitis ulseratif. Dosis intramuskular (IM) atau subkutan (SC) yang direkomendasikan adalah 15-25 mg/minggu.
Pada Crohn’s disease, methotrexate direkomendasikan untuk mempertahankan remisi dengan dosis yang dianjurkan 15 mg/minggu.[2,3,18,22,23]
Anti-TNF
Yang termasuk ke dalam obat golongan anti-TNF adalah infliximab, adalimumab dan golimumab. Infliximab adalah obat golongan anti-TNF pertama yang direkomendasikan untuk pengobatan Crohn’s disease dan kolitis ulseratif derajat sedang-berat dengan inflamasi aktif dan fistula. Selain itu, infliximab juga direkomendasikan sebagai terapi biologis lini pertama untuk fistula perianal kompleks dan harus segera diberikan setelah tindakan drainase.
Adalimumab adalah obat yang direkomendasikan untuk kolitis ulseratif dan Crohn’s disease derajat sedang-berat. Golimumab adalah obat yang direkomendasikan untuk kolitis ulseratif aktif derajat sedang-berat.[2,3,18,22,23]
Kortikosteroid
Kortikosteroid oral maupun parenteral merupakan obat yang digunakan untuk kolitis ulseratif derajat ringan-sedang dan sedang-berat. Pada pasien kolitis ulseratif yang tidak respon dengan terapi, 5-ASA dapat diberikan bersama dengan prednison oral dengan dosis 40-60 mg/hari.
Pada Crohn’s disease derajat sedang-berat, kortikosteroid sistemik seperti prednisolone terbukti efektif dalam menginduksi remisi. Dosis yang direkomendasikan adalah 40 mg tapering 5 mg per minggu.[2,3,18,22]
Antibiotik
Antibiotik berperan dalam penatalaksanaan komplikasi sekunder dari IBD yaitu abses dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Metronidazole dan ciprofloxacin merupakan antibiotik yang digunakan pada IBD.
Beberapa indikasi penggunaan antibiotik pada Crohn’s disease, meliputi penyakit perianal, fistula dan intra-abdominal inflammatory masses. Sementara itu, indikasi penggunaan antibiotik pada kolitis ulseratif adalah pouchitis.[2,3,18]
Pembedahan
Secara umum, indikasi pembedahan reseksi kolon dan rectum adalah pasien kolitis ulseratif yang menunjukkan adanya gejala aktif yang kronis meskipun telah mendapatkan terapi medikamentosa adekuat. Rekonstruksi ileoanal dan ileostomi dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pada Crohn’s disease, Tindakan pembedahan dapat dilakukan adalah strikturplasti, serta tindakan lain untuk mengatasi abses dan fistula.[22]
Nutrisi
Malnutrisi pada pasien IBD sering terjadi dengan defisit beberapa mikronutrien seperti kalsium, vitamin D, vitamin larut lemak lainnya, seng, zat besi dan vitamin B12, serta makronutrien seperti protein. Terapi nutrisi enteral dapat mengubah respon inflamasi pada Crohn’s disease dengan pemberian secara eksklusif 3-6 minggu sebagai alternatif dari terapi kortikosteroid.[2,3,18,25]
Berhenti Merokok
Perokok memiliki prognosis lebih buruk dengan risiko tinggi dilakukan tindakan pembedahan. Berhenti merokok dikaitkan dengan berkurangnya risiko kekambuhan sebesar 65%.[2,3,18, 25]
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik selama 12 minggu terbukti memperbaiki gejala dan kualitas hidup. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah setara latihan intensitas sedang-berat 20-60 menit 3-5 hari per minggu.[2,3,18,25]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto