Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Penyakit Wilson annisa-meidina 2025-04-11T11:27:26+07:00 2025-04-11T11:27:26+07:00
Penyakit Wilson
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Penyakit Wilson

Oleh :
dr.Dizi Bellari Putri
Share To Social Media:

Penatalaksanaan penyakit Wilson, atau Wilson's Disease, terutama berfokus pada menurunkan akumulasi tembaga dalam tubuh melalui kombinasi agen kelasi, terapi zinc, dan modifikasi pola makan. Manajemen diet rendah tembaga juga diperlukan untuk mendukung efektivitas pengobatan.

Dalam kasus gagal hati yang parah, transplantasi hati mungkin diperlukan. Pemantauan kadar tembaga dan fungsi hati perlu dilakukan secara berkala untuk mengoptimalkan kemanjuran pengobatan dan mendeteksi potensi komplikasi.[1,3,5]

Pengobatan untuk penyakit Wilson bergejala terdiri dari dua fase yakni fase awal yang bertujuan untuk menghilangkan kelebihan tembaga secara aktif, diikuti dengan fase pemeliharaan dimana dosisnya secara bertahap dikurangi untuk mencegah defisiensi tembaga.[1,3,5]

Agen Kelasi

Agen kelasi bertujuan untuk membuang akumulasi tembaga berlebih dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Terapi ini bekerja dengan mengikat tembaga, sehingga memudahkan ekskresinya dalam urin. Indikasi pemberian agen kelasi meliputi:

  • Penyakit Wilson yang bergejala dengan manifestasi hati, neurologis, atau psikiatri
  • Individu asimtomatik berusia >3 tahun yang didiagnosis melalui skrining keluarga dengan bukti biokimia akumulasi tembaga
  • Terapi awal untuk mengurangi kadar tembaga dengan cepat sebelum beralih ke terapi pemeliharaan zinc
  • Kasus di mana terapi zinc saja tidak cukup untuk mengendalikan kadar tembaga.[1,3,5,15]

Pemberian agen kelasi harus mengutamakan prinsip mulai dengan dosis rendah dan naikkan perlahan, terutama pada pasien dengan manifestasi neurologis. Agen kelasi utama yang digunakan adalah penisilamin dan trientin. Meskipun penisilamin telah lama digunakan sebagai terapi lini pertama penyakit Wilson, trientin sering kali lebih disukai karena tolerabilitasnya yang lebih baik.[1,5,15]

D-Penisilamin

D-penisilamin merupakan satu-satunya agen kelasi yang mendapat izin FDA sebagai terapi lini pertama untuk mengurangi akumulasi tembaga dalam tubuh. Pemberian D-penisilamin dilakukan dengan prinsip berikut:

  • Pengobatan dimulai dengan dosis 150-300 mg/hari, secara bertahap ditingkatkan menjadi 1000-1500 mg/hari, yang dibagi menjadi 2–4 dosis.
  • Terapi pemeliharaan setelah mencapai remisi diberikan dengan dosis 750–1000 mg/hari
  • Pada pasien lansia atau anak berusia <12 tahun, obat diberikan dengan dosis 20 mg/kg/hari yang terbagi dalam 2 dosis.
  • Penisilamin harus diminum saat perut kosong, setidaknya satu jam sebelum atau dua jam setelah makan.[1,5,15]

Pemantauan efek samping secara berkala, termasuk ruam, proteinuria, dan supresi sumsum tulang, sangat penting. Suplementasi piridoksin (vitamin B6) 25-50 mg/hari direkomendasikan untuk mencegah defisiensi vitamin B6 akibat penisilamin. Defisit neurologis merupakan efek samping yang berisiko tinggi terjadi. Oleh karena itu, obat ini harus diinisiasi secara lambat dan bertahap, terutama pada pasien yang menunjukkan perubahan otak khas, terlepas dari adanya gejala neurologis.[1,3,5,15]

Trientin

Trientin merupakan terapi lini kedua akan tetapi sering dipilih secara off-label karena tolerabilitasnya yang lebih baik dibandingkan dengan penisilamin. Metode pemberian obat ini meliputi:

  • Pasien dewasa dan dewasa muda diberikan dengan dosis 750-1600 mg/hari untuk trientin-2HCl atau 600-975 mg/hari untuk trientin-4HCl, dibagi menjadi 2-4 dosis, akan tetapi sebaiknya dalam 2 dosis
  • Pasien anak diberikan dengan dosis 20 mg/kg yang terbagi dalam 2-3 dosis
  • Setelah remisi tercapai, dosis diturunkan 1g/hari yang terbagi dalam 2 dosis untuk terapi pemeliharaan

Trientin harus diminum saat perut kosong dan tidak boleh dilakukan bersamaan dengan suplementasi besi oral karena dapat menimbulkan toksisitas. Meskipun secara umum lebih dapat ditoleransi, trientin masih dapat menyebabkan efek samping gastrointestinal.[1,5,15]

Terapi Zinc

Terapi zinc merupakan pengobatan pemeliharaan untuk penyakit Wilson, khususnya setelah terapi kelasi awal atau pada pasien tanpa gejala. Selain itu, zinc juga direkomendasikan sebagai terapi utama untuk pasien penyakit Wilson dengan manifestasi neurologis.[1,5,15]

Terapi zinc bekerja dengan menginduksi metallothionein dalam sel usus, yang mengikat tembaga dan mencegah penyerapannya. Kelebihan utama zinc adalah toksisitasnya yang amat rendah dibandingkan dengan agen kelasi.[1-5,15]

  • Dosis pemberian zinc pada pasien dewasa adalah 150 mg zinc elemental yang terbagi dalam 3 dosis.
  • Usia >16 tahun dan berat badan >50 kg menggunakan dosis 50 mg zinc elemental, diberikan 3 kali sehari
  • Usia 6–16 tahun dan berat badan <50 kg menggunakan dosis 25 mg zinc elemental, diberikan 3 kali sehari
  • Usia <6 tahun menggunakan dosis 25 mg zinc elemental, diberikan 2 kali sehari.[1,5]

Pemberian terapi agen kelasi tidak boleh dilakukan secara bersamaan karena dapat menetralisir efek zinc. Selama pemberian terapi zinc, pemantauan fungsi hati perlu dilakukan secara ketat. Bila nilai transaminase meningkat, terapi agen kelasi harus segera diinisiasi.[1-5]

Transplantasi Hati

Transplantasi hati merupakan intervensi penyelamatan nyawa bagi pasien dengan penyakit Wilson yang mengalami gagal hati akut atau sirosis hepatis stadium akhir yang tidak responsif terhadap penanganan medis. Transplantasi hati dilaporkan dapat memperbaiki kerusakan metabolik akibat penyakit Wilson, memulihkan metabolisme tembaga normal, dan meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang.[1-5]

Manajemen Diet

Manajemen diet pada penyakit Wilson terutama bertujuan untuk meminimalkan asupan tembaga harian. Pasien harus mematuhi diet rendah tembaga, menghindari atau membatasi secara signifikan makanan tinggi tembaga seperti kerang, hati, kacang-kacangan, cokelat, dan jamur. Konsultasi dengan ahli diet dianjurkan untuk memastikan kecukupan gizi dan kepatuhan terhadap pedoman diet. Selain itu, pasien juga tidak boleh mengonsumsi alkohol serta obat-obatan hepatotoksik.[1,2,5]

Terapi Gangguan Neuropsikiatri

Penggunaan agen kelasi dan zinc terkadang tidak cukup untuk mengontrol gejala neuropsikiatri. Oleh karena itu, terapi menggunakan obat psikotropik seperti golongan mood stabilizer, antidepresan, dan ansiolitik dapat diberikan. Pemberian obat neuroleptik, kecuali quetiapine dan clozapine, harus dihindari karena dapat memperburuk gejala neurologis.[5]

Pasien dengan gejala tremor dapat diberikan obat golongan antikolinergik atau beta-bloker. Bila terapi tersebut tidak efektif, terapi lini kedua meliputi benzodiazepin, pirimidon, dan tetrabenazin.[5]

Fisioterapi

Selain farmakoterapi, fisioterapi dan terapi okupasi dapat diberikan untuk pasien penyakit Wilson yang menunjukkan manifestasi neurologis, seperti tremor, distonia, ataksia, dan gangguan koordinasi. Kedua terapi tersebut penting untuk mempertahankan kemampuan fungsional dan meningkatkan kualitas hidup, terutama saat gejala neurologis berkembang.[2,5]

Pemantauan Jangka Panjang

Secara umum, pemantauan dilakukan tiap 2 bulan sekali selama setahun sejak terapi diinisiasi, lalu 1–2 kali setahun setelahnya. Pemantauan rutin meliputi evaluasi gejala klinis, termasuk evaluasi perubahan cincin Kayser-Fleischer, dan penilaian status neurologis. Sementara itu, pemeriksaan laboratorium rutin yang perlu dilakukan meliputi kadar tembaga dan seruloplasmin serum, hitung darah lengkap, fungsi hati, parameter ginjal, serta urinalisis.[1,2,5,10]

Pemantauan terapi penyakit Wilson sangat penting untuk menilai kemanjuran pengobatan, evaluasi efek samping obat, serta mendeteksi potensi komplikasi. Pemantauan rutin juga dapat membantu memastikan kepatuhan berobat jangka panjang pada pasien.[1,4,5,10]

Pada pasien yang mendapat agen kelasi, pemantauan dilakukan setiap minggu pada 4–6 minggu pertama. Selama fase awal terapi, ekskresi tembaga harus berada dalam rentang 500–1000 µg/24 jam untuk D-penisilamin dan 300–1000 µg/24 jam untuk trientin. Pada fase pemeliharaan, kadar ekskresi harus tetap antara 200–500 µg/24 jam untuk kedua obat tersebut

Pada pasien yang menjalani terapi zinc, ekskresi tembaga harus tetap <100 µg/24 jam, dengan kisaran 30–80 µg/24 jam tergantung pada fase pengobatan. Ekskresi zinc urin harian lebih dari 1,5–2,0 g/24 jam menandakan kepatuhan pasien terhadap terapi zinc.[1,4]

Referensi

1. Kasztelan-Szczerbinska B, Cichoz-Lach H. Wilson's Disease: An Update on the Diagnostic Workup and Management. J Clin Med. 2021 Oct 30;10(21):5097. doi: 10.3390/jcm10215097.
2. Immergluck J, Anilkumar AC. Wilson Disease. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441990/
3. Dev S, Kruse RL, Hamilton JP, Lutsenko S. Wilson Disease: Update on Pathophysiology and Treatment. Front Cell Dev Biol. 2022 May 2;10:871877. doi: 10.3389/fcell.2022.871877.
4. Gilroy RK, et al. Wilson’s Disease. Medscape. 2025. https://emedicine.medscape.com/article/183456-overview
5. European Association for the Study of the Liver. EASL-ERN Clinical Practice Guidelines on Wilson's disease. J Hepatol. 2025 Feb 22:S0168-8278(24)02706-5. doi: 10.1016/j.jhep.2024.11.007.
10. Socha P, Czlonkowska A, Janczyk W, Litwin T. Wilson's disease- management and long term outcomes. Best Pract Res Clin Gastroenterol. 2022 Feb-Mar;56-57:101768. doi: 10.1016/j.bpg.2021.101768.
15. Basan NM, Sheikh Hassan M, Gökhan Z, Nur Alper S, Yaşar SŞ, Gür T, Köksal A. Usefulness of the Leipzig Score in the Diagnosis of Wilson's Disease - A Diagnostically Challenging Case Report. Int Med Case Rep J. 2024 Sep 29;17:819-822. doi: 10.2147/IMCRJ.S491888.

Diagnosis Penyakit Wilson
Prognosis Penyakit Wilson

Artikel Terkait

  • Waktu Inisiasi Farmakoterapi Hepatitis B Kronis
    Waktu Inisiasi Farmakoterapi Hepatitis B Kronis
  • Carvedilol Untuk Hipertensi Portal pada Sirosis Hepar – Telaah Jurnal Alomedika
    Carvedilol Untuk Hipertensi Portal pada Sirosis Hepar – Telaah Jurnal Alomedika
  • Penggunaan Child-Pugh Score pada Penyakit Hati Kronis
    Penggunaan Child-Pugh Score pada Penyakit Hati Kronis
  • Rasionalisasi Pemberian Albumin Intravena
    Rasionalisasi Pemberian Albumin Intravena
  • Terapi Ensefalopati Hepatikum pada Pasien Dewasa
    Terapi Ensefalopati Hepatikum pada Pasien Dewasa

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 10 Februari 2023, 09:18
Perbandingan Terapi Profilaksis Sekunder Perdarahan Varises Esofagus Pada Sirosis Hepatis – Telaah Jurnal Alomedika - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
2 Balasan
ALO Dokter!Saat ini, terapi profilaksis sekunder perdarahan varises esofagus pada pasien sirosis hepatis masih bervariasi. Padahal, terapi ini sangat penting...
Anonymous
Dibalas 13 Januari 2023, 16:32
Pilihan obat nyeri untuk pasien sirosis hati
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter. Mau bertanya dok apabila ada pasien sirosis hati yang mengalami nyeri ringan-sedang, pilihan obat injeksi seperti metamizole atau ketorolac...
Anonymous
Dibalas 25 Agustus 2022, 18:21
Indikasi skrining kanker hati dan varises esofagus pada pasien sirosis terkait alkohol - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Marlina, Sp. PD. Saya ingin bertanya, pada pasien dengan sirosis hati terkait konsumsi alkohol kapan perlu dilakukan skrining varises esofagus dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.