Edukasi dan Promosi Kesehatan Anemia Defisiensi Besi
Edukasi dan promosi kesehatan tentang anemia defisiensi besi perlu meliputi informasi mengenai penyebab dasar terjadinya defisiensi besi, misalnya infeksi cacing tambang, perdarahan saluran pencernaan atau saluran kemih, dan perdarahan menstruasi yang berlebihan. Setelah itu, dokter menjelaskan beragam terapi yang tersedia, contohnya suplementasi besi oral atau besi parenteral. Edukasi tentang makanan kaya zat besi juga perlu dilakukan.[1-3,17]
Edukasi Pasien
Pasien dengan anemia defisiensi besi dianjurkan untuk mengubah pola makan dengan makanan bergizi yang mengandung banyak zat besi seperti daging merah dan sayuran yang berwarna hijau tua. Pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi vitamin C seperti jus jeruk untuk membantu meningkatkan absorbsi zat besi. Hindari makanan atau minuman yang dapat mengganggu penyerapan besi, misalnya teh dan susu.[1-3]
Bila pasien diberikan tablet tambah darah (TTD) berisi zat besi, jelaskan kemungkinan efek samping gastrointestinal dan penanganan awal yang dapat dilakukan. Jelaskan pada pasien bahwa konsumsi TTD secara teratur berperan penting untuk meningkatkan kadar besi darah dan minta pasien untuk kembali kontrol berkala.[1-3]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Salah satu upaya pencegahan dan pengendalian defisiensi besi yang telah diterapkan di Indonesia adalah skrining anemia dan pemberian TTD untuk wanita hamil. Selain itu, TTD juga dapat digunakan oleh remaja putri, terutama saat menstruasi.[1-3,11,12,17]
Masyarakat juga diedukasikan untuk memeriksakan balitanya secara berkala dan diberi informasi mengenai opsi terapi defisiensi besi pada balita, misalnya dengan besi bentuk oral drop. Selain itu, untuk orang dewasa maupun anak-anak yang sudah mengonsumsi MPASI, dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, contohnya daging merah dan sayuran berdaun hijau.[1-3,11,12,17]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan