Etiologi Syok Kardiogenik
Etiologi syok kardiogenik dibagi menjadi dua, yaitu yang disebabkan karena kondisi akut yang melibatkan jantung dan penyakit sistemik yang menyebabkan penyakit jantung kronis. Infark miokard akut (IMA) merupakan etiologi tersering syok kardiogenik dengan angka mortalitas yang tinggi.[8]
Etiologi
Etiologi syok kardiogenik meliputi penyakit jantung akut, seperti infark miokard akut (IMA) dan penyakit sistemik yang menyebabkan penyakit jantung kronis, seperti kardiomiopati.
Penyakit Jantung Akut
Infark miokard akut (IMA), baik infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial Infarct/STEMI) dan tanpa elevasi segmen ST (Non ST Elevation Myocardial Infarction/NSTEMI), paling banyak berperan dalam etiologi syok kardiogenik, dengan persentase 70-80%. Selain itu, persentase mortalitas syok kardiogenik akibat IMA, yaitu sekitar 38%-65%.[5,6]
Hipotensi akibat syok kardiogenik pada IMA terjadi karena penurunan curah jantung atau vasodilatasi yang berat. Penurunan curah jantung terjadi akibat berkurangnya kontraktilitas miokardium, sedangkan vasodilatasi yang berat terjadi akibat produksi sitokin inflamasi seperti TNF-α dan nitric oxide.[5,6]
Penyakit Jantung Kronik
Kondisi lain yang menyebabkan syok kardiogenik adalah kardiomiopati stadium akhir, miokarditis, stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofik obstruktif, stenosis mitral, dan myxoma atrium kiri.[8]
Syok kardiogenik sekunder dapat disebabkan oleh miokarditis. Miokarditis merupakan sebuah kondisi inflamasi dari otot jantung sebagai komplikasi dari infeksi virus. Kebanyakan pasien hanya menunjukan gejala ringan, namun beberapa menunjukan gejala miokarditis berat, yang sering disebut miokarditis fulminan, dengan komplikasi gagal jantung dan syok kardiogenik.[8]
Gagal jantung kronik dan sindrom koroner dapat menyebabkan syok kardiogenik melalui mekanisme yang berbeda. Peningkatan kronik regulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) dan peningkatan katekolamin di sirkulasi pada gagal jantung kronik menyebabkan vasokonstriksi dan remodeling ventrikel, sehingga terjadi syok kardiogenik.[6]
Faktor Risiko
Kelompok yang berisiko mengalami syok kardiogenik, antara lain lansia, pasien dengan riwayat penyakit kronis yang melibatkan kardiovaskular dan jenis kelamin perempuan.[9]
Lansia
Studi kohort retrospektif oleh Kolte, et al. menemukan adanya insidensi syok kardiogenik lebih tinggi pada pasien usia ≥75 tahun dibandingkan < 75 tahun (9.4% dan 7.3%; P<0.001). Namun, rata-rata usia syok kardiogenik menurun dari 69.3 tahun menjadi 67.7 tahun (P<0.001).[10]
Riwayat Penyakit Kardiovaskular
Dua per tiga pasien dengan syok kardiogenik yang bukan disebabkan karena IMA, memiliki riwayat gagal jantung sebelumnya, dan sebagian besar kasus memiliki sekuele akibat penyakit jantung berat, seperti aritmia atrium dan ventrikel, hipertensi pulmonal, dan penyakit ginjal kronis. Selain itu, banyak pasien mengalami syok kardiogenik akibat oleh kardiomiopati yang dimiliki sebelumnya.[11]
Jenis Kelamin
Studi kohort retrospektif oleh Kolte, et al. menyatakan bahwa, insidensi syok kardiogenik lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki (8.5% dan 7.6%; P<0.001). Namun, terdapat peningkatan jumlah proporsi laki-laki dan penurunan proporsi wanita yang mengalami STEMI dan syok kardiogenik pada 8 tahun terakhir (P<0.001).[10]
Penulisan pertama oleh: dr. Yenna Tasia