Diagnosis Aneurisma Aorta Abdominalis
Diagnosis aneurisma aorta abdominalis (AAA) yang bersifat asimtomatis sering ditegakkan secara insidental ketika dilakukan pemeriksaan radiologi, seperti pemeriksaan ultrasonografi (USG), CT scan, maupun magnetic resonance imaging (MRI). Gejala yang sering muncul adalah nyeri dan nyeri tekan epigastrium. AAA sering didapatkan pada laki-laki dengan rentang usia ≥60 tahun dan memiliki riwayat kebiasaan merokok.[1,2,8]
Progresivitas penyakit aneurisma aorta abdominalis sering kali tidak diketahui karena bersifat asimtomatis, dan sering diabaikan hingga terdapatnya manifestasi klinis ruptur aneurisma aorta abdominalis beserta komplikasi lainnya.[1,2]
Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan aneurisma aorta abdominalis datang tanpa keluhan hingga terjadinya ruptur pada aneurisma aorta abdominalis. Namun, beberapa pasien AAA dapat mengeluhkan adanya nyeri epigastrium dan nyeri tekan epigastrium.
Berikut beberapa hal penting yang perlu ditanyakan untuk mengevaluasi pasien aneurisma aorta abdominalis:
- Keluhan (tanda dan gejala pada abdomen dan sistemik), misalnya onset, lokasi, frekuensi, interval, sifat, penjalaran, aktivitas yang memprovokasi, serta hal-hal yang dapat memperberat maupun meringankan gejala
- Faktor risiko, seperti usia, jenis kelamin, riwayat kebiasaan pasien (merokok), riwayat penyakit pasien dan keluarga (riwayat aneurisma, riwayat diseksi aorta, riwayat penyakit arteri, riwayat hipertensi pada pasien maupun keluarga, serta riwayat infeksi akut maupun kronis)[12,14]
Gejala pasien aneurisma aorta abdominalis dapat diklasifikasikan berdasarkan terjadinya ruptur pada aneurisma maupun adanya inflamasi pada aneurisma aorta abdominalis.[14,18]
Aneurisma Aorta Abdominalis yang Ruptur
Ruptur atau pecahnya aneurisma aorta abdominalis yang akut merupakan salah satu keadaan darurat dan dan dapat menjadi fatal dengan cepat. Di Amerika Serikat, ruptur AAA diperkirakan menyebabkan 4–5% kasus kematian mendadak.[1,2]
Pasien dengan AAA yang ruptur biasanya datang dengan keluhan nyeri perut atau punggung yang menusuk dan perasaan seperti adanya massa di perut yang berdenyut.[7,12]
Pasien dengan AAA yang ruptur juga dapat datang dengan penurunan kesadaran sehingga perlu dilakukan alloanamnesis dengan kerabat pasien untuk mengevaluasi gejala yang terjadi sebelumnya.[14,18]
Inflamasi pada Aneurisma Aorta Abdominalis
Sekitar 5% AAA diklasifikasikan sebagai aneurisma inflamasi. Hal ini ditandai dengan keluhan nyeri perut yang menjalar ke punggung ataupun nyeri pada punggung, serta keluhan penurunan berat badan yang signifikan.[14,18–19]
Meskipun jarang, dilatasi AAA yang besar dan disertai dengan inflamasi dapat menyebabkan kompresi lokal pada regio epigastrium sehingga pasien merasakan cepat kenyang, mual, maupun muntah.[18,19]
Selain itu, pada AAA yang mengalami inflamasi dapat terjadi peningkatan tekanan intra abdominal yang menyebabkan groin atau flank pain, hematuria, dan adanya gejala hernia inguinalis.[14,18,19]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan aneurisma aorta abdominalis penting untuk menentukan status ruptur dan inflamasi pada aneurisma. Sensitivitas pemeriksaan fisik AAA sangat bergantung pada ukuran AAA, adanya kondisi obesitas, kemampuan klinisi, dan fokus pemeriksaan. Seringkali pemeriksaan fisik pada penyakit AAA tidak ditemukan tanda klinis yang bermakna.[18,20]
Namun, pada aneurisma aorta abdominalis yang disertai dengan adanya gejala, denyut aneurisma dapat teraba saat palpasi abdomen. Bentuk aneurisma pada aorta abdominalis juga dapat teraba pada regio epigastrium maupun pada abdomen kuadran atas sehingga ukuran dari aneurisma dapat diperkirakan. Nyeri saat palpasi abdomen juga dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien dengan AAA.[14,18,20]
Pada kondisi kegawatdaruratan ruptur AAA, klinisi dapat menemukan tanda-tanda klinis syok hemoragik maupun syok hipovolemik. Gejala tersebut di antaranya hipotensi, takikardia, penurunan kesadaran, takipneu, capillary refill time (CRT) yang memanjang, dan penurunan urine output (dari oliguria hingga anuria).[14,18,21]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang dapat dipertimbangkan pada aneurisma aorta abdominalis adalah penyakit yang memiliki gambaran klinis yang hampir sama seperti iskemia mesenterika, infark miokard, dan pielonefritis akut.[22–24]
Iskemia Mesenterika
Iskemia mesenterika merupakan kondisi hipoperfusi usus kecil yang secara tiba-tiba dapat bersifat akut maupun kronis. Etiologi dari iskemia mesenterika adalah emboli dan trombosis pada arteri mesenterika, maupun trombosis pada vena mesenterika. Pasien biasanya datang dengan nyeri perut yang muncul secara tiba-tiba.[22]
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan iskemia mesenterika mungkin normal, tetapi dapat juga ditemukan adanya distensi ringan pada peritoneum. Pemeriksaan angiografi merupakan standar emas untuk diagnosis iskemia mesenterika. Hasil angiografi mesenterika dapat menunjukkan tanda hipoperfusi pada mesenterika.[22]
Infark Miokard
Infark miokard merupakan suatu kondisi nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh sindrom iskemik tidak stabil. Pada infark miokard terjadi penurunan pasokan oksigen secara drastis sehingga menyebabkan kematian pada sel miokardium.[23]
Gejala pada infark miokard berupa nyeri pada substernal, retrosternal, dan prekordial, yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, rahang bawah, punggung, hingga perut.[23]
Pemeriksaan penunjang awal yang direkomendasikan pada kasus infark miokard adalah pemeriksaan biomarker jantung dan pemeriksaan EKG yang dapat menunjukkan adanya depresi atau elevasi segmen ST, inversi gelombang T, maupun gelombang Q patologis.[23]
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli. Gejala pielonefritis berupa nyeri tumpul pada bagian pinggang (flank pain), mual, muntah, dan demam. Diagnosis pielonefritis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kultur urine.[24]
Batu Ginjal
Batu ginjal atau nefrolithiasis perlu dicurigai pada pasien dengan flank pain atau kolik ginjal akut. Pada pasien batu ginjal, keluhan lain dapat berupa hematuria, disuria, mual, muntah, hingga anuria. Diagnosis batu ginjal dapat ditegakkan melalui pemeriksaan CT scan abdominopelvis.[27]
Laki-laki berusia >50 tahun dengan riwayat kebiasaan merokok harus menjalani pemeriksaan USG untuk menilai adanya penyakit pada kedua ginjal seperti batu ginjal dan adanya dilatasi aorta prerenal. Pemeriksaan USG bedside di instalasi gawat darurat harus dipertimbangkan pada populasi ini sebelum pasien dipulangkan, terutama jika pemeriksaan definitif seperti CT scan direncanakan di kemudian hari.[24]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang aneurisma aorta abdominalis (AAA) meliputi pemeriksaan pencitraan dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan pencitraan pada AAA meliputi pemeriksaan ultrasonografi, CT scan, dan MRI. Pemeriksaan laboratorium hanya digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan evaluasi pasien sebelum dan sesudah operasi.[5,12,18,19]
Pencitraan
Pemeriksaan ultrasonografi dan computed tomography scan (CT scan) merupakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis AAA.
Ultrasonografi:
Ultrasonografi (USG) abdomen dianggap sebagai modalitas skrining pilihan pada aneurisma aorta abdominalis karena sensitivitasnya yang tinggi yaitu 95–100% dan spesifisitasnya hampir 100%, serta profil keamanannya dan biaya yang relatif rendah.[5,12,18]
Ultrasonografi abdomen juga memiliki karakteristik pemeriksaan penunjang yang cukup baik untuk mendiagnosis dan mengikuti progresivitas perkembangan dari aneurisma aorta abdominalis . Pada USG dapat terlihat kalsifikasi echodense dan trombus pada dinding aorta abdominalis dan sekitarnya.[5,12,19]
Kekurangan dari USG abdomen adalah hasil pemeriksaan bergantung pada operator. Dalam banyak kasus, adanya gas pada usus atau kondisi obesitas dapat menghalangi pencitraan aorta abdominalis yang tepat pada aneurisma aorta abdominalis .[18,19]
Computed Tomography Scan:
Computed tomography scan (CT Scan) dapat mengevaluasi abdomen secara lebih detail pada pasien dengan keluhan nyeri abdomen tertentu. CT scan juga dapat menilai bentuk aneurisma dengan rincian anatomi arteri mesenterika dan iliaka yang lebih komprehensif, serta memberikan pencitraan suprarenal yang lebih baik.[12,18,19]
Meskipun USG umumnya lebih disukai, namun multislice CT angiography dapat digunakan dalam observasi serial ukuran aneurisma. CT angiography (CTA) juga penting dalam menyesuaikan stent graft pada kasus aneurisma aorta abdominalis dengan indikasi terapi endovaskular.[18,19]
CT scan lebih dipilih dibandingkan USG sebagai pemeriksaan penunjang aneurisma aorta abdominalis karena CT scan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan USG. CT scan dapat memberikan ukuran dan bentuk aneurisma yang lebih akurat. MRI dapat memberikan gambaran yang lebih baik dibandingkan CT scan, tetapi MRI tidak dapat digunakan pada pasien dengan pacemaker.[18,19]
Gambar 2. Computed Tomography Scan (CT Scan) Aneurisma Aorta Abdominalis (AAA). Hasil CT scan pasien wanita usia 79 tahun dengan keluhan nyeri perut yang semakin memberat selama 10 hari. Hasil CT scan menunjukkan adanya aneurisma fusiformis aorta abdominalis dengan diameter terbesar 9,21 cm setinggi arteri renalis dekstra sampai dengan bifurkasio arteri iliaka komunis, disertai dengan thrombus intraluminal. Tidak tampak tanda ruptur pada aneurisma aorta abdominalis. (Sumber gambar: dokumentasi pribadi dr. Eva Naomi, 2018)
Magnetic Resonance Imaging:
Magnetic resonance imaging (MRI) memiliki fungsi yang sama seperti CT scan. Namun, MRI memiliki penggunaan yang terbatas untuk kasus AAA. MRI digunakan sebagai pemeriksaan follow-up setelah dilakukan endovascular aneurysm repair (EVAR) pada pasien tertentu. Diameter aneurisma dapat dinilai dengan baik dengan MRI dan pengukurannya sebanding dengan CT scan.
MRI mungkin memiliki peran spesifik dalam pencitraan pasien dengan pertumbuhan kantung aneurisma setelah dilakukan EVAR ketika CTA negatif atau tidak meyakinkan.[25]
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang secara spesifik digunakan untuk diagnosis aneurisma aorta abdominalis. Namun, pemeriksaan laboratorium dapat menunjang manajemen aneurisma aorta abdominalis.[11,12,26]
Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi. Pemeriksaan beberapa biomarker inflamasi seperti faktor nekrosis tumor alpha (TNF-α), interleukin-6 (IL-6) dan protein C-reaktif (CRP) dapat menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan aktivasi trombosit juga dapat ditemukan pada pemeriksaan laboratorium aneurisma aorta abdominalis .[26,28]
Panel metabolik, fungsi ginjal dan fungsi hati, perlu diperiksa untuk menilai risiko operasi dan rencana manajemen post-operatif. Selain itu, perencanaan tindakan operatif perlu diikuti dengan pemeriksaan crossmatch darah karena pasien berisiko tinggi mengalami pendarahan ketika operasi, terutama pada operasi emergensi yang membutuhkan transfusi darah.[12,26]
Evaluasi Risiko Ruptur Aneurisma Aorta Abdominalis
Risiko ruptur aneurisma aorta abdominalis ditentukan terutama oleh besarnya diameter aneurisma dan wall stress. Semakin besar diameter aneurisma, maka semakin besar juga risiko ruptur. Risiko ruptur meningkat cukup tinggi pada diameter aneurisma 5–6 cm. Tabel 2 menunjukkan risiko ruptur berdasarkan diameter aneurisma aorta abdominalis.[26,28]
Tabel 2. Diameter Aneurisma Aorta Abdominalis dan Risiko Ruptur
Diameter Aneurisma Aorta Abdominalis (cm) | Risiko Ruptur (%/tahun) |
<4 | 0 |
4-5 | 0.5 - 5 |
5-6 | 3 - 15 |
6-7 | 10 - 20 |
7-8 | 20 - 40 |
>8 | 30 - 50 |
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023[26,28]
Selain diameter terbesar aneurisma, wall stress yang ditentukan berdasarkan hukum Laplace juga ikut berpengaruh sebagai salah satu faktor pendukung terjadinya ruptur aneurisma.[26,29]
Hukum Laplace menunjukkan bahwa tegangan dinding pada suatu bentuk simetris seperti silinder atau bola proporsional terhadap radius dan tekanan intraluminal. Wall stress berbanding terbalik dengan dua kali ketebalan dindingnya. Nilai ini diukur berdasarkan pemeriksaan CT scan dan tekanan darah selama pemeriksaan.[26,29]