Epidemiologi Aneurisma Aorta Abdominalis
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kondisi aneurisma aorta abdominalis (AAA) lebih sering ditemukan pada laki-laki usia 60–64 tahun dengan puncak tertinggi pada kelompok usia ≥64 tahun.[1,2]
Aneurisma aorta abdominalis juga lebih sering ditemukan pada pasien pria daripada wanita dengan rasio 4:1. Insiden aneurisma aorta abdominalis sering dilaporkan pada pasien dengan riwayat penyakit aterosklerosis dan hipertensi.[14,15]
Global
Song et al (2023) melaporkan prevalensi aneurisma aorta abdominalis tahun 2019 secara global pada individu berusia 30–79 tahun adalah 0,92% (95% CI, 0,65–1,30). Angka tersebut 3,7 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan [1,46% (95% CI, 1,04–2,05) vs 0,39% (95% CI, 0,27–0,56)].[16]
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) melaporkan bahwa prevalensi global penyakit aneurisma aorta abdominalis sebesar 1,4% pada individu yang berusia 50–84 tahun yang mengikuti penapisan lifeline aneurisma aorta abdominalis.[12]
Indonesia
Ketersediaan data epidemiologi aneurisma aorta abdominalis di Indonesia masih sangat terbatas. Studi epidemiologi nasional masih diperlukan untuk mengetahui insiden dan prevalensi aneurisma aorta abdominalis di Indonesia.
Mortalitas
Kim H et al (2023) pada studi penelitian epidemiologi aneurisma aorta abdominalis di Korea dengan rentang usia ≥50 tahun dari tahun 2009–2018 melaporkan bahwa angka kematian kasar pada pasien AAA yang tidak menjalani pengobatan adalah 21,26/100 orang pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2018, data menunjukkan adanya tren penurunan angka mortalitas yaitu 8,87/100 orang.
Penurunan angka mortalitas mungkin mengindikasikan adanya perbaikan dalam diagnosis dan penatalaksanaan aneurisma aorta abdominalis selama masa penelitian.[17]