Penatalaksanaan Aneurisma Aorta Abdominalis
Penatalaksanaan definitif aneurisma aorta abdominalis adalah tindakan operatif. Aneurisma aorta abdominalis yang mengalami ruptur merupakan suatu kegawatdaruratan yang membutuhkan resusitasi sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi emergensi. Aneurisma aorta abdominalis tanpa ruptur dapat diberikan farmakoterapi dan dilakukan terapi operatif elektif.[18,19,26]
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Penatalaksanaan gawat darurat harus diterapkan pada pasien yang mempunyai gejala yang sesuai dengan atau sugestif terhadap diseksi atau ruptur aorta abdominalis.[21,30]
Tindakan pre-hospitalisasi yang perlu dilakukan adalah:
- Memastikan bahwa jalan napas dan pernapasan pasien paten dan memadai
- Memberikan oksigen, mempertahankan saturasi oksigen normal, dan memantau tanda-tanda vital pasien (frekuensi nadi, laju napas, tekanan darah, dan saturasi oksigen) serta memantau elektrokardiografi (EKG) selama perjalanan ke rumah sakit
- Melakukan penatalaksanaan syok dengan memasang akses intravena ukuran besar (14 atau 16 gauge) sejak dalam perjalanan ke rumah sakit jika memungkinkan, tetapi pemberian cairan harus tidak agresif[21,29]
Ketika pasien telah berada di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit, sangat penting untuk mengevaluasi kembali manajemen airway, breathing, dan circulation (ABC) pasien. Rencana untuk tindakan operatif cito dapat dikonsultasikan dengan dengan dokter spesialis bedah vaskuler.[21,30]
Terapi Operatif
Terapi operatif merupakan penatalaksanaan definitif untuk aneurisma aorta abdominalis. Terapi operatif cito atau segera diperlukan untuk kasus ruptur aneurisma aorta abdominalis. Namun, untuk kasus aneurisma aorta abdominalis yang tidak ruptur, pasien dapat ditatalaksana dengan terapi operatif yang elektif.[14,26]
Terapi operatif pada kondisi aneurisma aorta abdominalis bertujuan untuk mengurangi risiko kejadian diseksi aorta dan ruptur aorta, hingga kematian. Prinsip terapi operatif pada aneurisma aorta abdominalis adalah penggantian segmen aorta yang mengalami aneurisma dengan graft prostetik yang dianastomosekan ke jaringan aorta abdominalis yang tidak mengalami aneurisma.[26,28]
Terapi operatif dianjurkan bila diameter aneurisma mencapai 5–5,5 cm, terlihat membesar dengan lebih cepat dari 0,5 cm dalam waktu enam bulan, atau menjadi simptomatis atau bergejala.[25,28]
Selain itu, terapi operatif pada aneurisma aorta abdominalis dilakukan jika memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan risiko operatif. Risiko operatif dipengaruhi oleh usia pasien, adanya kondisi gagal ginjal, dan status sistem kardiopulmoner.[18,29]
Endovascular Aneurysm Repair
Endovascular aneurysm repair (EVAR) merupakan tindakan bedah invasif minimal yang memasang endovascular graft di sebelah distal arteri renalis melalui akses arteri femoralis. EVAR membutuhkan informasi detail mengenai keadaan anatomi aorta abdominalis dan tidak seluruh AAA dapat dilakukan prosedur EVAR.[6,12,26,29]
Saat ini EVAR diterapkan pada sebagian besar perbaikan, terutama pada pasien yang berusia lanjut dan berisiko tinggi. Terapi endovaskular dianjurkan pada pasien yang bukan kandidat untuk operasi terbuka atau open surgery seperti pasien dengan penyakit jantung parah dan/atau penyakit penyerta lainnya yang menghalangi dilakukanya open surgery.[26,29,32]
Aneurisma aorta abdominalis yang ruptur memerlukan perbaikan darurat. Pendekatan endovaskular pada ruptur AAA menunjukkan hasil dan kelangsungan hidup yang lebih unggul dibandingkan dengan open surgery jika anatominya sesuai, meskipun dalam beberapa kasus angka mortalitasnya tetap tinggi.[25,28,32]
Kelayakan anatomi untuk perbaikan aneurisma aorta abdominalis secara endovaskular atau EVAR didasarkan pada tiga indeks utama yaitu:
- Leher aorta proksimal
- Arteri iliaka komunis
- Arteri iliaka eksternal dan femoralis komunis[6,12,26]
Area indeks tersebut mencirikan landing zone proksimal dan distal. Pendekatan endovaskular tidak diindikasikan pada leher aorta proksimal yang berukuran <15 mm.[12,26]
Pendekatan endovaskular untuk menangani aneurisma aorta abdominalis yang kompleks telah disetujui. Pendekatan endovaskular juga dapat digunakan untuk menangani aneurisma thoracoabdominal, pararenal, and juxtarenal.[12,26]
Penerapan perbaikan aneurisma endovaskular bercabang (fenestrated-branched EVAR, F/B-EVAR) dalam penatalaksanaan aneurisma aorta abdominalis memberikan keuntungan yang signifikan seperti komplikasi perioperatif yang lebih sedikit.[12,29]
Jenis stent graft yang dipilih dan karakteristik ketahanan stent mengidentifikasi efikasi jangka panjang dari prosedur F/B-EVAR. Prosedur F-EVAR dan B-EVAR sering dilakukan secara bersamaan, tetapi dampak terpisah dari prosedur tersebut belum dibahas secara holistik.[12,29]
Pemilihan stent, baik stent yang dapat diperluas dengan balloon-expandable (B-EXP) maupun stent yang dapat diperluas sendiri atau self-expandable stent (S-EXP) dipengaruhi oleh preferensi masing-masing dokter bedah vaskular.[25,28,31]
Open Surgery
Tindakan bedah terbuka atau open surgery memiliki objektivitas untuk mencegah kematian akibat ruptur aneurisma aorta abdominalis dan menjaga perfusi arterial ke pelvis dan ekstremitas bawah. Indikasi tindakan open surgery adalah pada kasus AAA yang secara anatomis tidak dapat dilakukan EVAR.[12,19,32]
Open surgery atau open repair telah menjadi standar emas untuk perbaikan pada AAA selama beberapa dekade. Open surgery merupakan suatu prosedur bedah terbuka dengan insisi pada long midline transabdominal atau retroperitoneal yang diikuti dengan penggantian bagian aorta yang mengalami gangguan dengan graft.[12,19,32]
Tabel 3. Pedoman Penatalaksanaan (Guideline) untuk Penderita Aneurisma Aorta Abdominalis berdasarkan The Society for Vascular Surgery (SVS)
Rekomendasi | Level Rekomendasi | Kualitas Bukti |
Observasi berkala (tahunan) dengan pencitraan pada pasien dengan aneurisma aorta abdominalis yang berdiameter 4,0–4,9 cm. |
2 (Weak) |
C (Low) |
Penilaian denyut nadi (pulsasi) kaki distal atau Ankle Brachial Index (ABI) pada setiap kunjungan klinik saat follow up. |
1 (Strong) |
B (Moderate) |
Endovascular aneurysm repair (EVAR) direkomendasikan pada aneurisma aorta abdominalis yang tidak mengalami ruptur. |
2 (Weak) |
C (Low) |
Prosedur endovaskular hanya boleh dilakukan di rumah sakit yang telah melakukan setidaknya 10 kasus setiap tahun dan memiliki tingkat konversi pembukaan kurang dari 2%. |
2 (Weak) |
C (Low) |
Operasi terbuka yang elektif pada aneurisma aorta abdominalis harus dilakukan di rumah sakit dengan angka kematian <5%, dan yang melakukan setidaknya sepuluh kasus terbuka dalam setahun. |
2 (Weak) |
C (Low) |
Untuk aneurisma aorta abdominalis yang ruptur, lebih disukai fasilitas penanganan dengan waktu door-to-intervention kurang dari 90 menit. | Good practice statement | Ungraded |
Profilaksis antibiotik tidak dianjurkan kecuali terdapat potensi infeksi pada pasien dengan sistem imunitas yang lemah. |
2 (Weak) |
C (Low) |
Color duplex ultrasonography harus digunakan untuk observasi pasien pasca operasi khususnya operasi endovaskular. |
1 (Strong) | B (Moderate) |
Elektrokardiogram 12 sadapan sebelum operasi direkomendasikan untuk dipasang pada semua pasien yang menjalani EVAR ataupun open surgery hingga empat minggu setelah operasi elektif dilakukan. |
1 (Strong) |
B (Moderate) |
Jika pada pasien baru saja dilakukan pemasangan drug-eluting stent, maka terapi operatif seperti open surgery pada pasien aneurisma aorta abdominalis harus ditunda setidaknya selama enam bulan, atau pembedahan endovaskular dapat dilakukan saat pasien sedang menjalani terapi antiplatelet ganda (dual antiplatelet). |
2 (Weak) |
B (Moderate) |
Transfusi darah hanya dilakukan pada masa perioperatif, yaitu jika kadar hemoglobin <7 g/dL. |
1 (Strong) | B (Moderate) |
Perbaikan elektif harus direkomendasikan pada pasien berisiko rendah ketika ukuran aneurisma aorta abdominalis adalah 5,5 cm. |
1 (Strong) |
A (High) |
Open surgery harus dilakukan dengan anestesi umum. | 1 (Strong) | A (High) |
Sumber: dr. Eva Naomi, 2023[5,6,12]
Farmakoterapi
Tujuan dari farmakoterapi pada pasien dengan aneurisma aorta abdominalis adalah menurunkan progresivitas dilatasi dari aneurisma pada aorta abdominalis, menurunkan risiko mortalitas pada aneurisma aorta abdominalis, dan meminimalisasikan peluang untuk dilakukannya tindakan operatif. Farmakoterapi yang digunakan pada aneurisma aorta abdominalis dapat berupa antihipertensi dan statin.[12,19,26]
Antihipertensi
Pada pasien aneurisma aorta abdominalis penggunaan antihipertensi di rekomendasikan untuk menurunkan risiko kejadian kardiovaskular dan risiko ruptur akibat peningkatan tekanan pada aorta. Pilihan farmakoterapi antihipertensi untuk AAA adalah obat golongan beta blocker dan angiotensin receptor blocker.[9,19,26]
Statin
Pemberian statin dengan intensitas sedang sangat direkomendasikan pada pasien dengan aneurisma aorta abdominalis yang mengalami aterosklerosis. Pemberian statin juga dapat dipertimbangkan pada pasien tanpa bukti aterosklerosis. Statin juga sudah terbukti secara klinis untuk menurunkan risiko kejadian kardioserebrovaskular.[9,19]
Aspirin
Aspirin dapat diberikan dengan dosis terapi yang rendah yaitu 75-162 mg/hari pada pasien aneurisma aorta abdominalis yang tidak memiliki kontraindikasi, pemberian aspirin dilakukan untuk menurunkan risiko kejadian kardiovaskular.[9,19,26]
Follow Up
Pasien aneurisma aorta abdominalis pasca operasi harus di observasi secara ketat di ruang intensive care unit (ICU) selama 24–48 jam.
Semua pasien aneurisma aorta abdominalis dengan dilatasi yang kecil yang tidak memerlukan tindakan operatif. Kemudian, pasien akan dilakukan follow up secara berkala dengan pemeriksaan USG setiap 6–12 bulan untuk memastikan aneurisma tidak meluas.[12,19,32]
Tabel 4. Rekomendasi Follow up Aneurisma Aorta Abdominalis dengan Ultrasonografi
Diameter Aneurisma pada AAA (cm) | Frekuensi Ultrasonografi |
3,0–3,9 | Setiap 3 tahun |
4,0–4,9 | Setiap tahun |
5,0–5,4 | Setiap 6 bulan |
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023[12,19]
Rujukan
Setiap pasien yang ditemukan memiliki aneurisma aorta abdominalis >4 cm harus dirujuk ke ahli bedah vaskular untuk evaluasi lebih lanjut dan kemungkinan dilakukannya intervensi.[19,29,32]
Pada umumnya, intervensi dipertimbangkan pada pasien perempuan dengan ukuran aneurisma aorta abdominalis ≥ 5 cm, dan pada pasien laki-laki dianjurkan menjalani intervensi pada ukuran aneurisma ≥ 5,5 cm.[19,29,32]