Diagnosis Aterosklerosis
Diagnosis aterosklerosis koroner dicurigai pada pasien dengan gejala nyeri dada dan riwayat memiliki faktor risiko seperti dislipidemia atau penyakit metabolik lainnya, riwayat penyakit jantung koroner pada keluarga, serta gaya hidup sedentari. Namun, diagnosis aterosklerosis dapat menjadi sulit untuk ditegakkan karena pasien sering tidak memiliki gejala. Pemeriksaan angiografi merupakan baku emas dalam diagnosis aterosklerosis.
Anamnesis
Anamnesis pasien sangat penting dalam menentukan lokasi dan tingkat keparahan aterosklerosis. Gejala pasien yang muncul bergantung pada lokasi aterosklerosis.[3,14]
Aterosklerosis Koroner
Gejala aterosklerosis koroner yang paling sering ditemukan adalah nyeri dada. Nyeri dada pada penyumbatan koroner disebut sebagai angina. Angina dapat timbul saat aliran darah koroner tersumbat 50-70%. Sering kali, gejala angina muncul hanya saat pasien sedang beraktivitas.
Selain itu, gejala lain dari aterosklerosis koroner yang dapat ditemukan adalah sesak napas, pusing, fatigue, diaforesis, palpitasi, dan edema tungkai akibat gagal jantung.[3,14]
Aterosklerosis Nonkoroner
Gejala aterosklerosis nonkoroner tergantung pada letak aterosklerosis.
Berikut ini merupakan gejala yang dapat ditemukan berdasarkan letak aterosklerosis:
- Sistem saraf pusat: kelemahan atau penurunan sensasi pada muka atau tungkai, disartria, inatensi, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, kesulitan berbicara
- Sistem vaskular perifer: klaudikasio atau rasa tidak nyaman saat aktivitas pada grup otot bagian distal arteri yang terkena, nyeri kaki saat istirahat, impotensi, ulkus atau gangrene pada kaki
- Sistem vaskular gastrointestinal: nyeri abdomen postprandial, mual, muntah, diare, distensi, hematokezia, melena, hematemesis, penurunan berat badan[3,15-17]
Faktor Risiko
Selain itu, anamnesis mengenai faktor risiko aterosklerosis pada pasien juga perlu ditanyakan untuk diagnosis maupun rencana terapi. Berikut ini merupakan beberapa faktor risiko yang perlu ditanyakan:
- Riwayat penyakit sebelumnya, seperti dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, obstructive sleep apnea
- Riwayat merokok
- Riwayat konsumsi alkohol
- Riwayat keluarga penyakit jantung
- Aktivitas fisik sehari-hari
- Diet sehari-hari[1,4,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien aterosklerosis dilakukan berdasarkan sistem organ yang terkena. Berikut ini merupakan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan.
Pemeriksaan Awal
Evaluasi pasien aterosklerosis harus diawali dengan pemeriksaan kesadaran dan tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital pasien, berupa tekanan darah, nadi, laju napas, dan temperatur, harus diperiksa untuk mengetahui kondisi hemodinamik pasien. Pada pasien aterosklerosis, dapat ditemukan takikardia dan denyut nadi ireguler. Pasien dengan aterosklerosis, terutama aterosklerosis koroner, juga dapat memiliki laju napas yang meningkat, dan tekanan darah yang tinggi maupun rendah.[3,18]
Aterosklerosis Koroner
Pada pasien aterosklerosis koroner dapat dilakukan pemeriksaan fisik dada untuk mendiagnosis dan mencari komplikasi, seperti gagal jantung dan komplikasi mekanikal. Tanda yang dapat ditemukan pada pasien aterosklerosis koroner meliputi diaforesis, S3 atau S4 gallop, murmur jantung, peningkatan tekanan vena jugularis, ronkhi basah, hepatomegali, edema tungkai.[3,18]
Aterosklerosis Nonkoroner
Tanda-tanda aterosklerosis nonkoroner tergantung pada sistem organ yang terkena. Berikut ini merupakan tanda yang dapat ditemukan pada aterosklerosis nonkoroner:
- Pada pasien dengan dislipidemia dapat ditemukan xantelasma
- Pada pasien resistensi insulin dapat ditemukan akantosis nigrikans
- Apabila aterosklerosis terdapat di sistem saraf pusat, dapat ditemukan penurunan kesadaran, penurunan fungsi motorik dan sensorik tungkai, facial palsy, ataksia, dan disatria
- Pada aterosklerosis vaskuler perifer, dapat ditemukan bruit arteri karotis, penurunan pulsasi pedis, sianosis, gangren, dan ulkus perifer
- Pada sindroma ateroemboli bisa terdapat livedo retikularis, gangguan fungsi ginjal, iskemia jari kaki atau blue toes, dan kristal kolesterol pada bifurkasio arteriol retinal atau Hallenhorsy plaque yang tampak pada pada pemeriksaan funduskopi
- Jika aterosklerosis menyebabkan aneurisma aorta abdominalis, pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan massa pulsatile pada abdomen, bruit abdomen, dan edema ekstremitas bawah akibat kompresi vena kava inferior[4,18-20]
Anamnesis, kriteria diagnosis, pemeriksaan fisik, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang aterosklerosis yang terjadi pada arteri perifer maupun aneurisma aorta dibahas dalam artikel terpisah.
Diagnosis Banding
Beberapa keadaan, seperti perikarditis, penyakit vena, dan divertikulitis, dapat menyerupai aterosklerosis koroner.
Perikarditis
Perikarditis dapat memiliki gejala nyeri dada yang hampir sama dengan pasien aterosklerosis koroner. Nyeri dada pada perikarditis dan aterosklerosis koroner memiliki persamaan dalam nyeri dada akut yang membaik dengan istirahat. Akan tetapi, pada perikarditis dapat ditemukan adanya pericardial friction rub saat auskultasi jantung dan pada elektrokardiogram (EKG) ditemukan kenaikan segmen ST tanpa inversi gelombang T resiprokal atau gelombang Q pada seluruh lapang EKG.[21]
Penyakit Vena
Pada penyakit vena, seperti thrombosis atau insufisiensi vena kronik, juga dapat memiliki keluhan nyeri, terutama pada tungkai. Nyeri yang dirasakan umumnya bersifat tumpul. Akan tetapi, berbeda dengan aterosklerosis, nyeri pada penyakit vena diperberat dengan berdiri lama dan tidak diperparah dengan aktivitas.[15,22]
Divertikulitis
Nyeri abdomen pada divertikulitis hampir menyerupai keluhan nyeri pada aterosklerosis di sistem vaskular gastrointestinal, seperti aterosklerosis aorta abdominalis. Akan tetapi, pada divertikulitis tidak akan ditemukan adanya massa abdomen dengan pulsasi.[23]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis aterosklerosis sangat bergantung pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai indikasi, berdasarkan jenis penyakit dan lokasi aterosklerosis.
Tes Laboratorium
Pemeriksaan tes laboratorium pada pasien aterosklerosis umumnya dilakukan untuk mencari faktor risiko pada pasien.
Berikut ini merupakan beberapa pemeriksaan tes laboratorium yang dapat dilakukan:
Profil Lipid:
Dislipidemia adalah salah satu faktor risiko terbentuknya aterosklerosis. Pada pasien dapat ditemukan peningkatan low density lipoprotein-cholesterol (LDL), rendahnya kadar high-density lipoprotein-cholesterol (HDL), dan peningkatan trigliserida.
Glukosa Plasma dan Hemoglobin A1c (HbA1c):
Diabetes mellitus dan resistensi insulin juga merupakan faktor risiko dan komorbiditas aterosklerosis. Pada pasien bisa ditemukan kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL dan HbA1c ≥ 6,5.
Enzim Jantung:
Pada pasien aterosklerosis koroner dengan nyeri dada, disarankan untuk melakukan pemeriksaan enzim jantung, berupa high-sensitive troponin T atau I dan creatine kinase dengan MB isozymes untuk mengidentifikasi adanya infark miokard.[1,4,18]
Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dapat dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik jantung dan tanda-tanda iskemia jantung. Tes stres EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi blokade koroner akibat aterosklerosis koroner. Pada pasien akan didapatkan depresi segmen ST saat treadmill.[1,3]
Coronary Computed Tomographic Angiography
Coronary Computed Tomographic Angiography (CCTA) merupakan tes diagnostik utama dalam mendeteksi aterosklerosis koroner. Pemeriksaan CCTA dilakukan pada pasien yang dicurigai memiliki penyakit jantung koroner, seperti pasien dengan angina. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menginjeksikan agen kontras teriodinasi melalui vena yang diikuti dengan pemindaian. Pada aterosklerosis koroner akan terlihat penyempitan arteri koroner.[5,6]
Angiografi Koroner
Pemeriksaan angiografi koroner merupakan salah satu baku emas dalam mendiagnosis aterosklerosis koroner. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginjeksikan agen kontras teriodinisasi pada ostium koroner. Penyumbatan koroner akibat aterosklerosis umumnya akan terlihat pada pemeriksaan ini. Akan tetapi, pemeriksaan ini bersifat invasif sehingga tidak disarankan untuk tujuan skrining.[5,6]
Intravascular Ultrasound
Intravascular ultrasound (IVUS) merupakan pemeriksaan invasif yang dapat digunakan untuk mendeteksi aterosklerosis koroner. Pemeriksaan ini menggunakan alat kateter dan berfungsi untuk mengevaluasi ukuran lumen koroner dan ketebalan dinding pembuluh darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi plak aterosklerosis yang tidak dapat terdeteksi pada angiografi koroner dengan kontras.[5,6]
Optical Coherence Tomography
Optical Coherence Tomography (OCT) merupakan pemeriksaan dengan teknologi terbaru menggunakan kateter yang menghasilkan gambar resolusi tinggi dibandingkan dengan IVUS. Penggunaan OCT masih sangat terbatas dan sekarang umumnya hanya digunakan untuk tujuan penelitian.[5,6]
Ultrasonografi
Ultrasonografi dengan frekuensi tinggi dapat mengevaluasi ketebalan intima media dinding pembuluh darah. Pada aterosklerosis akan terlihat penebalan. Pemeriksaan ini sering digunakan sebagai pemeriksaan utama dalam mendeteksi arterosklerosis arteri karotis.[4,5,24]
Selain itu, disfungsi endotel pada aterosklerosis arteri ekstremitas atas juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan flow-mediated dilation (FMD) arteri brakialis. Pada pemeriksaan ini, arteri brakialis dengan aterosklerosis akan memiliki penurunan respons dilatasi saat aliran darah meningkat.[4,5,24]
Magnetic Resonance Imaging dan Magnetic Resonance Angiography
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan pemeriksaan noninvasif yang dapat mengevaluasi struktur pembuluh darah dan karakteristik komposisi plak pada aterosklerosis. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi ruptur plak, perdarahan intraplak, dan thrombus pada pembuluh darah.[4,5,24]
Magnetic Resonance Angiography (MRA) merupakan pemeriksaan yang bersifat tidak invasif dan dapat digunakan untuk mendeteksi aterosklerosis pada arteri karotis. Penggunaan MRA untuk arteri koroner sangat sulit dikarenakan adanya artefak-artefak sehingga tidak terlalu direkomendasikan. Namun, pemeriksaan MRA seluruh jantung 1,5 T dapat mengidentifikasi stenosis koroner >50%.[5,6]
Teknik Scintigrafi
Pencitraan dengan teknik scintigrafi bergantung pada isotop radionuklir yang terakumulasi pada jaringan yang ingin diperiksa. Terdapat dua jenis pencitraan perfusi nuklear, yaitu single-photon emission computed tomography (SPECT) dan positron emission tomography (PET). Pemeriksaan PET umumnya lebih disarankan karena resolusi yang lebih tinggi, suara yang tidak berisik dan eksposur radiasi yang lebih rendah. Pemeriksaan PET dengan 18F-fluorodeoxyglucose (FDG) telah digunakan sebagai modalitas utama dalam mempelajari inflamasi vaskular dan dapat digunakan dalam mengevaluasi aterosklerosis.[3,5,6,24]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri