Penatalaksanaan Aterosklerosis
Penatalaksanaan aterosklerosis utamanya bertujuan mencegah kejadian seperti angina tidak stabil, infark miokard atau kematian. Penatalaksanaan dilakukan dengan mengendalikan faktor risiko seperti terapi dislipidemia menggunakan agen statin atau pemberian obat antiplatelet untuk mencegah terjadinya trombosis.
Tindakan revaskularisasi dapat dilakukan untuk menurunkan gejala pasien dan meningkatkan prognosis pada pasien yang tidak berhasil ditangani hanya dengan medikamentosa.
Terapi Dislipidemia
Dislipidemia adalah salah satu faktor penting pembentukan aterosklerosis. Tata laksana dislipidemia bertujuan untuk menurunkan kadar low density lipoprotein-cholesterol (LDL) dan trigliserida, serta meningkatkan high-density lipoprotein-cholesterol (HDL).
Statin (Inhibitor HMG-coA reductase)
Statin (Inhibitor HMG-coA reductase) merupakan terapi lipid utama yang digunakan dalam menurunkan kolesterol LDL. Selain menurunkan kolesterol LDL, statin juga dapat menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL-C.
Beberapa agen statin, seperti simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin, dapat digunakan. Dosis dan obat yang digunakan tergantung pada risiko profil lipid dan komorbiditas pasien, misalnya:
- Pasien penyakit aterosklerosis kardiovaskular atau kadar LDL ≥190 mg/dL, dan tanpa kontra indikasi: terapi statin intensitas tinggi disarankan dengan target penurunan LDL ≥ 50%. Agen dan dosis yang disarankan adalah atorvastatin 40–80 mg atau rosuvastatin 20–40 mg sekali sehari
- Pasien umur 40-75 tahun dengan diabetes mellitus: terapi statin intensitas sedang disarankan dengan target penurunan LDL 30–49%. Agen dan dosis yang disarankan adalah atorvastatin 10–20 mg, rosuvastatin 5–10 mg, atau simvastatin 20–40 mg
- Pasien umur 40–75 tahun tanpa penyakit kardiovaskular atau diabetes, namun memiliki LDL 70–189 mg/dL dan risiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular > 7,5%: statin intensitas sedang atau tinggi disarankan[4,26]
Fibrat
Fibrat merupakan terapi lipid lini kedua dalam menangani aterosklerosis. Fibrat digunakan saat terapi statin dan modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Selain itu, fibrat dapat diberikan pada pasien dengan trigliserida di atas 200 mg/dL. Agen dan dosis yang dapat digunakan adalah gemfibrozil 900 mg atau fenofibrate 150 mg sekali sehari.[18,27]
Inhibitor Absorpsi Kolesterol
Obat golongan inhibitor absorpsi kolesterol merupakan obat yang bekerja dengan menghambat gambilan kolesterol dari empedu dan diet. Ezetimibe 10 mg/hari merupakan dosis dan agen yang disarankan.[18,27]
Terapi Hipertensi
Penurunan tekanan darah diperlukan dalam terapi aterosklerosis untuk mencegah terjadinya progresi penyakit dan kejadian kardiovaskular di kemudian hari. Pada pasien hipertensi dengan aterosklerosis koroner, target tekanan darah yang disarankan adalah di bawah 140/90 mmHg. Target tekanan yang lebih rendah, yaitu di bawah 130/80 mmHg, disarankan pada pasien hipertensi dengan aterosklerosis nonkoroner, seperti penyakit arteri perifer, stroke, transient ischemic attack, dan aneurisma aorta abdominalis. Selain itu, target tekanan darah <130/80 juga disarankan pada pasien hipertensi dengan aterosklerosis koroner dengan riwayat infark miokard sebelumnya.
Terdapat beberapa pilihan regimen obat antihipertensi yang disarankan dalam terapi aterosklerosis. Pada pasien hipertensi dengan aterosklerosis koroner, terapi menggunakan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, penghambat beta, thiazide diuretik, dan calcium channel blocker (CCB) lebih disarankan.
Pada pasien hipertensi dan aterosklerosis koroner dengan riwayat infark miokard, penggunaan antihipertensi golongan pengambat beta lebih disarankan. Sedangkan pasien aterosklerosis koroner dengan hipertensi dan diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronik disarankan menggunakan terapi antihipertensi golongan ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB). Sampai sekarang belum terdapat rekomendasi khusus penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi dengan aterosklerosis nonkoroner.
Berikut beberapa egimen dan dosis obat yang disarankan adalah sebagai berikut:
- Diuretik: hydrochlotothiazide 12,5–50 mg sekali sehari, spinorolactone 25–50 mg sekali sehari, atau furosemide 20–80 mg dua kali sehari
ACE Inhibitor: lisinopril 10–40 mg sekali sehari, captopril 12,5–50 mg 2-3 kali sehari
- ARB: candersartan 8-32 mg sekali sehari, valsartan 80-320 mg sekali sehari, losartan 50-100 mg sekali sehari
- Penghambat beta: propranolol 40-120 mg dua kali sehari, bisoprolol 5-10 mg sekali sehari, labetalol 100-300 mg dua kali sehari
- CCB: amlodipine 5-10 mg sekali sehari, nifedipine kerja panjang 30-90 mg sekali sehari [3,28,29]
Terapi Diabetes Mellitus
Penanganan kadar gula dalam darah diperlukan untuk mencegah terjadinya aterogenesis. Tidak terdapat rekomendasi khusus untuk terapi diabetes mellitus pada pasien aterosklerosis. Target terapi diabetes mellitus pada pasien aterosklerosis adalah menjaga kadar HbA1c di bawah 7%. Beberapa pilihan terapi antihiperglikemia, seperti sulfonilurea, biguanid, dan penghambat alfa-glukosidase umumnya banyak digunakan. Terapi medis lini pertama dalam menangani diabetes mellitus tipe 2 adalah dengan metformin 500-850 mg 1-3 kali sehari.[1,30]
Terapi Antiplatelet
Aktivasi dan agregasi platelet berperan dalam terjadinya trombosis pada aterosklerosis. Oleh sebab itu, penggunaan antiplatelet dapat menghambat terjadinya progresi penyakit.[3,7]
Berdasarkan panduan European Society of Cardiology (ESC) 2019, terapi aspirin 75-100 mg per hari disarankan pada pasien aterosklerosis koroner. Apabila pasien memiliki risiko kejadian iskemik tinggi, maka terapi kombinasi dua antitrombotik disarankan, yaitu kombinasi antara aspirin 75-100 mg per hari dengan clopidogrel 75 mg. Pada pasien aterosklerosis nonkoroner, penggunaan clopidogrel 75 mg sekali sehari lebih disarankan.[3,7]
Terapi Revaskularisasi
Terapi revaskularisasi merupakan terapi lini terakhir dalam penanganan aterosklerosis. Terapi ini dipilih apabila penggunaan terapi medis tidak berhasil dalam menangani aterosklerosis. Tujuan terapi revaskularisasi adalah untuk menurunkan gejala pasien dan meningkatkan prognosis.
Revaskularisasi, baik menggunakan percutaneous coronary intervention (PCI) dan coronary artery bypass grafting (CABG), telah menunjukkan efikasi dalam mencegah terjadinya iskemia miokard, menurunkan gejala pasien, dan mencegah terjadinya kejadian kardiovaskular pada pasien aterosklerosis koroner.[7,31]
Selain aterosklerosis koroner, terapi revaskularisasi juga dapat dilakukan pada aterosklerosis vaskuler perifer saat keadaan terapi medis gagal dan keadaan critical limb ischemia. Terapi revaskularisasi pada penyakit arteri perifer dapat berupa angioplasti, stenting aortoiliak, dan tindakan bypass. Tindakan bypass dilakukan saat terapi endovaskular gagal.[15]
Penatalaksanaan of aterosklerosis affecting peripheral arteries is discussed in a separate article peripheral artery disease. Penatalaksanaan of aterosklerosis affecting aorta is discussed in a separate article aneurisma aorta.
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri