Patofisiologi Aterosklerosis
Secara patofisiologi aterosklerosis terjadi akibat proses kronik dari lesi dinding arteri. Terjadinya lesi arteri berhubungan dengan retensi lipid di tunika intima oleh matriks proteoglikan yang menyebabkan modifikasi dan inflamasi arteri.
Faktor yang memicu pembentukan aterosklerosis meliputi disfungsi endotelial, dislipidemia, peradangan, dan faktor imunologi, ruptur plak, dan kebiasaan merokok. Aterosklerosis adalah proses patologis yang menyebabkan gangguan koroner, serebral, arteri perifer maupun aorta. Patofisiologi terjadinya aterosklerosis pada berbagai kelainan ini serupa, termasuk sindrom koroner akut, penyakit arteri karotid, peripheral artery disease, penyakit arteri renal dan aneurisma aorta.
Proses histologi terbentuknya aterosklerosis dapat dibagi menjadi tiga proses, yaitu formasi fatty streaks, formasi ateroma, dan atheroma dinding tipis dan trombosis.
Fatty Streaks
Terbentuknya fatty streaks merupakan tanda awal dari aterosklerosis. Pembentukan aterosklerosis dimulai dengan penumpukan lipoprotein pada lapisan tunika intima arteri. Salah satu lipoprotein yang paling sering menjadi penyebab terbentuknya aterosklerosis adalah low density lipoprotein-cholesterol (LDL). Dislipidemia merupakan faktor utama terbentuknya aterosklerosis.
LDL memiliki kemampuan infiltrasi ke dalam endothelium dan adhesi ke komponen matriks ekstraseluler, seperti proteoglikan. Akibat penumpukan lipoprotein ini, maka keseimbangan komponen pada matriks akan terganggu. Terperangkapnya LDL kemudian menyebabkan oksidasi spontan dan oksidasi sel dari partikel yang terperangkap.
Oksidasi lipid dan sitokin-sitokin pada arteri kemudian menyebabkan aktivasi sel endotel. Monosit dan limfosit T akan infiltrasi ke lapisan intima vaskular. Lipid yang teroksidasi juga dapat mensekresikan sitokin untuk mengaktivasi makrofag dan sel T. Kemokin kemudian berperan dalam menarik sitokin, serta menginisiasi aktivasi dan migrasi leukosit ke lapisan intima arteri.
Diferensiasi monosit ke makrofag kemudian terjadi, dan makrofag akan mengambil lipid yang teroksidasi melalui reseptor scavenger untuk membentuk sel busa atau foam cell. Akumulasi dari sel busa pada dinding arteri kemudian yang membentuk fatty streaks.[1,8]
Pembentukan Ateroma
Kerusakan jaringan vaskular berkelanjutan kemudian menyebabkan sekresi sitokin-sitokin dan beberapa faktor pertumbuhan. Hal ini menyebabkan migrasi sel otot polos ke bagian lumen arteri dan sintesis matriks ekstraseluler yang mengakibatkan pembentukan fibrous cap pada ateroma. Fibrous cap, yang tersusun atas penumpukan makrofag, limfosit T, sel otot polos, dan jaringan kaya kolagen, merupakan cikal bakal terbentuknya aterosklerosis matur.[1,8]
Ateroma Dinding Tipis dan Trombosis
Makrofag pada daerah lesi akan menghasilkan meta proteinase, yang memiliki efek dalam lisis matriks ekstraseluler. Sintesis kolagen dihambat oleh TNF-á yang disekresi oleh sel T. Hal ini menyebabkan rentannya fibrous cap mengalami ruptur. Kerusakan dari fibrous cap akan menyebabkan terekspos nya kolagen dan lipid terhadap aliran darah, yang kemudian akan mengaktivasi adhesi platelet dan pembentukan bekuan darah.[1,8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri