Panduan E-Prescription Hipertensi
Panduan e-prescription hipertensi ini dapat digunakan oleh Dokter untuk meresepkan terapi medikamentosa secara online.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥130 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >80 mmHg. Hipertensi dapat terjadi secara primer atau secara sekunder akibat kondisi lain seperti penyakit ginjal, vaskular, ataupun endokrin. Hipertensi primer berkontribusi terhadap 90–95% dari kasus hipertensi dewasa.[1-3]
Tanda dan Gejala
Kebanyakan kasus hipertensi bersifat asimtomatik dan didiagnosis secara tidak sengaja melalui pemeriksaan tekanan darah, misalnya saat medical check-up atau saat skrining penyakit lain.[1]
Bila ada gejala, gejala umumnya berkaitan dengan komplikasi. Contoh gejala yang bisa dialami adalah kelelahan, sesak napas saat sedang beraktivitas, tungkai bengkak, kelemahan satu sisi tubuh, dan penglihatan buram. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi kardio-serebrovaskular, misalnya gagal jantung dan stroke.[1,2]
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori | Sistolik (mmHg) | Diastolik (mmHg) | |
Normal | <130 | dan | <85 |
Normal-tinggi | 130–139 | dan/atau | 85–89 |
Hipertensi derajat 1 | 140–159 | dan/atau | 90–99 |
Hipertensi derajat 2 | ≥160 | dan/atau | ≥100 |
Sumber: Unger T, et al. 2020.[7]
Peringatan
Diagnosis hipertensi sebaiknya tidak ditegakkan hanya berdasarkan satu pemeriksaan. Tekanan darah sebaiknya diukur dua kali pada dua kesempatan yang berbeda.[1]
Opsi lainnya adalah tekanan darah diukur tiga kali dengan jarak waktu 1–2 menit antar pengukuran. Pengukuran diulang jika ada perbedaan tekanan >10 mmHg pada dua pengukuran. Setelah itu, tekanan darah ditentukan berdasarkan rata-rata dari kedua pengukuran terakhir.[1]
Pengukuran tekanan darah di luar fasilitas kesehatan secara mandiri oleh pasien bisa dilakukan untuk mengeksklusi kemungkinan white coat hypertension. Namun, edukasi tentang persiapan dan teknik pengukuran yang tepat harus diberikan.[1,2]
Bila hendak meresepkan medikamentosa, tanyakan terlebih dahulu riwayat alergi obat, riwayat penyakit, serta ada tidaknya kondisi khusus seperti kehamilan, diabetes, atau penyakit ginjal. Bila ada kecurigaan komplikasi hipertensi, pasien sebaiknya dianjurkan untuk berkunjung langsung ke fasilitas kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut.[1]
Nonmedikamentosa
Terapi lini pertama untuk hipertensi adalah modifikasi gaya hidup, yaitu diet yang sehat dan rendah garam, peningkatan aktivitas fisik, eliminasi alkohol, dan berhenti merokok. Modifikasi gaya hidup juga tetap dijalankan meskipun pasien sudah menjalani terapi medikamentosa.[3]
Diet yang direkomendasikan untuk pasien hipertensi merujuk pada Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), yaitu diet yang rendah karbohidrat, diet yang berbasis tanaman, dan diet Mediterranean. Pasien yang obesitas atau overweight dianjurkan untuk mengurangi berat badan. Olahraga sebaiknya dilakukan 3–5 kali/minggu.[4,5]
Medikamentosa
Pada hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah-sedang dan tanpa komorbiditas, terapi medikamentosa dimulai bila 3–6 bulan modifikasi gaya hidup tidak berhasil mengontrol tekanan darah.[1,2,6-9]
Pada hipertensi derajat 1 dengan risiko tinggi maupun dengan riwayat komorbid seperti stroke, penyakit ginjal kronis, dan diabetes mellitus, terapi medikamentosa perlu segera dimulai. Selain itu, terapi medikamentosa juga harus segera diberikan untuk hipertensi derajat 2.[1,2,6-9]
Upayakan agar terjadi reduksi tekanan darah setidaknya 20/10 mmHg dalam 3 bulan. Target tekanan darah disesuaikan dengan usia pasien:
- <65 tahun: tekanan darah <130/80 mmHg jika bisa ditoleransi
- ≥65 tahun: tekanan darah <140/90 mmHg jika bisa ditoleransi[1,2,6-9]
Lini Pertama
Terapi medikamentosa lini pertama adalah kombinasi angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEi) atau angiotensin receptor blocker (ARB) bersama dihydropyridine calcium channel blocker (DHP-CCB). Gunakan non-DHP-CCB jika DHP-CCB tidak ada atau tidak bisa ditoleransi. Mulai terapi dengan dosis rendah.[1,2,6-9]
Sebagai contoh, obat yang bisa diberikan adalah:
- Lisinopril 5 mg/hari dan amlodipine 5 mg/hari, setiap hari selama 30 hari
- Candesartan 8 mg/hari dan amlodipine 5 mg/hari, setiap hari selama 30 hari
Pada pasien berusia ≥80 tahun atau pasien ringkih dengan hipertensi derajat 1 risiko rendah, pertimbangkan monoterapi.[1,2,6-9]
Lini Kedua
Terapi lini kedua adalah kombinasi ACEi atau ARB bersama DHP-CCB tetapi dengan dosis penuh. Sebagai contoh, obat yang dapat diberikan adalah:
- Lisinopril hingga 40 mg/hari dan amlodipine hingga 10 mg/hari, setiap hari selama 30 hari
- Candesartan hingga 32 mg/hari dan amlodipine hingga 10 mg/hari, setiap hari selama 30 hari[1,2,6-9]
Lini Ketiga
Lini ketiga adalah kombinasi triple ACEi atau ARB bersama DHP-CCB dan bersama diuretik thiazide-like. Gunakan thiazide bila diuretik thiazide-like tidak tersedia. Sebagai contoh, lisinopril dan amlodipine ditambah indapamide 1,25–2,5 mg/hari atau ditambah hydrochlorothiazide 25–50 mg/hari.[1,2,6-9]
Lini Keempat
Lini keempat adalah kombinasi triple ACEi atau ARB, DHP-CCB, diuretik thiazide-like, dan spironolactone atau obat lain (termasuk beta bloker). Sebagai contoh, lisinopril dan amlodipine dan indapamide ditambah dengan spironolactone 25–100 mg/hari.[1,2,6-9]
Tabel 2. Dosis Obat Antihipertensi Oral
Kelas | Obat | Dosis (mg/hari) | Frekuensi/hari |
Lini pertama | |||
Thiazide atau diuretik thiazide-like | Hydrochlorothiazide | 25–50 | 1 |
Indapamide | 1,25–2,5 | 1 | |
ACE inhibitor | Captopril | 12,5–150 | 2 atau 3 |
Enalapril | 5–40 | 1 atau 2 | |
Lisinopril | 10–40 | 1 | |
Perindopril | 5–10 | 1 | |
Ramipril | 2,5–10 | 1 atau 2 | |
Angiotensin receptor blocker (ARB) | Candesartan | 8–32 | 1 |
Eprosartan | 600 | 1 | |
Irbesartan | 150–300 | 1 | |
Losartan | 50–100 | 1 atau 2 | |
Olmesartan | 20–40 | 1 | |
Telmisartan | 20–80 | 1 | |
Valsartan | 80–320 | 1 | |
Dihydropyridine calcium channel blocker (DHP-CCB) | Amlodipine | 2,5–10 | 1 |
Felodipine | 5–10 | 1 | |
Nifedipine OROS | 30–90 | 1 | |
Lercanidipine | 10–20 | 1 | |
Non-DHP-CCB | Diltiazem SR* | 180–360 | 2 |
Diltiazem CD* | 100–200 | 1 | |
Verapamil SR* | 120–480 | 1 atau 2 | |
Lini kedua | |||
Diuretik loop | Furosemide | 20–80 | 2 |
Torsemide | 5–10 | 1 | |
Diuretik hemat kalium | Amiloride | 5–10 | 1 atau 2 |
Triamterene | 50–100 | 1 atau 2 | |
Diuretik antagonis aldosteron | Spironolactone | 25–100 | 1 |
Eplerenone | 50–100 | 1 atau 2 | |
Beta bloker - kardioselektif | Atenolol | 25–100 | 1 atau 2 |
Bisoprolol | 2,5–10 | 1 | |
Metoprolol tartrate | 100–400 | 2 | |
Beta bloker kardioselektif dan vasodilator | Nebivolol | 5–40 | 1 |
Beta bloker – non kardiosekeltif | Propranolol IR* | 160–480 | 2 |
Propranolol LA* | 80–320 | 1 | |
Beta bloker-kombinasi reseptor alfa dan beta | Carvedilol | 12,5–50 | 2 |
Keterangan: SR berarti sustained-release; CD berarti controlled-delivery; IR berarti immediate-release; LA berarti long-acting
Sumber: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2019.[6]
Terapi pada Kehamilan
Ibu hamil yang mengalami hipertensi sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk evaluasi lebih lanjut. Informasi lebih lengkap tentang hipertensi dalam kehamilan dapat diakses di sini.