Epidemiologi Penyakit Jantung Bawaan
Data epidemiologi penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease di Indonesia masih terbatas, tetapi diperkirakan memiliki prevalensi sekitar 8 bayi per 1000 kelahiran hidup. Diperkirakan ada penambahan sekitar 32.000 kasus per tahun.[3]
Global
Di negara-negara Eropa, penyakit jantung bawaan mengalami tren penurunan dari 70 per 10000 kelahiran hidup menjadi 55–60 per 10000 kelahiran hidup pada semua tingkat keparahan. Penurunan tren ini dihubungkan dengan program fortifikasi asam folat yang telah dilakukan secara luas.[7]
Di Singapura, insidensi penyakit jantung bawaan adalah 3,9 per 1000 kelahiran hidup tanpa kelainan kromosom. Penyakit jantung bawaan mayor terdapat pada 2,6 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan mayor yang paling sering muncul adalah tetralogi Fallot, atrioventricular septal defect (AVSD), hypoplastic left heart syndrome (HLHS), transposition of great arteries (TGA), dan ventricular septal defect (VSD).[8]
Indonesia
Insidensi penyakit jantung bawaan di seluruh dunia tidak jauh berbeda. Namun, beban kesehatan akibat kelainan ini menjadi lebih tinggi di negara yang memiliki angka fertilitas yang tinggi. Di Indonesia, insidensi penyakit jantung bawaan adalah 8 per 1000 kelahiran hidup. Diasumsikan terdapat penambahan 32.000 kasus baru penyakit jantung bawaan tiap tahunnya.[3]
Mortalitas
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu dari 5 penyebab kematian tersering pada anak. Mortalitas tertinggi akibat penyakit jantung bawaan terjadi pada golongan sosiodemografis rendah hingga menengah.
Pada tahun 2017, daerah dengan mortalitas tertinggi akibat penyakit jantung bawaan adalah Oseania, Afrika Utara, Timur Tengah, Karibia, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara. Adapun angka mortalitas global penyakit jantung bawaan pada tahun 2017 adalah 131 per 100000 anak berusia kurang dari 1 tahun.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini