Diagnosis Frozen Shoulder
Diagnosis frozen shoulder atau adhesive capsulitis merupakan diagnosis klinis yang dapat ditegakkan berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien. Biasanya pasien mengeluhkan nyeri kronis yang membatasi gerak dan fungsi bahu selama 2-3 bulan. Pemeriksaan fisik seperti lingkup gerak sendi yang terbatas akan memperkuat diagnosis.
Anamnesis
Keluhan pasien dengan frozen shoulder memiliki karakteristik berikut:
- Nyeri yang hebat dan sangat mengganggu pada bahu terutama di malam hari
- Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari menggunakan bahu yang sakit
- Keterbatasan gerak sifatnya progresif dan persisten, sampai tidak mampu sama sekali melakukan gerakan menggapai seperti tidak mampu menggaruk punggung, mengenakan mantel, atau menyisir rambut [17]
Untuk mempermudah penilaian fungsi bahu di kehidupan sehari-hari dan menunjang diagnosis frozen shoulder dapat menggunakan kuisioner The Shoulder Pain and Disability Index (SPADI). Banyak penelitian yang mendukung penggunaan kuesioner ini untuk menilai fungsi bahu pada kehidupan sehari-hari. SPADI terdiri dari 13 item, 5 item menilai nyeri dan 8 item menilai keterbatasan fungsi dengan hasil akhir skor antara 0-100. Sayangnya, belum ada validasi kuesioner ini dalam bahasa Indonesia.[18,19]
Keluhan Berdasarkan Fase Frozen Shoulder
Fase pertama, yaitu fase freezing, umumnya berlangsung selama 2-9 bulan. Pada fase ini, pasien akan mengeluhkan nyeri sedang-berat dan restriksi parsial lingkup gerak sendi. Nyeri akan memburuk pada malam hari dan sendi terasa semakin kaku.
Pada fase kedua, yaitu fase frozen, pasien masih mengeluhkan nyeri tetapi akan semakin membaik. Sendi terasa semakin kaku dengan restriksi lingkup gerak sendi yang bermakna. Fase ini umumnya berlangsung selama 4-12 bulan.
Pada fase terakhir, yaitu fase thawing, pasien merasakan nyeri minimal dan kekakuan mulai membaik. Pasien akan merasakan nyeri sangat berkurang dan lingkup gerak sendi kembali secara bertahap. Fase ini umumnya berlangsung selama 5-24 bulan.[5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien frozen shoulder terdapat penurunan lingkup gerak sendi aktif maupun pasif. Lingkup gerak sendi utama yang terbatas adalah gerakan abduksi dan rotasi eksternal. Pasien juga akan kesulitan saat diinstruksikan menggapai punggung dan bokong.[17]
Status Lokalis
Pada pemeriksaan area yang sakit, nyeri umumnya tidak terlokalisir dengan baik. Pergerakan bahu akan menunjukkan restriksi lingkup gerak sendi aktif dan pasif pada setidaknya 2 plana. Salah satu tanda klinis yang muncul paling awal adalah kesulitan melakukan rotasi eksternal dengan lengan di samping dada.
Apabila ditemukan gangguan lingkup gerak sendi berupa fleksi ke depan kurang dari 100 derajat, rotasi eksternal kurang dari 100 derajat, dan rotasi internal kurang dari setinggi L5, maka dapat disimpulkan pasien mengalami restriksi lingkup gerak sendi global.[5]
Tes Injeksi
Tes ini digunakan jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ada dokter masih kesulitan untuk membedakan nyeri bahu akibat frozen shoulder dan kondisi subacromial. Tes dilakukan dengan menginjeksikan anestesi di ruang subacromial. Pada pasien frozen shoulder, tidak akan mengalami perubahan keluhan baik nyeri dan lingkup gerak sendi. Tetapi, pasien dengan kondisi subacromial, seperti tendinopati rotator dan bursitis subacromial, akan mengalami bebas nyeri dan peningkatan lingkup gerak sendi.[17]
Diagnosis Banding
Frozen shoulder perlu dibedakan dari artropati akromioklavikular, tendinopati bisep, rheumatoid arthritis, dan rotator cuff tear.
Artropati Akromioklavikular
Pada artropati akromioklavikular, nyeri biasanya terlokalisir di atas sendi akromioklavikular (superior) dan terdapat riwayat penggunaan berlebihan yang berulang seperti angkat berat. Pada pemeriksaan fisik, uji cross-arm adduction and compression ditemukan positif dan tidak ada penurunan lingkup gerak sendi.[2]
Tendinopati Bisep
Pada tendinopati bisep, nyeri terlokalisasi di anterior tendon bisep. Tes fisik khusus seperti uji Speed atau Yergason akan positif pada kondisi ini. Kadang diperlukan pemeriksaan radiografi untuk menentukan apakah ada kalsifikasi sebagai penyebab tendinopati.[2]
Rheumatoid Arthritis
Pada penyakit autoimun seperti rheumathoid arthritis, biasanya keluhan tidak hanya pada satu sendi, tetapi banyak sendi. Kadang bisa tampak kemerahan di bagian luar sendi dan efusi di dalam sendi bahu. Tes laboratorium, seperti antinuclear antibody dan rheumatoid factor dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.[2]
Rotator Cuff Tear
Pada pasien dengan rotator cuff tear, terdapat kemungkinan riwayat penggunaan berulang yang berlebihan. Pada lingkup gerak sendi pasif bisa normal, terdapat nyeri tekan lokal, dan pemeriksaan fisik khusus tes Hawkins dan Neer biasanya positif. MRI akan memperkuat diagnosis dan menunjukkan bagian otot rotator yang mengalami robekan.[2]
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya, pemeriksaan penunjang digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding frozen shoulder.[5]
Laboratorium
Belum ada pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendiagnosis frozen shoulder. Dapat dilakukan pemeriksaan HbA1c dan TSH (thyroid stimulating hormone) untuk mendeteksi gangguan tiroid dan diabetes yang berkaitan dengan peningkatan risiko frozen shoulder.[2,5]
Radiografi
Foto polos bahu dilakukan bukan untuk mendiagnosis frozen shoulder, tapi untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan keluhan yang serupa. Pada foto polos bisa ditemukan tanda-tanda osteoarthritis dan kalsifikasi untuk menegakkan diagnosis osteoarthritis glenohumeral atau tendinitis bisep.[17]
MRI
MRI bukan pemeriksaan utama untuk menegakkan diagnosis frozen shoulder. Pada pemeriksaan MRI pasien frozen shoulder, dapat ditemukan penebalan kapsul sendi dan ligamen korakohumeral. Selain itu, gambaran tambahan yang mungkin ditemukan adalah peningkatan cairan sendi, edema interval rotator, dan penebalan ligamen glenohumeral sisi inferior.[5,17]
USG
USG dapat digunakan sebagai pemeriksaan inisial dalam investigasi pasien dengan keluhan yang mengarah ke frozen shoulder. Meski demikian, tidak ada gambaran USG khas untuk frozen shoulder.
Adanya penebalan ligamen korakohumeral dan jaringan lunak di interval rotator dapat meningkatkan kecurigaan ke arah frozen shoulder. Selain itu, juga bisa ditemukan adanya peningkatan cairan di sekitar ujung tendon bisep, serta adanya peningkatan vaskularisasi di sekitar intraartikular antara ujung tendon bisep dan ligamen korakohumeral.[5,17]