Pendahuluan Acute Limb Ischemia
Acute limb ischemia (ALI) merupakan kondisi darurat medis yang terjadi ketika aliran darah ke ekstremitas tiba-tiba terhenti atau berkurang secara signifikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk plak aterosklerotik. Acute limb ischemia ditandai oleh 6P, yaitu acute onset pain, paresthesia, pallor, poikilothermia, paralysis, dan pulselessness. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kehilangan anggota tubuh atau bahkan mengakibatkan kematian.[1,2]
Pada acute limb ischemia, obstruksi akibat trombosis atau emboli menyebabkan hambatan dalam penghantaran aliran darah ke jaringan yang berada distal dari pembuluh yang tersumbat. Akibatnya, terjadi iskemia yang dapat merusak jaringan pada ekstremitas yang terkena. Deteksi dini dan tindakan pengobatan yang cepat sangat penting untuk menghindari kerusakan permanen pada ekstremitas.
Penyebab paling umum dari acute limb ischemia adalah aterosklerosis, yaitu penumpukan plak lemak di dalam dinding arteri. Faktor risiko trombotik yang paling sering terkait dengan ALI melibatkan diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, dan merokok. Selain itu, faktor-faktor seperti usia tua, riwayat keluarga dengan penyakit arteri koroner, dan gaya hidup sedenter juga dapat meningkatkan risiko acute limb ischemia. Penyebab emboli dari ALI biasanya berkaitan dengan gangguan jantung, seperti atrial fibrilasi.[1-3]
Tanda dan gejala acute limb ischemia meliputi nyeri hebat, kelemahan, kulit pucat atau kebiruan, dan hilangnya fungsi atau gerakan pada ekstremitas yang terkena. ALI yang terjadi akibat emboli biasanya memiliki manifestasi klinis lebih berat karena belum terbentuknya pembuluh darah kolateral. CT Angiogram(CTA) dapat dilakukan untuk mengonfirmasi terjadinya oklusi pada arteri.
Penatalaksanaan acute limb ischemia memerlukan pendekatan yang cepat dan agresif untuk mengembalikan aliran darah ke ekstremitas yang terkena dan mencegah kerusakan jaringan yang permanen. Langkah pertama melibatkan evaluasi klinis dan penilaian derajat keparahan, yang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi seperti Rutherford atau Fontaine.
Revaskularisasi segera menjadi fokus utama, dan dapat dilakukan melalui prosedur bedah atau tindakan endovaskular, tergantung pada karakteristik kasus dan ketersediaan sumber daya. Pilihan revaskularisasi melibatkan embolektomi atau angioplasti dengan stent untuk mengatasi penyumbatan arteri. Pemberian antikoagulan dan antiplatelet juga penting untuk mencegah pembentukan bekuan baru.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggita