Diagnosis Pneumothorax
Diagnosis pneumothorax perlu dicurigai pada pasien dengan sesak napas dan ketertinggalan gerak pada satu area paru saja. Langkah diagnostik juga perlu dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya pneumothorax, misalnya adanya trauma toraks, proses iatrogenik, atau penyakit paru sebelumnya. Pemeriksaan pencitraan dapat membantu penegakan diagnosis, yaitu radiografi konvensional ataupun ultrasonografi dan CT scan.[1,2]
Anamnesis
Pneumothorax dapat berifat simptomatik maupun asimptomatik, bergantung pada luasnya pneumothorax. Sebanyak 5% kasus pneumothorax bersifat asimptomatik.[8-10]
Pneumothorax Spontan
Pada pneumothorax spontan, gejala biasanya muncul ketika sedang beristirahat. Gejala yang dirasakan berupa nyeri pleuritik akut yang bersifat lokal diikuti rasa sesak napas. Karakteristik nyeri biasanya tajam dengan intensitas sedang hingga berat yang dapat bertahan hingga 24 jam. Perburukan gejala pada pneumothorax spontan jarang terjadi kecuali terjadi hematopneumothorax atau terdapat etiologi lain.
Pasien dengan pneumothorax spontan primer dapat mengeluhkan nyeri dada tipe pleuritik onset mendadak, dengan atau tanpa sesak napas. Beberapa pasien juga mengeluhkan nyeri pada ujung bahu. Biasanya gejala minimal atau bahkan tidak ada gejala, berbeda dengan pneumothorax sekunder di mana gejala sesak napas sangat dominan.[8-10]
Pneumothorax Traumatik
Pada pneumothorax traumatik gejala awal dapat muncul nyeri dada, sesak napas, ansietas. Pada pneumothorax traumatik tahap lanjut, dapat terjadi penurunan kesadaran. Pasien biasanya memiliki riwayat trauma pada dada, misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Pasien dengan pneumothorax traumatik juga bisa memiliki riwayat trauma tumpul, trauma penetrasi, ataupun fraktur iga.[8-10]
Pneumothorax Iatrogenik
Pneumothorax iatrogenik menyebabkan gejala yang serupa dengan tipe pneumothorax lainnya. Bedanya adalah adanya riwayat prosedur medis, umumnya pada area toraks. Contoh tindakan yang berpotensi menyebabkan pneumothorax adalah biopsi aspirasi jarum transthorakal nodul pulmoner, biopsi pleura atau transbronkial, serta torakosentesis.[8-10]
Tension Pneumothorax
Tension pneumothorax terjadi ketika udara menumpuk di antara dinding dada dan paru, menyebabkan peningkatan tekanan intratoraks dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung. Gejala tension pneumothorax meliputi nyeri dada, sesak napas, napas cepat, palpitasi, hingga syok.[8-10]
Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis dari pneumothorax adalah pergerakan dinding dada yang menurun atau tertinggal di satu sisi paru. Pasien juga bisa mengalami instabilitas hemodinamik.
Pemeriksaan Paru
Pada inspeksi, bisa tampak pergerakan dinding dada yang menurun atau tertinggal di satu sisi paru. Pada palpasi bisa didapatkan penurunan fremitus, sedangkan pada perkusi bisa didapatkan hipersonor. Pada auskultasi akan didapatkan penurunan suara napas pada area yang mengalami pneumothorax.
Pemeriksaan Tanda Vital dan Keadaan Umum
Pasien dengan pneumothorax juga bisa mengalami takipnea, takikardia, nadi lemah dan cepat, serta hipotensi. Pasien juga bisa tampak sianosis dan berkeringat dingin.
Tension Pneumothorax
Temuan klinis pada kasus tension pneumothorax meliputi deviasi trakea menjauh dari sisi yang terkena, serta penurunan atau tidak adanya suara napas pada auskultasi paru. Perkusi dada hiperresonan dan akan tampak ekspansi dada yang asimetris akibat kolaps paru yang terkena.
Pasien bisa mengalami sianosis. Selain itu, bisa tampak sela iga melebar dan distensi vena jugular.[8-10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pneumothorax adalah kondisi medis lain dengan keluhan nyeri dada pleuritik mendadak dan dispnea. Ini mungkin mencakup emboli paru dan diseksi aorta.[11,12]
Emboli Paru
Pada emboli paru, pasien mengalami keluhan sesak mendadak yang sama dengan pasien pneumothorax. Meski demikian, pasien emboli paru biasanya memiliki faktor risiko kejadian tromboemboli seperti riwayat deep vein thrombosis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hipotensi, hipoksia, dan takikardia. Pada rontgen toraks terdapat infark pulmonal dan gambaran abrupt hilar cutoff.[11]
Diseksi Aorta
Pada kasus diseksi aorta, nyeri yang dialami biasanya berupa nyeri dada seperi disobek. Gejala nyeri dada bisa menjalar ke punggung dan abdomen dengan intensitas nyeri berat pada awal awitan. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan perbedaan tekanan darah kiri dan kanan, murmur aortik, dan tamponade kardiak.
Pada pemeriksaan rontgen toraks bisa didapatkan gambaran mediastinum melebar. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan pada pemeriksaan D-dimer.[11,12]
Pneumonia
Pada pneumonia, terdapat gejala demam, batuk produktif, dan sesak. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ronki dan pleural rub. Pada pemeriksaan rontgen toraks terdapat infiltrat atau konsolidasi.[11]
Infark Miokard
Nyeri dada pada infark miokard bersifat seperti ditekan atau ditimpa beban berat. Nyeri dada sering kali tipikal berupa nyeri dada kiri menjalar sampai punggung dan lengan kiri. Nyeri dipengaruhi oleh aktivitas serta dapat disertai diaforesis.
Pneumothorax pada paru kiri memiliki lokasi nyeri yang sama namun dengan sifat nyeri tajam menusuk. Nyeri dipengaruhi pergerakan dada terutama saat menarik napas dan jarang terdapat penjalaran.
Perikarditis
Pada kasus perikarditis, terdapat tanda-tanda infeksi, seperti demam. Pada pemeriksaan EKG terdapat gambaran depresi segmen PR tanpa inversi gelombang T, ST elevasi difus positif dan ST depresi pada aVR dan V1.[11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan rontgen toraks merupakan pemeriksaan awal yang disarankan untuk mengevaluasi pneumothorax. Modalitas pencitraan lain yang bisa digunakan adalah ultrasonografi (USG).
Rontgen Toraks Anteroposterior
Rontgen toraks anteroposterior memiliki sensitivitas 25-75% dalam mendiagnosis pneumothorax. Pada rontgen toraks akan didapatkan hilangnya penanda paru, tampaknya garis pleura, pergeseran mediastinum ke sisi yang berlawanan, atelektasis, air fluid level, dan tanda sulkus dalam.[13]
USG Toraks
Pada USG toraks, pneumothorax akan memberikan gambaran berupa tidak terlihatnya gerakan lung sliding, lung pulse, dan B-lines. Adanya lung point sign yang merupakan titik batas antara pleura normal yang saling melekat dan pleura yang terpisah oleh udara di dalamnya merupakan tanda diagnostik paling spesifik untuk mendiagnosis pneumothorax.[13]
Pemeriksaan USG toraks yang dilakukan oleh dokter umum di IGD pada pasien trauma toraks telah dilaporkan memiliki akurasi diagnostik yang lebih superior dibandingkan pemeriksaan rontgen dada dalam posisi supinasi, terlepas dari faktor-faktor lain seperti jenis trauma, operator, hingga probe yang digunakan.[14]
Analisis Gas Darah
Pada pasien dengan pneumothorax luas, pemeriksaan analisis gas darah (AGD) dapat memberikan gambaran peningkatan perbedaan tekanan parsial alveolar dan arterial (PA-aO2) akibat adanya pirau intrapulmonal dari paru yang kolaps.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta