Prognosis Pneumothorax
Prognosis pneumothorax spontan primer dilaporkan lebih baik dibandingkan pneumothorax traumatik dan pneumothorax spontan sekunder. Pneumothorax memiliki potensi komplikasi seperti rekurensi, atelektasis, dan gagal napas.[3,10,15-17]
Komplikasi
Pneumothorax bisa menyebabkan komplikasi berupa gangguan kardiorespirasi hingga henti jantung (cardiac arrest).[10,17]
Henti Napas dan Henti Jantung
Penurunan progresif dari saturasi oksigen menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac output), peningkatan tekanan saluran napas, serta gangguan ventilasi pada paru ipsilateral, serta distensi vena.
Penurunan curah jantung disebabkan karena adanya kondisi hipoksemia, penurunan aliran balik vena, serta kompresi pada pembuluh darah besar, ventrikel, dan paru kontralateral. Selanjutnya, hal tersebut akan menyebabkan kompresi dan pergeseran struktur pada mediastinum serta parenkim paru hingga kolaps total kardiovaskular.[10,17,19]
Atelektasis
Atelektasis dapat terjadi pada jenis pneumothorax apapun dan menghambat ekspansi paru. Atelektasis dapat diatasi dengan fisioterapi untuk menghilangkan sekret kental, bronkoskopi dan distensi lobus yang kolaps dengan tekanan positif menggunakan selang endotrakeal, dan pemberian antibiotik jika diperlukan.[20]
Rekurensi
Rekurensi sering terjadi pada pneumothorax spontan. Risiko rekurensi dilaporkan sebesar 30% untuk pneumothorax spontan primer dan 43% pada pneumothorax spontan sekunder.[21]
Pneumothorax Kronik
Pada pneumothorax kronik, terjadi penebalan korteks pleura visceral mencegah reekspansi paru sehingga terjadi kegagalan prosedur selang torakostomi/kateter interkostal. Kondisi ini dapat diatasi dengan torakotomi dan dekortikasi.[22]
Hematopneumothorax Spontan
Sekitar 5% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hemothorax. Mekanisme perdarahan pada hematopneumothorax spontan adalah perdarahan karena robekan adhesi vaskular apeks antara pleura visceral dan parietal dan bula pada kolaps paru atau karena ruptur bula tervaskularisasi.
Manifestasi klinis bergantung dengan jumlah kehilangan darah. Penatalaksanaan hematopneumothorax spontan antara lain pemasangan kateter interkostal untuk drainase hematopneumothorax dan re-ekspansi paru. Jika re-ekspansi paru tidak menghentikan perdarahan, torakotomi dibutuhkan untuk menghentikan perdarahan.[22]
Fistula Bronkopleural
Fistula bronkopleural dapat terjadi pada pneumothorax spontan primer, walaupun lebih sering ditemukan pada pasien dengan pneumothorax spontan sekunder atau pneumothorax traumatik. Kebocoran udara persisten terjadi setelah drainase pneumothorax adalah tanda klinis awal dari komplikasi ini. Penatalaksanaan dapat dengan torakotomi, penutupan fistula, dan pleurodesis.[22]
Pneumomediastinum
Pneumomediastinum merupakan komplikasi yang jarang terjadi (<1%). Pneumomediastinum adalah udara bebas di dalam mediastinum. Emfisema subkutis berkaitan dengan pneumomediastinum. Komplikasi ini terjadi tanpa gejala spesifik dan biasanya terjadi karena cedera esofagus dan cedera saluran napas besar.[22]
Prognosis
Pneumothorax spontan primer telah dilaporkan memiliki laju mortalitas yang lebih rendah dibandingkan pneumothorax traumatik dan pneumothorax spontan sekunder. Pneumothorax spontan primer biasanya bersifat jinak dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa intervensi signifikan. Rekurensi dapat terjadi pada 30% kasus. Risiko rekurensi meningkat seiring banyaknya episode pneumothorax yang dialami.
Risiko mortalitas dari pneumothorax spontan sekunder tergantung pada penyakit paru yang mendasari dan luasnya pneumothorax yang dialami. Risiko mortalitas lebih tinggi pada pasien HIV dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).[22]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta