Patofisiologi Pneumothorax
Patofisiologi pneumothorax berupa gangguan recoil paru yang terjadi melalui mekanisme peningkatan tekanan pleura akibat terbentuknya komunikasi abnormal. Komunikasi abnormal ini dapat terjadi antara alveolus dan rongga pleura, atau antara udara ruang dan rongga pleura.[1,2,4]
Kondisi Normal
Pada kondisi normal, pleura memproduksi sejumlah cairan serosa yang untuk memfasilitasi gerakan kembang kempis paru. Cairan ini terus-menerus dialirkan ke sistem limfatik dari rongga pleura sehingga pada rongga pleura terbentuk tekanan negatif (-5 cm H2O) yang menyebabkan lapisan pleura viseral dan parietal tetap melekat. Ketika inspirasi, ekspansi rongga dada menyebabkan tekanan rongga pleura semakin menurun sehingga udara atmosfer dapat masuk ke paru.[1,4]
Untuk mempertahankan gerakan elastic recoil, terdapat tekanan transpulmonal yang merupakan perbedaan tekanan antara alveolus dengan rongga pleura. Gradien tekanan yang terbentuk antara rongga pleura, rongga dada, dan alveolus merupakan komponen penting yang menyebabkan udara dapat masuk dan keluar paru.[2]
Peningkatan Tekanan Pleura
Komunikasi abnormal dapat terjadi antara alveolus dan rongga pleura, atau antara udara ruang dan rongga pleura. Saat terjadinya komunikasi abnormal, misalnya akibat trauma, akan terjadi perpindahan udara dari rongga alveolus ke rongga pleura. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga pleura yang menyebabkan gangguan recoil paru dan gangguan ekspansi lobus paru.[1,2,4,8]
Efek Pneumothorax
Peningkatan tekanan pleura akan terus terjadi secara perlahan hingga tekanan pleura menjadi nol atau komunikasi abnormal terputus.
Penurunan Kapasitas Vital dan PaO2
Pneumothorax mengakibatkan penurunan kapasitas vital dan penurunan PaO2. Penurunan kapasitas vital mengakibatkan insufisiensi respirasi dengan hipoventilasi alveolar dan asidosis respiratorik. PaO2 berkurang akibat terjadi penurunan ventilasi tetapi perfusi O2 terus berlanjut.[1,2,4]
Gangguan Hemodinamik
Terkait sistem kardiovaskular, studi menunjukkan tension pneumothorax dapat mengganggu hemodinamik yakni menurunkan curah jantung serta tekanan rerata arterial. Peningkatan tekanan pleura dapat menggeser mediastinum, paru kontralateral tertekan serta penurunan aliran balik vena sehingga curah jantung pun berkurang.[1,2,4]
Klasifikasi Pneumothorax
Berdasarkan patofisiologi, pneumothorax dikelompokkan menjadi pneumothorax spontan, traumatik, dan tension pneumothorax.
Pneumothorax Spontan
Pneumothorax spontan dapat bersifat primer maupun sekunder. Pneumothorax spontan primer (PSP) terjadi pada pasien tanpa riwayat penyakit paru, sedangkan pneumothorax spontan sekunder (PSS) disebabkan oleh penyakit paru yang mendasari.[1,4]
Pneumothorax Traumatik
Pneumothorax traumatik merupakan pneumothorax yang disebabkan oleh adanya trauma pada dada atau paru. Pneumothorax traumatik dapat bersifat iatrogenik atau non-iatrogenik.
Pneumothorax iatrogenik merupakan pneumothorax traumatik yang terjadi akibat adanya komplikasi pada prosedur medis, sedangkan pneumothorax non-iatrogenik merupakan pneumothorax yang terjadi karena adanya trauma, baik trauma tumpul ataupun trauma tajam, misalnya pada kasus kecelakaan.[1,4]
Tension Pneumothorax
Tension pneumothorax banyak terjadi pada pasien dengan pneumothorax traumatik yang mendapatkan ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Progresivitas gangguan hemodinamik pada tension pneumothorax sangat cepat karena adanya ventilasi tekanan positif secara kontinu. Deteksi serta diagnosis cepat pada kasus tension pneumothorax diperlukan karena kasus ini membutuhkan terapi dekompresi emergensi.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta