Epidemiologi Ruptur Hepar
Data epidemiologi menunjukkan bahwa insidensi ruptur hepar mencapai 14 per 100.000 populasi yang mengalami trauma tumpul abdomen. Secara umum, ruptur hepar dapat dibagi menjadi ruptur hepar spontan dan ruptur hepar sekunder.[1,9,21]
Global
Ruptur hepar spontan termasuk kasus yang jarang terjadi. Pada negara dengan prevalensi hepatocellular carcinoma yang tinggi, ruptur hepar terjadi pada 15% pasien.[1]
Pada kehamilan, insidensi ruptur hepar dilaporkan sebesar 0,4 hingga 2,2 dari 100.000 persalinan. Hematoma subkapsular besar merupakan penyebab patologis tersering untuk kasus ruptur hepar pada kehamilan, dilaporkan terjadi pada 0,9% wanita hamil dengan sindrom HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count).[10]
Ruptur hepar dilaporkan pada 13% dari 15.750 orang dewasa yang mengalami cedera intraabdomen yang datang ke unit gawat darurat. Prevalensi tersebut berdasarkan tinjauan sistematik dari 23 penelitian, dengan mayoritas penelitian di Amerika Serikat.[11]
Indonesia
Belum terdapat data epidemiologi ruptur hepar di Indonesia.
Mortalitas
Mortalitas ruptur hepar adalah 2 per 100.000 populasi yang mengalami cedera hepar. Kelompok dengan mortalitas tertinggi adalah usia 65 tahun ke atas, gagal ginjal, sirosis hepatis, serta cedera yang disertai cedera pada area abdomen lainnya dan cedera kepala dan/atau leher.
Pada pasien dengan trauma abdomen yang mengalami ruptur hepar, penyebab utama mortalitas adalah perdarahan. Sementara mortalitas tertunda pada umumnya disebabkan oleh komplikasi terkait infeksi.[3,21]
Penelitian kohort di India menunjukkan bahwa syok hemoragik merupakan penyebab utama mortalitas pada pasien trauma hepar yang masuk ke Unit Perawatan Intensif, dengan kematian 16% dari 624 pasien dengan trauma abdomen.[12]
Faktor prognostik untuk mortalitas ruptur hepar antara lain:
- Cedera hepar derajat berat
- Trias hipotensi, asidosis, dan koagulopati
- Perdarahan yang membutuhkan transfusi
- Membutuhkan angioembolisasi
- Membutuhkan tindakan operatif[3,13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli