Penatalaksanaan Ruptur Hepar
Penatalaksanaan awal ruptur hepar adalah stabilisasi hemodinamik dan laparotomi emergensi atau embolisasi angiografi sesuai indikasi. Penatalaksanaan ruptur hepar pada pasien dengan hemodinamik stabil adalah resusitasi cairan dan pengawasan di unit perawatan intensif (ICU). Sedangkan pada pasien mengalami ruptur hepar berat atau hemodinamik tidak stabil, tindakan operatif menjadi pilihan.
Temuan radiologi digunakan untuk menilai derajat ruptur hepar. Termasuk menggunakan skala Hepatic Injury Scale dari American Association for the Surgery of Trauma. Ruptur hepar dengan derajat yang lebih tinggi memiliki mortalitas yang lebih tinggi dan terkait dengan tingkat kegagalan yang lebih besar untuk manajemen konservatif.[3,5,13]
Penentuan Derajat Cedera Hepar
American Association for the Surgery of Trauma membagi cedera hepar menjadi :
- Derajat 1, yaitu hematoma subkapsular <10% permukaan; atau laserasi kapsular <1 cm kedalaman parenkim
- Derajat 2, yaitu hematoma subkapsular 10–50% permukaan, intraparenkimal, dan diameter <10 cm; atau laserasi 1–3 cm kedalaman parenkim dan panjang <10 cm
- Derajat 3, yaitu hematoma subkapsular >50% permukaan atau meluas, subkapsular ruptur atau hematoma parenkim, dan hematoma intraparenkim >10 cm; atau laserasi >3 cm kedalaman parenkim
- Derajat 4, yaitu laserasi dengan kerusakan parenkim 25–75% lobus hepatik
- Derajat 5, yaitu laserasi dengan kerusakan parenkim >75%; atau cedera juxtavenous hepatic, seperti vena cava atau vena hepatik sentral mayor
- Derajat 6, yaitu avulsi hepar
Kebanyakan pasien dengan cedera hepar mengalami cedera derajat ringan–sedang (derajat 1–3), dan 1/3 mengalami cedera derajat berat (derajat 4–6).[5]
Terapi Konservatif
Terapi konservatif atau nonoperatif pada ruptur hepar merupakan penatalaksanaan pilihan pada pasien dengan cedera ringan–sedang dan hemodinamik stabil. Terapi konservatif hanya dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan yang mampu memantau hemodinamik, pemeriksaan abdomen serial, dan ruang operasi yang segera tersedia bila sewaktu–waktu tindakan laparotomi darurat diperlukan.[3,5,22]
Pada pasien dengan ruptur hepar spontan, terutama karena tumor atau keganasan, tujuan utama pengobatan merupakan tindakan hemostasis. Terapi konservatif pada kasus ruptur hepar spontan adalah tindakan resusitasi aktif dengan/tanpa penggantian produk darah.
Terapi konservatif dapat mengontrol perdarahan pada hampir separuh pasien dengan ruptur hepar spontan. Apabila kontrol perdarahan tidak tercapai, tindakan embolisasi dengan angiografi perlu dipertimbangkan. Embolisasi ditemukan efektif pada 80% pasien yang gagal mendapatkan kontrol hemostasis setelah menjalani terapi konservatif.[3,5,22]
Embolisasi Angiografi
Embolisasi selektif dengan angiografi merupakan salah satu metode penatalaksanaan ruptur hepar. Tingkat keberhasilan angiografi dan embolisasi adalah 83%. Akan tetapi, belum terdapat pedoman atau konsensus yang menjelaskan kapan dan di mana pasien harus menjalani tindakan embolisasi dengan angiografi.
Beberapa ahli menyarankan tindakan ini dilakukan untuk setiap ruptur hepar dengan derajat lebih dari III. Pendapat lain menyarankan tindakan ini dilakukan bila terdapat ekstravasasi kontras pada CT scan abdomen.[16,17]
Pembedahan
Tindakan pembedahan laparotomi harus dilakukan pada pasien ruptur hepar dengan hemodinamik tidak stabil dan tidak responsif terhadap tindakan resusitasi aktif, serta pasien dengan tanda peritoneal.
Prinsip tindakan laparotomi adalah mengendalikan kerusakan hepar, mengontrol perdarahan pada ruptur hepar, serta mengontrol kontaminasi di traktus gastrointestinal. Abdomen harus di-packing dalam 4 kuadran agar memungkinkan cedera terlokalisir.[1,2,5,13]
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kehilangan darah:
- Kompresi hepar langsung oleh ahli bedah menggunakan tangan
Perihepatic packing dengan menempatkan bantalan laparotomi pada ruang antara hepar dan diafragma atau pada sisi anterior dan lateral hepar untuk merapatkan tepi parenkim yang terluka
- Manuver Pringle dengan memasang non–crushing vascular clamp pada porta hepatika untuk menyumbat arteri hepatik dan vena porta
- Pada ruptur yang lebih berat, ligasi arteri hepatik atau lobektomi hepatik anatomi mungkin diperlukan[1,2,5,13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli