Diagnosis Tenggelam/Drowning
Diagnosis tenggelam terutama adalah riwayat submersi yang baru terjadi ke air atau cairan lainnya. Pasien dengan tenggelam seringkali datang dengan penurunan kesadaran, serta hipoksia dan distress napas akibat adanya cairan pada paru yang mengganggu difusi udara.
Anamnesis
Anamnesis pada tenggelam harus mendapatkan penyebab dari tenggelam, apakah tenggelam tersebut disengaja atau tidak, serta penyakit sekunder, seperti epilepsi, yang mungkin mendasari. Detail dari kejadian tenggelam bisa menentukan terapi yang tepat dan memperkirakan prognosis pasien.[5]
Anamnesa pada kasus tenggelam mencakup:
- Detail waktu, yaitu waktu imersi, waktu dilakukan pertolongan sejak tenggelam, waktu saat dilakukan upaya bantuan napas, dan detail terapi yang dilakukan
- Kejadian yang mendahului kejadian tenggelam, yaitu klinisi harus peka terhadap cerita yang tidak konsisten dan cerita yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak
- Kemungkinan penyebab medis lain pada anak yang tenggelam, terutama anak dengan kemampuan berenang yang baik. Kondisi medis misalnya kejang, hipoglikemia, aritmia, sindrom QT panjang, dan intoksikasi[12,20]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan pada kasus tenggelam adalah adanya tanda hipoksia ataupun distress pernapasan sampai apnea. Tenggelam dapat berisiko aspirasi yang mengancam nyawa. Pada keadaan ini, perlu dilihat adanya tanda sianosis, sampai penurunan kesadaran.[1,20]
Hasil pemeriksaan fisik pada kasus tenggelam diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu asimtomatik, simtomatik, cardiopulmonary arrest, dan meninggal. Pasien asimtomatik apabila kejadian tenggelam terjadi dalam waktu yang singkat dan cepat diresusitasi dengan baik.[2,20]
Pada kasus simtomatik, tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah:
- Kelainan tanda vital, seperti hipotermia, takikardia atau bradikardia, takipnea, dyspnea
- Gangguan pernapasan, seperti takipnea, dyspnea, batuk, dan wheezing
- Tampak cemas
Gangguan kesadaran dan defisit neurologis
- Gangguan gastrointestinal, seperti muntah dan diare
Pada kasus yang lebih berat, hipoksia yang terjadi progresif menyebabkan takikardia berubah menjadi bradikardia, hingga cardiopulmonary arrest dan kematian.[2,4,20]
Pemeriksaan suhu harus dilakukan secara hati-hati. Pada pasien submersi dengan kepala yang berada di atas air, pemeriksaan suhu dengan infrared akan menunjukkan hasil yang tidak akurat. Pemeriksaan suhu harus dilakukan berdasarkan suhu pusat.[4,20]
Diagnosis Banding
Diagnosis dari tenggelam umumnya cukup jelas berdasarkan penggalian riwayat pasien. Pasien dengan penurunan kesadaran tanpa hipoksia yang signifikan membutuhkan investigasi lebih lanjut mengenai penyebab selain tenggelam, seperti hipotermia, cedera kepala, atau kondisi medis lain (misalnya hipoglikemia, kejang, dan intoksikasi).[12]
Cardiopulmonary Arrest
Terdapat beberapa hal yang membedakan antara tenggelam dengan cardiopulmonary arrest. Pada cardiopulmonary arrest, aliran darah akan langsung terhenti. Sedangkan pada tenggelam, aliran darah tetap ada, tetapi tidak ada oksigen yang tersalurkan ke jaringan tubuh menyebabkan hipoksia yang berlanjut menjadi asfiksia. Cairan submersi yang lebih dingin dibandingkan dengan tubuh akan menurunkan suhu tubuh dan menghambat kematian saraf.[16]
Alcohol Poisoning
Penggunaan alkohol pada merupakan salah satu penyebab kasus tenggelam yang tidak disengaja. Alkohol mempengaruhi sistem saraf pusat serta mengganggu kemampuan psikomotor, menurunkan kemampuan kognitif, dan mencetuskan keinginan melakukan sesuatu yang berisiko tinggi.
Seseorang kemudian tidak bisa mempertimbangkan secara jelas risiko berenang atau berselancar dalam kondisi yang berbahaya. Alkohol pada korban tenggelam diketahui dengan mengukur blood alcohol concentration (BAC).[17]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dibutuhkan pada korban yang dalam kondisi baik dan asimtomatik. Pemeriksaan penunjang yang diminta harus sesuai dengan temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit umumnya berada pada kadar normal dan tidak rutin dilakukan. Gangguan elektrolit hanya terjadi pada aspirasi >11–22 mL/kg air, dan pada kasus tenggelam umumnya hanya 3–4 mL/kg air yang teraspirasi.[1,5]
Analisa gas darah
Analisa gas darah harus dilakukan pada semua pasien dengan riwayat submersion untuk menilai oksigenasi dan kebutuhan ventilasi. Analisa gas darah dapat secara akurat menilai methemoglobinemia dan carboxyhemoglobinemia meskipun pada pasien yang bergejala ringan.[2,10]
Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal serial dilakukan apabila pada pemeriksaan awal didapatkan peningkatan kreatinin serum, asidosis metabolik, hasil urinalisis yang tidak normal, dan limfositosis signifikan. Gangguan ginjal bisa terjadi pada kasus tenggelam dan bervariasi dari gangguan ringan (kreatinin serum <3,39 mg/dl) hingga berat yang membutuhkan hemodialisa.[2]
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis pada kasus tenggelam untuk mendapatkan faktor yang mencetuskan tenggelam, misalnya penggunaan alkohol dan obat-obatan.[1]
Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) dilakukan pada pasien dengan riwayat kelainan jantung, takikardia, atau bradikardia. Pada pasien tenggelam, penghangatan harus dilakukan dengan monitor EKG karena disritmia umum terjadi pada proses ini.[1]
Radiografi
Radiografi tidak dilakukan rutin pada semua kasus tenggelam. Radiografi dilakukan pada pasien dengan indikasi, misalnya hipoksia atau gejala respirasi yang memburuk. Temuan yang bisa dilihat dari pemeriksaan ini adalah aspirasi, edema pulmonal, atau atelektasis segmental pada aspirasi benda asing di dalam air. Korban tenggelam dengan kecurigaan trauma kepala leher harus menjalani CT scan kepala.[2,5]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli