Edukasi dan Promosi Kesehatan Tenggelam/Drowning
Edukasi dan promosi kesehatan terkait pencegahan tenggelam atau drowning meliputi pemasangan pembatas pada kolam atau sumber air, penggunaan pelampung, belajar berenang, serta pertolongan awal seperti breathing bila menemukan kasus tenggelam. Tenggelam jarang disebabkan oleh satu faktor, oleh karena itu tindakan pencegahan yang dilakukan harus merupakan gabungan dari berbagai faktor.[5]
Edukasi Pasien
Edukasi pasien yang tenggelam terkait prognosis berdasarkan skoring Orlowski. Penanganan utama untuk pasien tenggelam adalah mempertahankan oksigenasi untuk mencegah hipoksia jaringan. Suplementasi oksigen, terutama untuk intubasi memerlukan informed consent pasien dan keluarga, baik untuk tujuan oksigenasi maupun risiko komplikasi seperti cedera laring.[1]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Kasus tenggelam bisa dicegah dengan kombinasi dari strategi intervensi, peningkatan infrastruktur komunitas, kewaspadaan publik, kebijakan yang mendukung, dan penelitian yang menentukan tindakan terbaik dan metode pencegahan terkini.[8]
Pada tahun 2017, WHO telah menerbitkan langkah-langkah intervensi untuk mencegah tenggelam yang terbagi menjadi aksi berbasis komunitas, kebijakan efektif, dan penelitian lanjutan:
- Memastikan tempat yang aman jauh dari air untuk anak usia sebelum sekolah
- Mengajarkan anak usia sekolah (6 tahun ke atas) untuk berenang dan keamanan dalam air
- Melatih orang di sekitar kolam mengenai tindakan penyelamatan dan resusitasi
- Memperkuat perhatian publik dan menekankan kerentanan anak terhadap tenggelam
- Memastikan penggunaan perahu dan kapal yang aman, serta regulasi feri
- Memperkuat resiliensi terhadap risiko banjir serta bahaya lain secara lokal dan nasional
- Melakukan koordinasi upaya preventif dengan sektor lain
- Membangun rencana keamanan perairan nasional, seperti memasang penghalang untuk mengontrol akses ke air[13]
Sekitar 30–40% pasien dewasa yang meninggal karena tenggelam terdeteksi memiliki kadar alkohol dalam darah. Penggunaan alkohol harus dihindari kepada semua orang yang akan berperahu atau berpartisipasi dalam rekreasi di air. Orang tua diharapkan mampu mensupervisi anak dan remaja agar tidak menggunakan alkohol.[5]
Tindakan resusitasi dapat menyelamatkan nyawa dan harus dilakukan dengan cepat. Apabila tidak ada tim medis, orang yang berada di sekitar korban tenggelam dengan henti jantung harus segera memulai tindakan resusitasi kardiopulmoner, setidaknya hingga tim medis datang.
Orang tua perlu mengajarkan anaknya berenang dengan pelampung. Orang tua yang memiliki kolam renang di rumah atau yang ingin mengajak anak untuk berenang sebaiknya menguasai tindakan resusitasi dari keadaan tenggelam. Oleh karena itu, pelatihan resusitasi penting bagi orang awam.[2]
Pelajaran berenang formal pada usia 1–4 tahun terbukti menurunkan risiko tenggelam. Selain kemampuan berenang, penggunaan personal floating device (PFD) seperti life jacket juga bisa digunakan untuk menolong seseorang yang tenggelam. Penggunaan PFD cocok untuk anak-anak, peselancar rekreasional, dan peserta olahraga air yang beraktivitas di dekat tepi pantai.[2,8]
Pemasangan pembatas pada kolam maupun sumber air dilakukan untuk mencegah mereka yang berisiko, seperti kecelakaan dan intoksikasi alkohol, untuk tenggelam. Perencanaan dan mewajibkan pemasangan pagar kolam telah menjadi tindakan pencegahan yang efektif di Australia untuk mengurangi kematian akibat tenggelam pada anak.[19]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli