Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Tenggelam/Drowning general_alomedika 2023-06-16T14:58:23+07:00 2023-06-16T14:58:23+07:00
Tenggelam/Drowning
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Tenggelam/Drowning

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan tenggelam atau drowning bertujuan untuk mencegah hipoksia jaringan sehingga diutamakan pada airway dan breathing. Saturasi oksigen dipertahankan 92–96% untuk mencegah hipoksia. Pada pulsasi yang melemah, tidak disarankan untuk resusitasi jantung paru, karena berisiko disritmia jantung.[1]

Penatalaksanaan pasien tenggelam dibagi menjadi empat fase, yaitu penyelamatan dan resusitasi dalam air, resusitasi ketika berada di darat, penanganan sebelum tiba di rumah sakit, dan perawatan intensif.[9]

Penyelamatan dan Resusitasi dalam Air

Penyelamatan dan resusitasi dalam air adalah tindakan memberikan ventilasi pada korban tenggelam yang masih berada di air. Tujuan dari tindakan resusitasi ini adalah mencegah terjadinya hipoksia serebral. Penyelamat idealnya tidak masuk ke dalam air dan melakukan tindakan penyelamatan dari darat atau perahu.[9]

Ketika meraih pasien dalam air, penyelamat harus memeriksa pulsasi 30 detik. Semua korban tanpa pulsasi harus diangkat dari air sesegera mungkin agar bisa dilakukan resusitasi dan ventilasi secara adekuat. Apabila pengangkatan dari air tidak bisa dilakukan segera, dapat dilakukan bantuan napas dalam air.

Tindakan resusitasi kardiopulmoner tidak dilakukan dalam air karena tidak efektif. Tidak dilakukan fiksasi servikal secara rutin karena insiden trauma servikal yang rendah (0,009%) dan tindakan fiksasi tersebut bisa memperlambat waktu penyelamatan.[9,11]

Resusitasi di Darat dan Manajemen Prehospital

Setelah korban tiba di darat, posisikan kepala dan kaki dalam ketinggian yang sama. Korban harus sesegera mungkin dievaluasi dengan urutan airway, breathing, circulation. Pada tahap ini, penyelamat harus memastikan patensi jalan napas, meningkatkan oksigenasi, menstabilkan sirkulasi, dekompresi lambung, dan penghangatan.[9]

Resusitasi Jantung dan Paru Dilakukan Bila Tidak Ditemukan Pulsasi

Pada korban tanpa pulsasi, dilakukan tindakan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada, memastikan patensi jalan napas, dan ventilasi dengan suplementasi oksigen sesuai pedoman advanced cardiac life support (ACLS).

Apabila tidak ditemukan napas spontan, segera lakukan bantuan napas 2 kali hingga dada mengembang, kemudian memeriksa pulsasi. Hingga saat ini, metode terbaik untuk ventilasi dan oksigenasi pada pasien tenggelam belum seragam.[15]

Ventilasi menggunakan bag-valve-mask sebaiknya diberikan pada pasien tidak sadar atau pasien yang tidak dapat mempertahankan patensi jalan napas. Intubasi endotrakeal membutuhkan alat dan keterampilan sehingga keputusan untuk melakukan intubasi bergantung pada kemampuan responder.[15,16]

Kompresi dada dimulai apabila tidak ditemukan pulsasi setelah bantuan napas. Pemasangan alat kejut jantung otomatis dilakukan ketika korban sudah berada di darat, lakukan defibrilasi setelah didapatkan ritme jantung shockable.[15]

Apabila didapatkan pulsasi, maka fokusnya adalah penghangatan, memastikan patensi jalan napas, dan oksigenasi adekuat. Bantuan napas diberikan sesegera mungkin dengan 5 kali pernapasan.

Evaluasi mulut dan saluran napas dengan jari untuk mengeluarkan benda asing. Oksigen yang diberikan harus dengan konsentrasi tertinggi, idealnya 100% O2 dalam 15 L/menit. Pemeriksaan nadi dilakukan tiap 30 detik pada pasien dengan hipotermia.[1,9]

Manajemen Suhu pada Pasien Tenggelam

Tindakan menghangatkan pasien hipotermia dilakukan setelah tindakan resusitasi awal dilakukan. Pengukuran suhu dilakukan berdasarkan suhu pusat dan tidak menggunakan pengukuran inframerah karena akan menunjukkan hasil yang tidak akurat.[9,16]

Pedoman penanganan hipotermia adalah sebagai berikut:

  • Hipotermia ringan (>34 derajat C), dilakukan penghangatan pasif, misalnya dengan handuk hangat
  • Hipotermia sedang (30-34 derajat C), dilakukan penghangatan aktif eksternal, misalnya dengan handung penghangat otomatis, udara hangat, cairan intravena yang dihangatkan, atau water pack hangat
  • Hipotermia berat (<30 derajat C), penghangatan internal aktif, misalnya bilas lambung, tabung penghangat esophagus, cardiopulmonary bypass[9]

Penanganan Muntah

Sebagian besar korban tenggelam akan muntah, dan penyelamat harus bersiap terhadap kemungkinan ini. Melakukan manuver Heimlich tidak direkomendasikan karena berpotensi memperlambat ventilasi dan berisiko aspirasi. Miringkan pasien ke salah satu sisi dan bersihkan muntahan tersebut untuk mencegah aspirasi.

Dekompresi lambung bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan, karena sebagian besar korban tenggelam meminum air dalam jumlah yang banyak ketika mencoba bernapas.[9,15]

Resusitasi Cairan

Pengambilan akses vena untuk resusitasi cairan tidak secara rutin dilakukan tanpa indikasi, dan penyelamat tidak boleh menunda merujuk pasien untuk mencari akses vena.

Pada kondisi dimana terjadi hipotensi yang tidak membaik dengan oksigenasi adekuat, maka dipasang akses vena untuk pemberian cairan kristaloid. Pasien dengan kondisi hipotermia harus diberikan cairan intravena yang dihangatkan dengan suhu 43 derajat C. Penanganan pasien dengan hipotermia harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah gangguan irama jantung.[1,9]

Semua korban yang membutuhkan resusitasi, tidak responsif, dan memiliki dyspnea atau gejala pernapasan lain harus dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi dan pemantauan, meskipun korban tampak sadar penuh. Rujukan ke rumah sakit harus dilakukan sesegera mungkin kecuali apabila pasien dipastikan meninggal atau tindakan resusitasi kardiopulmoner aktif.[9-11]

Perawatan Intensif

Pada pasien dengan GCS >13, pastikan tidak ada cedera pada servikal, memantau saturasi oksigen, dan observasi selama 4–6 jam. Pasien bisa dipulangkan apabila:

  • Tidak ada gejala
  • Pemeriksaan paru menunjukkan hasil normal
  • SpO2 ≥95%
  • Telah diberikan edukasi mengenai keamanan ketika berada dalam air
  • Tidak ada risiko keamanan pada pasien
  • Telah dilakukan rujukan kepada departemen sosial apabila diperlukan[12]

Pada pasien dengan saturasi <95% setelah periode observasi atau pemeriksaan paru abnormal harus diperlakukan sebagai pasien dengan GCS <13.[9]

Pada pasien dengan GCS <13 atau saturasi oksigen <95% setelah periode observasi, terdapat beberapa yang yang harus dilakukan. Pemberian suplementasi oksigen menggunakan non rebreathing mask dengan konsentrasi tertinggi. Apabila saturasi tetap tidak mencapai target, dipertimbangkan tindakan intubasi dengan pemakaian positive end-expiratory pressure (PEEP).

Nebulasi dengan salbutamol dan ipratropium bromida bisa diberikan apabila ditemukan bronkospasme. Tindakan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) sendiri bisa dipertimbangkan sebagai terapi terakhir pada pasien dengan kondisi yang tidak stabil.

Contoh pertimbangan untuk pemberian ECMO adalah pasien yang tidak berespon terhadap ventilasi mekanik, dan hipotermia persisten. Tindakan ECMO dapat dipertimbangkan bila terdapat kemungkinan fungsi neurologis pasien bisa pulih kembali. Biasanya ECMO diberikan pada kondisi acute respiratory distress syndrome.[1,2,9,10]

Pemberian Antibiotik, Steroid, dan Diuretik:

Pemberian antibiotik empiris tidak dilakukan tanpa indikasi yang jelas. Hingga saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan kegunaan dari antibiotik empiris pada pasien tenggelam. Trauma ketika tenggelam, iritasi saluran napas, dan hipoksemia bisa menyebabkan leukositosis.

Antibiotik dipertimbangkan pada pasien tenggelam dengan demam tinggi persisten, peningkatan produksi sputum, atau berdasarkan hasil kultur bakteri endotrakeal. Untuk membantu pertimbangan pemberian antibiotik, bisa diperiksa kadar prokalsitonin.

Penggunaan steroid dan diuretik rutin juga tidak disarankan untuk pasien tenggelam. Hal ini karena, pemberian steroid dan diuretik tidak memberikan efek terapeutik yang signifikan untuk pasien tenggelam.[10,11,21]

Resusitasi Tidak Dilakukan Bila Ditemukan Tanda Pasti Kematian

Resusitasi tidak dilakukan pada korban dengan tanda pasti kematian, misalnya rigor mortis, dekapitasi, atau mayat yang sudah membusuk. Apabila korban tidak sadar tetapi bernapas, korban diposisikan dalam posisi lateral recumbent agar tidak terjadi aspirasi ketika muntah.

Target saturasi oksigen arteri adalah minimal 95% dan ventilasi adekuat. Untuk meningkatkan akurasi dari pengukuran saturasi oksigen, pulse oximeter ditempatkan pada daun telinga atau jidat, karena pada jari akan terjadi vasokonstriksi dan menyebabkan hasil pemeriksaan kurang akurat.[9,11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. McCall JD, Sternard BT. Drowning. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430833/
2. Peden, A.E., Işın, A. Drowning in the Eastern Mediterranean region: a systematic literature review of the epidemiology, risk factors and strategies for prevention. BMC Public Health 22, 1477 (2022). https://doi.org/10.1186/s12889-022-13778-6
9. Franklin RC, Peden AE, Hamilton EB, Bisignano C, Castle CD, et al. The burden of unintentional drowning: global, regional and national estimates of mortality from the Global Burden of Disease 2017 Study. Inj Prev. 2020 Oct;26(Supp 1):i83-i95. doi: 10.1136/injuryprev-2019-043484. Epub 2020 Feb 20. Erratum in: Inj Prev. 2020 Sep 28;: PMID: 32079663; PMCID: PMC7571364.
10. Matthew J, Robertson C, Hofmeyr R. Update on drowning. SAMJ. 2017. www.samj.org.za/index.php/samj/article/download/11952/8117
11. Schmidt AC, et al. Wilderness Medical Society Clinical Practice Guidelines for the Treatment and Prevention of Drowning: 2019 Update. Wilderness & Environmental Medicine 2019; 30(45): 570-586. https://www.wemjournal.org/article/S1080-6032(19)30117-6/fulltext#secst0300
12. The Royal Children’s Hospital Melbourne. Drowning. 2020. https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Drowning/
15. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations. AHA Journals. 2010. https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/CIRCULATIONAHA.110.971069
16. Topjian AA, et al. Brain Resuscitation in the Drowning Victim. Neurocrit Care. 2012; 17(3): 441-467. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3677166/
21. Thom O, Roberts K, Devine S, Leggat PA, Franklin RC. Treatment of the lung injury of drowning: a systematic review. Crit Care. 2021 Jul 19;25(1):253. doi: 10.1186/s13054-021-03687-2. PMID: 34281609; PMCID: PMC8287554.

Diagnosis Tenggelam/Drowning
Prognosis Tenggelam/Drowning

Artikel Terkait

  • Durasi Resusitasi Jantung Paru pada Henti Jantung – Telaah Jurnal Alomedika
    Durasi Resusitasi Jantung Paru pada Henti Jantung – Telaah Jurnal Alomedika
  • Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
    Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
  • Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
    Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
  • Sekilas Mengenai Henti Jantung Intraoperatif
    Sekilas Mengenai Henti Jantung Intraoperatif
  • Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Tenggelam?
    Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Tenggelam?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 13 Februari 2025, 22:07
Pemberian epinefrin apakah boleh diberikan IM pada henti jantung henti napas
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Alo dokter. izin menanyakan jika pasien anak datang dgn kondisi henti jantung henti nafas, namun akses iv/io sulit ditemukan dan tidak terpasang ett...
Anonymous
Dibalas 07 Januari 2025, 11:23
Pemasangan NGT berakibat apneu dan cardiac arest
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Saya mendapatkan kasus anak usia 2 tahunS : pasien sadar sesak (-) NGT terlepas 2 jam sebelum pemasangan NGT pasien diminumkan susuO :TSSCMHR :126x/mRR :...
dr. Muhammad Raihan Farrasky
Dibalas 01 Oktober 2024, 08:37
Tindakan defibrilasi maupun kardioversi pada kasus drowning?
Oleh: dr. Muhammad Raihan Farrasky
1 Balasan
Apakah perlu dilakukan tindakan Defibrilasi atau Kardioversi pada kasus drowning jika ditemukan gambaran Shockable, mengingat adanya gangguan kalium pada...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.