Edukasi dan Promosi Kesehatan Syok Hipovolemik
Edukasi dan promosi kesehatan pada kondisi syok hipovolemik mencakup etiologi, penanganan, kemungkinan perlunya transfusi darah, dan komplikasi yang dapat terjadi. Keluarga pasien juga perlu diberikan informasi mengenai potensi bahaya serta kemungkinan mortalitas yang dapat terjadi pada pasien syok hipovolemik.[9,10]
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengenalkan gejala klinis dan penyebab syok hipovolemik, sehingga pasien dan keluarga pasien memiliki pemahaman dan kesadaran untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sesegera mungkin jika mengalami tanda-tanda hipovolemia.[10]
Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien syok hipovolemik bergantung pada etiologi yang mendasari terjadinya syok hipovolemik. Pada pasien anak yang mengalami diare, berikan edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya mengenali tanda-tanda dehidrasi pada anak.[14,15]
Sementara itu, pada pasien dengan riwayat penyakit pankreatitis, sirosis hepatis, dan diabetes insipidus yang berisiko untuk mengalami syok hipovolemik, dokter harus memberikan edukasi terkait kondisi dan tanda klinis yang memicu terjadinya hipovolemik, sehingga pasien dapat sesegera mungkin untuk mencari pertolongan medis.[5,10]
Pasien dengan penyakit penyerta yang berpotensi mengalami perdarahan gastrointestinal, seperti ulkus peptikum, variceal bleed, dan hipertensi porta, serta aneurisma aorta abdominalis, harus melakukan pemeriksaan rutin dan melanjutkan pengobatan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya syok.[6,10]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Saat ini belum terdapat upaya pencegahan spesifik untuk penyakit syok hipovolemik. Namun, dokter perlu memberikan pemahaman bahwa syok hipovolemik merupakan keadaan gawat darurat yang mengancam nyawa. Dokter harus memberikan informasi yang memadai kepada keluarga pasien mengenai kondisi umum yang dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi syok. Selain itu, keluarga perlu mengenali tanda-tanda klinis yang mengindikasikan terjadinya syok pada pasien.[1,5,10]
Promosi kesehatan dapat berupa perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi makanan dengan gizi seimbang, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare dan dehidrasi yang berpotensi menimbulkan syok hipovolemik bila pasien tidak menerima hidrasi cairan dengan tepat.[4,14,15]
Upaya pencegahan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan mematuhi peraturan lalu lintas dan berkendara dengan aman. Selain itu, penggunaan safety belt dapat mengurangi risiko trauma berat dan trauma multipel dengan perdarahan akibat kecelakaan lalu lintas, yang juga berpotensi menimbulkan kondisi syok hipovolemik.[19]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda