Epidemiologi Syok Hipovolemik
Berdasarkan data epidemiologi, syok hipovolemik merupakan salah satu jenis kasus syok yang mengancam jiwa di instalasi gawat darurat rumah sakit. Selain itu, syok hipovolemik juga merupakan jenis syok yang paling banyak menyebabkan kasus kematian setelah syok hemoragik dan syok sepsis.[5,10,13]
Global
Su et al melaporkan studi epidemiologi kasus syok hipovolemik di Cina dengan metode penelitian multi-centre cross-sectional yang melibatkan 289.428 pasien. Pada studi ini, dilaporkan sebesar 128.436 kasus (44,38%) merupakan kasus syok hipovolemik yang menduduki peringkat pertama dari jenis syok yang paling sering dijumpai.[12]
Phungoen et al dalam studi retrospektifnya melaporkan epidemiologi syok hipovolemik di sebuah instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit di Thailand dalam periode 1 tahun, yaitu sebanyak 25 kasus (2,9%) dari 876 kasus kunjungan syok. Dalam penelitian ini, syok hipovolemik berada pada peringkat kedua jenis kasus syok yang paling sering ditemukan di IGD setelah syok sepsis.[13]
Indonesia
Data epidemiologi syok hipovolemik di Indonesia belum tersedia. Namun, menurut data World Health Organization (WHO) penyebab syok hipovolemik pada anak-anak di negara berkembang adalah diare.[14]
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, angka diare pada balita di Indonesia mencapai 11%, dengan peningkatan yang sangat pesat bila dibandingkan tahun 2013, yaitu sebanyak 2,4%.[15]
Sementara itu, data epidemiologi juga mencatat bahwa penyebab utama dari syok hipovolemik yang disebabkan oleh perdarahan adalah cedera traumatik. RISKESDAS melaporkan bahwa pada tahun 2018 persentase cedera traumatik yang berpotensi menyebabkan syok hipovolemik adalah sebesar 9,2%.[15]
Mortalitas
Ketersediaan data epidemiologi mengenai mortalitas syok hipovolemik masih sangat terbatas. Dalam sebuah penelitian, >82% pasien dengan syok hipovolemik yang tidak ditangani dengan tepat akan mengalami kematian dalam 24 jam pertama.[13]
Syok hipovolemik akibat diare merupakan penyebab utama kematian anak-anak di bawah usia lima tahun, yang sering terjadi pada anak-anak di negara dengan tingkat ekonomi rendah. Selain itu, dari 1,5 juta kematian akibat diare yang dilaporkan dalam Studi Global Burden of Disease pada tahun 2017, lebih dari 1 juta di antaranya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak berusia 5 tahun ke atas.[16]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda