Patofisiologi Syok Hipovolemik
Patofisiologi utama syok hipovolemik adalah penurunan volume intravaskuler. Secara fisiologis, cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler.[5,6]
Cairan intraseluler menempati hampir 2/3 dari total air dalam tubuh, sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan pada kompartemen intravaskuler dan interstisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3–4 kali cairan intravaskuler. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intravaskuler mencapai 15–25%.[6,11]
Mikrosirkulasi
Penurunan curah jantung yang disebabkan oleh penurunan volume intravaskuler akan menyebabkan tahanan vaskular sistemik meningkat. Hal ini menyebabkan perfusi dan oksigenasi mencukupi organ vital, seperti jantung dan otak, melebihi organ lain, seperti traktus gastrointestinal, otot, dan kulit.[5,7]
Otak dan jantung merupakan organ vital yang tidak dapat menyimpan cadangan energi untuk pelaksanaan metabolisme, sehingga kedua organ vital tersebut sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi. Otak dan jantung rentan mengalami iskemia yang berat apabila waktu iskemia melebihi kemampuan toleransi organ tersebut.[6–11]
Tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure, MAP) yang menurun hingga ≤60 mmHg akan menyebabkan aliran darah ke organ turun secara drastis, sehingga fungsi sel di semua organ akan terganggu.[6,8]
Gambar 1. Patofisiologi Syok Hipovolemik. Sumber: dr. Eva Naomi Oretla, Alomedika, 2023[6–11]
Kompensasi Kardiovaskular
Terjadi peningkatan aktivitas simpatis pada tubuh yang mengalami kehilangan 10% volume tubuh. Peningkatan aktivitas simpatis akan menyebabkan perubahan pada tanda-tanda vital, seperti peningkatan tekanan darah diastolik dengan tekanan nadi yang menyempit.[5–8]
Tiga variabel seperti pengisian atrium, resistensi ejeksi ventrikel, dan kontraktilitas miokard akan bekerja secara maksimal untuk mengontrol volume sekuncup.[7,11]
Pada kondisi hipovolemia, terjadi penurunan pengisian ventrikel yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan volume sekuncup. Peningkatan frekuensi jantung akibat peningkatan aktivitas simpatis akan sangat bermanfaat, tetapi memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.[6,8,11]
Gambar 2. Tahapan Syok. Sumber: dr. Eva Naomi Oretla, Alomedika, 2023[6–11]
Respons Ginjal
Ketika status volume tubuh terus menurun, khususnya ketika terjadi penurunan 25–30% dari volume darah efektif, pasien akan mengalami keadaan syok dengan penurunan tekanan darah sistolik, takikardia, dan oliguria.[6,10–11]
Oliguria merupakan respons fisiologis ginjal untuk mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan kadar garam dan air. Pada saat terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, tahanan atau resistensi arteriol aferen akan meningkat untuk mengurangi laju filtrasi glomerulus, dan bersinergi dengan aldosterone serta vasopressin untuk menurunkan produksi urin.[7–10]
Perubahan Metabolisme Aerob ke Anaerob
Penurunan perfusi jaringan akan menyebabkan pengiriman (delivery) oksigen ke organ vital tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Pada tahapan ini, sel akan mengalami perubahan metabolisme dari aerob ke anaerob, sehingga mengakibatkan terjadinya asidosis laktat.[6–11]
Pengiriman oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan jaringan akan menyebabkan iskemia jaringan dan memperburuk kondisi asidosis laktat. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka pasien syok hipovolemik akan mengalami gangguan hemodinamik yang berat, penurunan curah jantung lebih lanjut, asidosis refrakter, yang kemudian menyebabkan kegagalan multi organ, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.[6–11]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda