Diagnosis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Diagnosis Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5). Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan untuk penegakan diagnosis.[1,2,8]
Anamnesis
Pada Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pasien umumnya dibawa orangtua ke dokter dengan keluhan utama terdapat perilaku atau kebiasaan anak yang membuatnya terganggu secara sosial atau akademik. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi di sekolah, namun juga di rumah.
Orang tua biasanya mengeluhkan beberapa kebiasaan anak seperti cepat bosan, mudah teralihkan, berkelahi dengan teman satu kelas, berkata kasar terhadap guru, tidak dapat duduk tenang ketika makan, dan tidak rukun dengan saudaranya yang lain. Orang tua juga biasanya mengeluhkan minimal satu dari dua domain yaitu gangguan pemusatan perhatian atau perilaku hiperaktif dan impulsif.
Awitan gejala ADHD dapat terjadi hingga usia 12 tahun. Pada anamnesis, perlu digali juga riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kondisi serupa pada keluarga, dan riwayat tumbuh kembang anak.[1,2,8]
Gangguan Pemusatan Perhatian
Inatensi atau kesulitan untuk memusatkan perhatian pada ADHD umumnya bermanifestasi sebagai kesulitan menyelesaikan tugas, kurangnya persistensi, kesulitan untuk tetap fokus, dan tidak terorganisir.[13]
Hiperaktivitas
Hiperaktivitas bermanifestasi sebagai aktivitas motorik yang berlebihan dan tidak pada tempatnya, kegelisahan yang berlebihan, mengetuk-ngetukan kaki atau tangan, atau bicara terus menerus.[13]
Impulsivitas
Perilaku impulsif ditunjukan dengan gerakan yang tanpa pikir panjang dan dapat membahayakan, misalnya berlari ke jalan tanpa menyadari ada bahaya. Impulsivitas juga bisa ditunjukan sebagai keinginan mendapat sesuatu tanpa ditunda, misalnya suka menyela pembicaraan orang lain secara berlebihan. [13]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) tidak khas. Pasien dengan ADHD dapat memiliki hasil pemeriksaan fisik dan neurologi dalam batas normal atau hanya tampak gelisah dan hiperaktif.[1]
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental perlu dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Pemeriksaan sekaligus dapat menyingkirkan diagnosis banding dan mendeteksi adanya komorbiditas lain. Pasien dengan ADHD dapat memiliki gangguan mental lain seperti gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan zat, dan juga gangguan bipolar [1,2]
Penampilan
Anak-anak dengan ADHD dapat tampak gelisah, impulsif, tidak dapat duduk diam, atau berlarian di sekitar ruang periksa. Orang dewasa dengan ADHD bisanya mudah terganggu, gelisah, dan pelupa.[1]
Suasana Hati
Pasien dengan ADHD biasanya eutimik, tapi dapat juga distimik. Terkadang terdapat iritabilitas.[1]
Cara Bicara atau Berpikir
Bila pasien berbicara, kecepatan bicara dapat normal atau lebih keras volumenya. Proses berpikir mengarah pada tujuan, tapi terdapat kesulitan untuk tetap berada pada topik atau tugas yang diberikan. [1]
Kognisi
Konsentrasi dan daya ingat jangka pendek umumnya terganggu. Pasien dengan ADHD memiliki kesulitan berhitung dan kemampuan mengingat jangka pendek. Orientasi, memori jangka panjang atau abstraksi umumnya normal. [1]
Kriteria Diagnosis
Menurut DSM-5, kriteria diagnosis ADHD adalah:
- Pola inatensi dan atau hiperaktivitas-impusivitas yang persisten dan mengganggu fungsi atau perkembangan dengan 6 atau lebih gejala menetap selama sedikitnya 6 bulan hingga menyebabkan gangguan perkembangan dan memiliki efek negatif langsung terhadap aktivitas sosial dan akademik
- Beberapa gejala inatensi atau hiperaktivitas-impusivitas ada sebelum usia 12 tahun
- Beberapa gejala inatensi atau hiperaktivitas-impusivitas ditemukan pada setidaknya 2 setting, seperti rumah, sekolah, pekerjaan, dengan teman, keluarga, atau aktivitas lain
- Terdapat bukti nyata bahwa gejala mengganggu atau menurunkan kualitas kehidupan sosial, akademik, dan pekerjaan
- Gejala tidak timbul selama episode schizophrenia atau gangguan psikotik lain dan tidak memenuhi kriteria gangguan mental lainnya
Gejala terkait inatensi antara lain:
- Sering gagal memperhatikan detil atau sering membuat kecerobohan di kegiatan sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain
- Sering kesulitan memusatkan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain
- Sering terlihat tidak mendengarkan ketika diajak bicara
- Sering tidak mengikuti instruksi dan menyelesaikan tugas sekolah, rumah, atau pekerjaan
- Sering kesulitan mengorganisir tugas dan aktivitas
- Sering menghindari, tidak menyukai, atau malas melakukan pekerjaan yang membutuhkan usaha mental, misalnya menyusun laporan atau esai
- Sering kehilangan benda-benda yang penting untuk tugas atau aktivitas
- Sering mudah terdistraksi oleh stimulus eksternal
- Sering pelupa pada aktivitas harian
Gejala terkait hiperaktivitas-impulsivitas antara lain:
- Menggeliat saat duduk atau bermain-main dengan kaki atau tangan seperti mengetuk-ngetukkan jemari dan terus bergerak
- Sering meninggalkan tempat duduk pada kondisi dimana anak diharapkan tetap duduk diam, misalnya saat belajar di sekolah
- Sering berlalu atau memanjat pada situasi yang tidak tepat
- Sering tidak mampu untuk bermain atau beraktivitas yang membutuhkan ketenangan
- Sering terlihat seperti dikendalikan oleh mesin atau seperti tidak mudah merasa lelah
- Banyak bicara
- Menjawab sebelum pertanyaan selesai
- Sulit menunggu giliran
- Menyela atau mengganggu percakapan dan aktivitas orang lain[13]
Klasifikasi
Dalam mendiagnosis ADHD, dokter juga perlu membedakan tipe yang dialami pasien menjadi:
- Tipe kombinasi: pasien memenuhi kriteria baik gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif-impulsif dalam 6 bulan terakhir
- Tipe predominan gangguan pemusatan perhatian: pasien memenuhi kriteria gangguan pemusatan perhatian, namun tidak memenuhi kriteria hiperaktif-impulsif dalam 6 bulan terakhir
- Tipe predominan hiperaktif-impulsif: pasien memenuhi kriteria hiperaktif-impulsif, namun tidak memenuhi kriteria gangguan pemusatan perhatian dalam 6 bulan terakhir.[13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang harus dipikirkan apabila menemukan pasien dengan Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) antara lain oppositional defiant disorder, gangguan belajar, gangguan cemas, dan gangguan bipolar.
Oppositional Defiant Disorder
Pasien dengan oppositional defiant disorder akan menolak mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan karena tidak mau menuruti perintah orang lain. Perilaku pasien ditandai dengan negativitas, hostilitas, dan membangkang.[13]
Gangguan Belajar
Anak dengan gangguan belajar akan terlihat seperti kurang memperhatikan kelas, kesulitan menangkap materi yang diajarkan, atau anak terlalu bosan karena materi kelas sudah dikuasai. Hal tersebut hanya terjadi pada saat belajar dan tidak terjadi pada aspek hidup lainnya.[2]
Gangguan Cemas
ADHD memiliki kemiripan gejala dengan gangguan cemas. Pada ADHD, inatensi terjadi karena ketertarikan terhadap stimulus eksternal, aktivitas baru, atau preokupasi dengan aktivitas menyenangkan. Hal ini perlu dibedakan dengan inatensi akibat kekhawatiran pada gangguan cemas.[13]
Gangguan Bipolar
Pasien gangguan bipolar dapat menunjukan peningkatan aktivitas, kesulitan konsentrasi, dan impulsivitas. Namun gejala ini bersifat periodik pada beberapa hari saja setiap kali episode. Gejala biasanya diikuti dengan peningkatan mood, waham kebesaran, dan fitur bipolar lainnya.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Hingga kini belum ada penanda biologis yang dapat digunakan untuk mendiagnosis ADHD. Anak dengan ADHD bisa menunjukan peningkatan pada slow wave electroencephalogram, penurunan volume otak pada MRI, dan hambatan maturasi korteks posterior hingga anterior dibandingkan anak sebayanya. Namun, temuan ini tidak bersifat diagnostik.[13]