Penatalaksanaan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Penatalaksanaan Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dilakukan dengan pendekatan multimodal yang menggabungkan manajemen perilaku dan intervensi farmakologis. Terapi farmakologi dapat dibagi menjadi stimulan dan nonstimulan. Stimulan dapat dibagi lebih lanjut menjadi amfetamin dan metilfenidat.[1,4,14]
Terapi Nonfarmakologi
Terapi psikososial sering digunakan untuk anak dengan Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Terapi dapat mencakup psikoedukasi bagi keluarga dan pasien, serta program pelatihan perilaku kognitif. Telah terdapat studi yang menunjukan bahwa program terapi ini memiliki efikasi yang baik bila digunakan bersama dengan terapi farmakologi.[1,4,14]
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi lini pertama untuk Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah stimulan seperti metilfenidat, amfetamin, atau dextroamfetamin. Obat nonstimulan seperti atomoxetine dan guanfacine dapat diberikan sebagai lini kedua apabila obat stimulan lini pertama dikontraindikasikan.
Dosis obat sangat bergantung pada individu dan disesuaikan berdasarkan respon pasien. Titrasi harus dilakukan secara hati-hati hingga ditemukan dosis terendah yang efektif, bukan berdasarkan derajat keparahan klinis ataupun awitan.[1,4,14]
Stimulan
Psikostimulan masih menjadi pilihan terapi ADHD. Golongan ini dilaporkan efektif pada sekitar 70% pasien dengan number needed to treat adalah 2. Efek samping yang bisa timbul mencakup gangguan tekanan darah, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, dan ketergantungan.
Nonstimulan
Obat nonstimulan untuk ADHD dapat dibagi menjadi antidepresan dan agonis alfa. Antidepresan yang paling banyak digunakan adalah atomoxetine yang bekerja sebagai selective norepinephrine reuptake inhibitor. Obat ini sering digunakan pada anak yang tidak mampu mentoleransi obat stimulan atau memiliki gangguan cemas. Antidepresan lain yang dapat digunakan adalah bupropion dan antidepresan trisiklik.
Alfa agonis, seperti clonidine dan guanfacine, adalah pilihan terapi ADHD lainnya. Namun, golongan ini telah dikaitkan dengan efek samping kardiovaskular, sedasi, peningkatan berat badan, dan pusing.[3]