Edukasi dan Promosi Kesehatan Collodion Baby Syndrome
Edukasi dan promosi kesehatan collodion baby syndrome diberikan pada orangtua bahwa membran tidak boleh dikelupas. Sampaikan bahwa membran dapat meluruh sendiri dalam 2-4 minggu. Jelaskan pentingnya perawatan untuk mencegah infeksi, dehidrasi, dan komplikasi lain yang berpotensi dialami bayi dengan collodion baby syndrome.[2,4,5]
Edukasi Pasien
Edukasi yang perlu disampaikan ke orangtua atau pengasuh utamanya terkait tujuan perawatan dari bayi dengan collodion baby syndrome, yakni menjaga kulit tetap lembut dan mencegah infeksi. Pelembab atau emolien dapat diberikan secara teratur untuk menjaga kelembaban kulit. Membran kolodion tidak boleh dilepas secara paksa atau ditarik karena umumnya akan luruh setelah 2-4 minggu.
Sampaikan pada orangtua bahwa anak perlu dirawat di ruang intensif dan dirawat dalam inkubator untuk mencegah komplikasi collodion baby syndrome, seperti dehidrasi, infeksi dan hipotermia. Jelaskan bahwa 10% kasus collodion baby syndrome dapat sembuh sendiri secara sempurna.
Pada bayi yang mengalami ektropion yang berat, jelaskan kemungkinan perlunya tindakan bedah. Selain itu, sampaikan bahwa bayi memerlukan pembersihan saluran telinga luar berkala untuk membersihkan akumulasi skuama untuk mencegah terganggunya pendengaran.[2,4,5,12]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Presentasi paling umum dari collodion baby syndrome adalah iktiosis kongenital autosomal resesif (autosomal recessive congenital ichthyosis/ ACRI). Oleh sebab itu, konseling genetik dan diagnosis prenatal pada keluarga merupakan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang terbaik.
Diagnosis paling dini dapat dilakukan pada usia kehamilan sekitar 10-12 minggu dengan menggunakan PCR genomik pada sampel vili korionik atau pada minggu ke 15-18 dengan melakukan amniocenteses. Konseling genetik dalam keluarga dari pasien yang mengalami iktiosis kongenital bisa membantu memberikan informasi mengenai risiko kekambuhan pada kehamilan berikutnya dan membuat lebih waspada terkait pentingnya untuk menjalani diagnosis prenatal pada kehamilan berikutnya.[5]